22

9.9K 795 33
                                    

By;@LUTFIAHRAMADANI0

____

"Jam berapa semalem lo pulang?" tanya Linford, sontak menghentikan suapan Vernon.

Vernon hanya mengidikan bahu nya, tak peduli dengan pertanyaan Linford.

"Ver, mama sama papa gue nanyain lo, kenapa gak lo angkat telepon gue, se susah itu ya, angkat telepon dari gue?" tanya Linford, lirih di akhir kalimat.

"Saya sedang makan, tak bisakah kamu bicara setelah saya selesai?" Vernon mulai kesal.

"Gak ada yang jamin lo bakalan pergi lagi setelah makan,"

Vernon mendengus, walau ia tahu ucapan Linford memang fakta.

"Gue harus apa?" Linford menatap Vernon sendu, "jujur aja gue capek kayak gini terus, gue tahu lo terpaksa gue juga sama, tapi gue belajar buat nerima semua nya," suara Linford mulai bergetar saat mengatakan nya.

"Apa yang Laura punya dan gue gak bisa imbangin?"

"Banyak, perbedaan kalian jauh berbeda dia wanita dan kamu pria, apa se sulit itu buat kamu mengerti?" ucap Vernon tegas, ia menyimpan sendok yang ia pegang.

"Kamu kekanak-kanakan, tak punya etika, rusuh, aneh, dan ya point penting nya kamu pria,"

Linford menelan saliva nya, ia tersenyum getir.

"Lalu kenapa lo gak berontak pas mau di jodohin?!"

Baru kali ini Linford mengeraskan suara nya, membuat Vernon terdiam.

"Kenapa lo egois!"

"Lo pikir cuman lo doang yang ke siksa?!" Gue juga,"

Persetan dengan harga diri, ia bodoh? Memang, sejak kapan Linford menjadi pintar, semua orang akan bodoh saat mengenal cinta, apalagi orang yang kau cintai adalah suami mu sendiri.

Prang

Vernon melempar makanan nya ke lantai, membuat Linford sendiri terhenyak.

"Kamu tersiksa," Vernon menghampiri Linford, kedua matanya menatap manik mata coklat Linford yang berkaca-kaca.

"Lalu mengapa kita tak bercerai?"

Linford menahan napas nya, saat pergelangan tangan nya di cengkram oleh vernon.

"Ayo kita ke pengadilan, kita tuntaskan segala nya,"

Mendengar perkataan Vernon, membuat Linford diam membisu, bukan ini yang ia mau, ia hanya ingin Vernon sedikit menghargai nya.

"Apa segitu tak berharga pernikahan kita?" tanya Linford, membuat Vernon terkekeh.

"Kamu bodoh, apa setelah yang saya lakukan bersama Laura itu menunjukan pernikahan kita berharga?"

Damn!

Ini lebih menyakitkan di banding, di tatap jijik oleh Vernon.

"Saya bukan gay, jadi ayo saya akan mengurus segala nya, kamu bisa terbebas dari pernikahan ini,"

Linford sontak menggeleng ribut, ia tak mau bercerai.

"Kenapa?" tanya Vernon wajah nya sangat mengejek keadaan Linford saat ini, "kamu mulai menyukai saya?" Ia terkekeh geli.

"Menjijikan."

Vernon melepas cengkraman nya, lalu pergi begitu saja membiarkan tubuh Linford merosot ke lantai.

Ia tak peduli dengan Linford, ia benar-benar membenci pria itu.

Dengan langkah lebar ia meninggalkan rumah nya, membawa mobil nya dengan kecepatan tinggi.

Masih pagi namun Linford sudah membuat nya kesal, tak ada alasan yang membuat nya nyaman dekat dengan Linford, ceroboh, rusuh, kasar, tidak memiliki etika, semua yang ada pada Linford terlihat buruk di mata Vernon.

Ia mendatangi apastement Laura, obat dari segala obat kekasih tercinta nya, mau se menjengkelkan apapun Laura ia tetap mencintai nya.

Ya, cinta memang se bodoh itu.

