30

10.9K 879 270
                                    

By:@LUTFIAHRAMADANI0

_______

Entahlah akhir-akhir ini hubungan keduanya membaik, bahkan sudah tak terhitung mereka melakukan hubungan intim, mulai dari dapur, ruang tamu, kamar mandi, jangan tanyakan tentang kamar, mungkin jika kasur dapat bicara ia akan protes karena selalu di pakai hampir seminggu tiga kali.

Linford menatap diri nya di pantulan cermin, ia tersenyum tipis banyak tanda cinta di dada nya, pelaku nya tengah mandi saat ini.

Sudah hampir dua bulan lebih, hubungan mereka seperti ini.

Linford terkadang berpikir mungkin Vernon terkena hantu London, namun apa iya kemasukan arwah bisa jadi baik?

Vernon menghampiri Linford yang tengah menatap cermin, ia memeluk submisif nya dari belakang.

Wangi khas orang baru mandi masuk ke dalam indra penciuman Linford, ia menikmati pelukan Vernon, tak peduli dengan air yang menitik dari rambut Vernon mengenai bahu nya.

"Kamu lihat itu," Vernon menunjuk cermin yang menampilkan keduanya. "Disana ada submisif manis."

Linford mengulum senyum nya, oh ayolah, dimana Vernon yang kaku? Vernon yang sekarang sangat bahaya untuk kesehatan jantung nya.

Vernon mengecupi bahu Linford yang basah, ia tersenyum senang saat melihat banyak tanda buatan nya, entahlah itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya.

"Ver..lo gak ada niat jahat kan sama gue?" tanya Linford gugup, jujur saja perubahan sikap Vernon yang tiba-tiba membuat nya berpikiran buruk.

Vernon mengerutkan kening nya, ia membalik kan tubuh Linford agar berhadapan dengan nya.

"Kenapa?" tanya Vernon.

"Eum..gue cuman..eumm kayak gak nyangka, hubungan kita akan sebaik ini, awal pernikahan kita buruk Ver, gue pikir setelah gue berjuang mati-matian gue cuman nunggu kekalahan gue aja," tutur Linford, ia menunduk.

"Maaf,"

Linford mendongak menatap kedua mata kelam milik Vernon.

"Maaf untuk segala rasa sakit yang sudah aku berikan, aku benar-benar minta maaf."

Linford diam membisu mendengarkan ucapan Vernon, baru kali ini Vernon menggunakan bahasa yang tak terlalu formal 'saya' menjadi 'aku'.

"Maaf Lin, ayo mulai dari awal."

Linford menganga tak percaya, perkataan yang baru ia dengar membuat nya ingin menangis, namun ia tahan akan terlihat 'lebay' jika ia menangis saat ini.

Linford memeluk Vernon dengan erat, harapan nya terkabul, apa yang ia dambakan akhirnya tercapai, suami nya Vernon nya benar-benar menerima nya.

"Aku akan menerima segala nya, jadi ayo berjuang bersama."

"Lin,"

"Ford,"

Linford masih menenggelamkan kepala nya di ceruk leher Vernon.

"Linford,"

"Sayang,"

"Iya!" pekik Linford tak tahan, kesal dengan ke tidak mengertian Vernon yang terus membuat jantung nya terus berdetak, ia melepas pelukan nya.

Vernon terkekeh, ia menangkup kedua pipi Linford lalu mengecup kening submisif nya lama.

Linford mengepalkan tangan nya, menahan diri agar tak mencium suami nya ini, Vernom memang berbahaya.

Vernon melepas ciuman romantis nya, ia kembali memeluk Linford dengan mesra, hangat dan nyaman itulah yang di rasakan keduanya.

"Aku harap aku bisa menerima mu, walau tak mencintai mu. Cinta ku sudah habis di orang lama Lin, sekuat apapun kamu berusaha menyingkirkan Laura, entah kenapa rasanya hati ku menolak untuk menggantikan posisi Laura, aku akan memberikan cinta yang lain untuk mu."

Vernon membatin, tangan nya mengelus kepala Linford, jujur saja ia bimbang ia mencintai Laura namun ia merasa nyaman dengan Linford.

Ia si pria normal merasa dua bulan ini kehidupan nya jauh berwarna bersama Linford, namun entah kenapa Laura tetap segala nya bagi diri nya.

_________

Vernon berlari dengan tergesa, ia mencari ruang rawat Laura.

Tadi saat ia tengah duduk santai dengan Linford tiba-tiba saja Laura menghubungi nya, namun ternyata bukan Laura melainkan orang lain.

Yang memberi tahu dirinya, jika Laura pingsan di mall dan di larikan ke rumah sakit.

Vernon membuka pintu dengan kasar, saat pintu terbuka ia mendapati Laura yang tengah terbaring lemah.

"Sayang...ada apa?" Vernon menghampiri Laura, ia sangat khawatir dengan wanitanya.

Laura tersenyum tipis, wajah pucat pasi nya menambah kekhawatiran Vernon.

Laura meraih tangan Vernon untuk di genggam, ia mengulum senyum melihat wajah panik Vernon.

"Aku tak apa, hanya saja..." Laura membawa tangan Vernon untuk menyentuh perut nya, "ada baby di dalam sini."

Damn!

Vernon menelan saliva nya, tangan nya sedikit bergetar di atas perut Laura.

"Kamu becanda 'kan?"

Mendengar pertanyaan Vernon, membuat kerutan di kening Laura.

"Kamu tak senang?" tanya Laura.

"Tentu saja aku senang, hanya saja aku tak percaya jika aku akan menjadi Daddy," ucap Vernon, membuat senyuman manis terbit di wajah Laura.

"Terima kasih, aku akan menjaga kalian." tutur Vernon, ia melupakan ucapan Linford yang tengah menunggu kepulangan nya.

Laura tersenyum simpul, ia menggenggam kembali tangan Vernon.

"Terima kasih, aku harap kamu segera menceraikan jalang itu."

Vernon tersentak, Linford? Bagaimana jiga Linford mengetahui tentang ini, ini akan kacau, bukan hanya Linford yang akan sakit melainkan baby juga, Vernon takut Linford akan melakukan hal-hal di luar dugaan, pasangan sah nya itu sulit di tebak, ia tak ingin bayi nya celaka.

Melihat hubungan Laura dan Linford yang buruk semakin membuat Vernon khawatir untuk ke depan nya.

Sedangkan di tempat lain, Linford menatap jendela dengan khawatir.
Linford meremas celana nya, saat hujan turun dengan deras ia khawatir dengan Vernon yang belum juga pulang, saat pergi Vernon tak memberi tahu diri nya akan pergi kemana.

Linford sudah menghubungi Vernon berkali-kali, namun tak ada yang di angkat.

"Ck, Ver....hujan nya gede, lo gak papa kan?"

Linford menautkan kedua tangan nya, entahlah hati nya merasa buruk ia takut terjadi sesuatu.

Di rumah sakit Vernon seakan lupa pada janji nya pada Linford yang akan pergi sebentar, saat ini ia tengah menyuapi Laura.

Bahkan sesekali keduanya berbincang malaikat kecil yang hidup dalam perut Laur.

Sudah Vernon katakan ia tak bisa menyingkirkan Laura, Laura posisi pertama dalam hati nya, ia akan memberikan cinta yang lain itupun jika ia bisa.

Bahkan untuk menerima kehadiran Linford dalam hidup nya saja, perlu banyak waktu apalagi untuk mencintai Linford.

"Pelan-pelan," tegur Vernon melihat Laura yang makan tergesa, ia menghapus noda di sudut bibir Laura.

"Iya, maaf." Laura memberikan cengiran tanpa dosa nya, lalu kembali meminta suapan dari Vernon.

Serasa dunia milik berdua, akhirnya apa yang keduanya impikan selama ini tercapai juga.

Vernon berjanji atas diri nya, ia akan menjaga Laura dari hal apapun jika kelas Linford sampai mengetahui nya, Vernon cukup tahu jika Linford bukan tipe orang yang diam saja dengan hal seperti ini.



Married For Bussines [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang