16

9.8K 811 19
                                    

By:@LUTFIAHRAMADANI0

_____

Linford bersiul ria, ia menendang-nendang air kolam.

Pulang kuliah sangat membosan kan, akhir-akhir ini Vernon jarang di rumah, Vernon selalu pulang malam, membuat Linford curiga jika suami nya itu memiliki sesuatu yang di sembunyikan dari nya.

"Awas aja kalau sampe ada sesuatu, gue bikin tumis penis nya,"

Linford terus memaki Vernon dalam hati, ia berniat akan menemui pria itu sore nanti.

_________

Seperti rencana Linford tadi, saat ini ia sudah di kantor suami nya, gedung pencakar langit membuat nya sedikit melengo, ia sempat berpikir jika suami nya itu memang benar-benar kaya.

Linford segera masuk, banyak orang yang menyapa nya, ya wajar saja pasangan hidup direktur datang, tentu saja mereka berlaku ramah.

"Sore Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis.

"Aku ingin ketemu suami ku," ucap Linford tegas, membuat sang pegawai langsung mengantar nya, ke ruangan Vernon.

"Silahkan Tuan,"

Linford hanya mengangguk, ia segera menerobos masuk ruangan.

Kening nya mengerut saat mendapati seorang wanita tengah duduk di sofa dengan angkuh.

"Siapa kau?" tanya wanita itu, Linford menghampiri nya.

"Harus nya gue nanya gitu, ngapain lo di ruangan suami gue?" Linford mendengus setelah nya.

Di tilik dari manapun penampilan Laura sungguh tak sopan, pakaian ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh nya, dan jangan lupakan menampilkan belahan dada juga, persis seperti jalang.

"Kau istri Vernon?" Laura menaikan alis nya, menilai Linford dari ujung kaki sampai rambut.

Sedangkan Linford menatap datar Laura, sungguh ia masih bingung mengapa wanita itu ada di ruangan Vernon.

"Menyedihkan," cibir Laura tiba-tiba, membuat Linford menampilkan wajah konyol nya.

"Lo belum jawab ya, ngapain lo di ruangan Vernon?" tanya Linford sekali lagi.

"Kau akan sakit hati jika aku menjawab nya," ucap Laura enteng.

Linford melangkah lebih maju, mendekati Laura.

"Ohh...lo jalang nya," Linford terkekeh, ia mendengus kentara akan ketidak sukaan nya pada Laura.

"Tutup mulut sialan mu bocah, sadarlah kau sudah menikahi pria normal jadi wajar jika suami mu itu lebih memilih ku,"

Linford menganga tak percaya bagaimana bisa wanita di hadapan nya bicara seringan itu.

Namun Linford hanya terkekeh miris dengan sikap Laura.

"Laura ak.."

Vernon menghentikan ucapan nya saat ia melirik ada Linford yang tengah menatap nya dan juga Laura bergantian.

"Auhh..nama nya Laura, pantes." gumam Linford.

Ia menghampiri Vernon, seringaian terbit di wajah nya.

"Sayang, gue kangen makanya dateng ke sini," ucap Linford ia bergelayut manja di tangan Vernon, seakan memperlihatkan pada Laura jika ia tak gentar dengan ucapan wanita itu.

"Kamu tidak ada kerjaan lain, sampai harus ke kantor saya?" tanya Vernon, ia merasa bersalah pada Laura yang menatap nya jengkel.

"Dia siapa?" tanya Linford, ia melirik Laura dengan sinis.

"Dia teman sekolah saya," ucap Vernon tak sepenuh nya bohong.

Linford mengangguk, namun tetap saja matanya menatap Laura sinis.

"Gue pikir di jalang sewaan lo," ucap Linford, "lihat baju nya, udah kayak mau ke bar, untung gak gue tendang, kalau gak nanya dulu dia siapa," lanjut Linford.

Vernon hanya diam, di lain sisi ia khawatir dengan perasaan Laura, namun ia juga tak mau sampai Linford mengetahui kebusukan nya dengan Laura yang main belakang.

"Jaga sopan santun kamu, dia teman saya, jangan membuat saya malu," bisik Vernon.

Linford tak peduli dengan ucapan Vernon, ia sangat tak menyukai Laura dari cover dan juga ucapan Laura tadi, itu sungguh membuat Linford yakin bahwa Laura bukan hanya sekedar teman bagi Vernon.

Namun tak apa, si pria normal yang sialnya suami nya ini, mungkin ingin sedikit main-main, Linford bersumpah dalam hati, ia akan membuat Vernon menyesal dan bertekuk lutut padanya.

Dalam pernikahan badai pasti akan datang, mungkin ini konflik dalam pernikahan nya, benalu hama seperti Laura harus di hadapi dengan cara sampah seperti Laura bermain kotor dengan Vernon.

Linford tak peduli jika benar Laura ada sesuatu dengan Vernon, ia hanya akan merebut Vernon kembali, pada dasar nya Vernon suami nya, dan ia sudah jatuh ke dalam cinta sialan.

"Berhenti menatap dia seperti itu, sudah saya katakan dia hanya teman," ucap Vernon membuyarkan lamunan Linford, si manis mengalihkan atensi nya, semakin Vernon mengucapkan kata 'teman' rasa curiga itu semakin besar.

"Ver,mungkin Linford hanya merasa terngganggu, wajar saja kita baru pertemu, iyakan?" Laura menimpali, ia tersenyum memaksakan diri, membuat Linford berdecih.

Tebal muka dan tak tahu malu, pikir Linford.

"Ya sorry gue sempet curiga sama lo, gue pikir emm..ya itulah," ucap Linford, ia terkekeh ringan.

Keduanya berbincang santai namun dari setiap nada ucapan masing-masing mengandung sindiran yang jelas menyudutkan.

Vernon mengenalkan keduanya, dengan alasan agar tak timbul prasangka buruk, namun Linford tetap lah Linford si keras kepala itu masih yakin jika Laura bukan sembarang teman bagi Vernon.

Bahkan sedari tadi tatapan nya terus sinis pada Laura, seakan benar-benar mengibarkan bendera perang pada wanita itu.

"Ah ya, saya ke sini ingin mengambil dokumen, saya sedang ada rapat, kalian berbincang lah dulu," ucap Vernon, yang di angguki Linford.

Setelah kepergian Vernon, Linford segera menghampiri Laura kembali.

"Jawab jujur ada hubungan apa lo sama Vernon?" tanya Linford tegas, Laura tertawa ringan.

Wanita itu tak ada takut sama sekali pada istri direktur utama itu.

"Menyerahlah dia normal, dan aku cinta pertama nya, bocah ingusan seperti mu tak pantas untuk nya," celetuk Laura.

"Ohh..lo pacar Vernon, gue harap lo gak terlalu percaya diri, lo cuman pacar kan?" Linford menunjuk cincin pernikahan di jari manis nya, "gue pasangan nya, sebelum kita cerai lo tetep pacar, dan tentu lo cewek murahan," lanjut Linford, senang setelah melihat ekspresi Laura yang menahan amarah.

"Gue gak akan nangis pas tahu Vernon selingkuh, udah gue tebak nikah sama yang suka cewek ity resiko nya di selingkuhin, tapi asal lo tau Laura jalang, di sini gue punya ke dudukan entah di mata hukum atau masyarakat," tutur Linford bangga, seakan hati nya tak sakit sama sekali.

Jika boleh jujur, memang siapa yang tak akan sakit jika di selingkuhi? Namun Linford bukan tipe yang akan menangis, ia akan membalas perbuatan Vernon pada nya, itu janji nya pada diri sendiri.

"Tutup mulut mu, aku bisa saja menyuruh Vernon untuk menceraikan mu," ucap Laura tak ingin kalah.

"Coba aja, gue gak peduli, lagian gue masih punya mertua yang bakalan dukung, lihat aja kalau sampe lo melebihi batasan gue bakalan aduin ke mertua gue, asal lo tahu aset Vernon gak sepenuh nya milik Vernon." ucap Linford.

Ia tahu wanita seperti Laura hanya haus akan harta, sangat sudah jelas di ancam dengan harta saja wanita itu akan diam, jalang tetap lah jalang.

Married For Bussines [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang