By;@LUTFIAHRAMADANI0
__________
Ruangan bernuansa putih menyambut penglihatan Linford, saat ia membuka mata nya.
Tangan nya terasa kaku, sasat di gerakan, ia mengedarkan pandangan nya, tak ada siapapun. Hanya ada Vernon yang tengah tertidur di sofa.
Linford mengigit bibir nya, apa terjadi sesuatu padanya? Tangan nya mengelus perut yang masih rata, ia takut terjadi apa-apa dengan bayi nya.
"Ver..."
Serak dan pelan menjadi satu, ia tak kuasa memanggil nama manusia setengah iblis itu.
Vernon mengejerpkan matanya, ia segera menghampiri Linford saat melihat submisif nya sudah sadar.
"Apa yang kamu rasakan? Apa masih terasa sakit?"
Vernon bertanya dengan khawatir, tangan yang semula akan mengelus kepala Linford di tepis kasar oleh si manis.
"Lin..."
"Bayi gue gak papa kan?" tanya Linford, Vernon mengangguk.
"Dia baik-baik saja, kamu jangan banyak pikiran itu akan mengganggu perkembangan bayi,"
"Yang bikin gue stress tuh lo, gak usah sok perhatian." ucap Linford jengah, ia sangat kesal dengan pria di hadapan nya ini.
Vernon menghembuskan napas nya, ia cukup sadar diri untuk itu namun ia benar-benar khawatir dengan keadaan Linford saat ini, apalagi dengan anak nya dalam perut Linford.
"Mama sama papa kamu akan segera datang, mereka dalam perjalanan." ucap Vernon, ia mengalihkan pembicaraan.
Linford tak menjawab ia tak minat berbicara dengan Vernon, manusia setengah iblis, pengkhianat, penjahat kelamin, dan semacam nya, Linford tak henti-henti memaki Vernon dalam hati.
Tangan nya mengelus perut, berharap sang anak tak mengikuti sifat ayah nya yang biadab.
"Lin, kamu tak apa?" Mama baru saja datang, membuat Linford sedikit terkejut, semua lamunan nya buyar.
"Mama..." lirih Linford ia menyambut pelukan sang mama yang hangat, ia merindukan dekapan hangat ini.
Mama melepas pelukan nya, ia menangkup kedua pipi Linford.
"Selamat sayang, dan terima kasih." ucapnya, siapa yang tak akan bahagia jika mendapat kabar bahagia.
Linford hanya tersenyum menanggapi ucapan mama nya itu, melihat senyuman teduh sang mama justru membuat nya sakit, bagaimana jika orang tua nya tahu? Seberapa kecewa nya mereka, saat tahu menantu kesayangan nya seorang bajingan.
Tangan nya meremas seprai, ia tak sanggup jika melihat mata penuh puja itu hancur saat menatap Vernon.
"Ma..." Linford berucap lirih, ia menghembuskan napas. "Aku ingin bercerai dari Vernon."
Mama terhenyak mendengar nya, ada apa ini? Siapa yang tak akan terkejut jika mendengar ucapan itu, bukan kah kemarin-kemarin hubungan menantu dan putranya baik-baik saja.
"Ada apa nak?" Papa menimpali yang sedari tadi diam, sedangkan Vernon sudah berkeringat dingin di sudut ruangan, ia benar-benar tak habis pikir dengan Linford, ia benar-benar nekat.
"Aku sudah tak mau dengan Vernon, aku tak mencintai nya lagi, aku bosan pa. Dia bajingan." ucap Linford tegas, matanya menatap Vernon tajam, menampakan kekecewaan yang di dominasi kemarahan.
Papa melirik Vernon, ia menatap Vernon yang menunduk tak membantah sepatah kata pun.
Ia menghembuskan napas nya, entah masalah apa yang membuat putra nya ingin bercerai sebagai orang tua ia tak ingin ikut campur, ini rumah tangga putra nya.
"Selesaikan ini dengan kepala dingin, kamu sedang hamil, jangan terlalu berpikir keras apapun keputusan kamu, mama sama papa akan mendukung tak apa, tapi papa mohon apapun keputusan yang kamu ambil, jangan sampai kamu menyesal." tutur papa, yang di cerna oleh Linford begitupun Vernon yang mendengar nya.
"Kamu sudah tak apa kan?" tanya mama, "jika ada apa-apa hubungi kami, kami akan pergi ke cafe depan, selesaikan lah dengan baik."
Setelah mengatakan itu, mama dan papa pergi, meninggalkan Linford dan Vernon yang masih diam membisu.
Mencerna setiap kata yang di katakan papa, keduanya tenggelam dalam keterdiaman.
"Lin.." ucap Vernon memecah keheningan, ia menghampiri Linford. "Saya mohon, saya akan berusaha menanggung segala nya, pikirkan anak kita, menurut mu kau akan mampu menjaga anak itu kelak, namun siapa tahu dia akan mengalami masa sulit."
"Lin saya mohon, pikirkan perkataan saya, kamu tidak mau kan jika anak kita mengalami hal sulit?"
Linford mendelik saat mendengar nya, Vernon menghasut nya? Linford menaik kan alis nya, ia mendudukan dirinya dengan pelan.
"Jangan coba-coba cuci otak gue, lo itu bajingan." cetus Linford tangan nya mengepal, wajah pucat pasi dengan selang inpus yang menancap di punggung telapak tangan nya, tak membuat Linford lemah.
"Lin, kamu hanya sedang marah berpikirlah, saya sama sekali tak ingin mencuci otak kamu, hanya saja bertahanlah demi anak kita." Vernon berucap tegas, seakan menuntut kesanggupan Linford.
"Lo mikirin anak doang, lo sama sekali gak mikirin gue yang susah payah nahan perasaan dan benci gue sama lo, gue gak bisa, gue bukan lah manusia yang kuat Ver!"
"Lo tuh bajingan! Kalau emang lo gak mau lepasin jalang itu, lo lepasin gue anjing!"
Vernon memegang kedua bahu Linford, menatap kedua mata kelam itu, ia tak akan melepas Linford sampai kapan pun, ada anak nya yang akan ikut pergi dengan Linford jika submisif nya ini ia lepas.
"Lin.." Vernon menyatukan kening keduanya, hembusan napas nya terasa oleh Linford, wajah nya di terpa halus nya hembusan napas Vernon. "Saya mohon, mengertilah kamu boleh mengatakan saya bajingan, tapi jangan jadi bajingan juga untuk anak kita, saya yakin kamu bisa menahan sakit ini demi anak kita."
Tes
Satu tetes air mata membasahi pipi Linford, rasanya sakit bak ada ribuan panah yang menancap hati nya, bagaimana bisa Vernon mengatakan hal menyakitkan itu dengan lembut.
Ia manusia, bukan robot yang gak memiliki perasaan lelah, Linford ingin menyerah namun banyak hal yang membuat nya gelisah.
"Gue..gue gak bisa..."
"Ahh.." Linford menggigit bibir bawah nya, saat pegangan Vernon di bahu nya semakin mengerat, apa ia bisa bertahan? Ia bagaimana manusia yang tengah bergelantung di atas ranting kecil, jika ia tak bertahan ia akan jatuh dan di makan buaya dalam sungai, namun jika diam di ranting itu ia juga akan jatuh karena ranting nya akan patah.
Lalu jalan mana yang harus Linford pilih? Bertahan walaupun menahan sakit atau menjatuhkan diri sendiri.
Cup
Vernon mencium bibir Linford, melumat nya dengan lembut, namun tak ada balasan dari Linford, hanya ada air mata yang mengalir terus-menerus dari kedua mata indah itu.
Tak ada bantahan atau perkataan yang memberontak, tak ada kata persetujuan hanya diam membisu, Linford tak tahu ia harus apa, ini terlalu menyakitkan untuk ia jalani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married For Bussines [TERBIT]
Literatura FemininaPart lengkap Ending berbeda dengan versi cetak Menikah karena bisnis mungkin terdengar sangat kurang enak untuk di dengar namun itu lah yang di rasa kan oleh Vernon Rainer yang harus menerima paksa-an kedua orang tua nya yang ingin menikahkan pria i...