Vernon menekan pasword apartement, saat pintu terbuka ia mendapati Laura yang tengah asik duduk santai di sofa.

"Sayang," ucap Laura, ia berhambur memeluk Vernon, "apa ada masalah?" tanya nya.

"Hm, aku bertengkar dengan Linford," ucap Vernon, membuat Laura bersorak senang dalam hati.

Laura membawa Vernon untuk duduk di sofa, ia mencium pipi Vernon sekilas.

"Berhenti merasa kesal, sekarang ada aku, lupakan pria itu, oke." ucapnya, membuat Vernon tersenyum tipis.

Laura membawa beberapa cemilan dan juga minuman dingin, ia bersikap sangat baik bagi Vernon.

"Sayang, sudah aku bilang bercerai saja dengan pria itu," Laura duduk di pangkuan Vernon.

"Aku tidak bisa, hubungan keluarga kami akan hancur," ucap Vernon.

"Lalu kau membiarkan perasaan mu menjadi korban, sekali-kali pikirkan diri mu sendiri," ucap Laura, ia merasa kesal sendiri, membuat keyakinan Vernon untuk menceraikan Linford.

Vernon mengecup pipi Laura, ia masih memikirkan keadaan rumah tangga nya, masih tergambar jelas di pikiran nya, dimana Linford menatap nya penuh luka saat ia mengatakan cerai.

Ia mengatakan hal itu hanya bentuk emosi nya, bukan nyata mana mungkin ia menceraikan Linford sekarang, hubungan keluarga nya akan hancur, orang tua nya akan kecewa, itu tak akan berlangsung baik.

"Apa pria itu sangat menjengkel kan, sampai membuat kening mu mengerut?" tanya Laura, ia mengelus kening Vernon membuat sang empu meraih tangan nya lalu di kecup sekilas.

"Kau terbaik, kau obat ku se kesal apapun aku terhadap Linford, semua nya lenyap saat melihat diri mu," tutur Vernon, membuat Laura tersipu dengan ucapan nya.

Laura membenamkan kepala nya di perpotongan leher Vernon, menghirup wangi tubuh sang dominan yang memikat, walaupun kemarin keduanya sempat bertengkar, namun hari ini mereka kembali baik-baik saja.

Vernon mengelus kepala Laura, bau shampo memanjakan hidung nya, ini sangat nyaman.

Sedangkan di tempat lain, Linford tengah menangis di balik selimut, menumpah segala kekesalan nya dengan tangisan.

Ia seperti wanita putus cinta, selama ini Linford sangat kuat dalam hal apapun, namun masalah rumah tangga nya sangat rumit membuat Linford tak bisa menahan segala nya sendiri, ia sudah menghubungi Ravin berkali-kali namun sama sekali tak di angkat.

Se sakit ini mencintai Vernon, se sesak ini jatuh ke dalam palung terdalam yang nama nya cinta, ia pikir semua akan berjalan dengan baik saat ia menerima Vernon dan belajar mencintai nya, namun apa boleh buat? Sebaik apapun orang baru, masa lalu nya lah yang jadi pemenang.

Ia bukan perempuan, ia tak memiliki payudara besar atau semacam nya, apa cinta tak cukup bagi Vernon?

Apa se sulit ini membuat Vernon berbalik mencintai nya?

Katakan saja Linford bodoh, maki saja pemuda bodoh dengan cinta ini, dia pantas mendapatkan nya, banyak dominan di luaran sana, namun apa melupakan seseorang terlebih dia suami mu itu seperti membalikan kedua telapak tangan?

Ini sangat sulit bagi Linford, semakin ingin melupakan Vernon semakin besar pula rasanya pada sang suami.

Berbulan-bulan tinggal satu atap, membuat jatuh berkali-kali pada Vernon, jauh sebelum Laura datang dalam rumah tangga nya, Vernon perhatian dan juga masih bisa berlaku baik padanya.

Mau di bilang tak sulit pun, pada nyatanya Laura saingan yang cukup berat.

Bagi pria straigh seperti Vernon, sosok Laura sangat mempesona, ya, menaklukan pria straigth tak segampang apa yang di pikirkan.

Married For Bussines [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang