By:@LUTFIAHRAMADANI0____________
Vernon sama sekali tak bisa tidur, ia terus mengelus kepala Linford, sepertinya Linford masih tak bisa melupakan kejadian tadi, membuat ia terus merintih tak jelas dalam tidur nya.
Ini sudah pukul empat, sebentar lagi matahari akan muncul, rasanya akan sia-sia jika ia tidur sekarang.
Vernon masih sangat kesal dengan pria lancang itu, ia juga kesal pada Linford yang keluar tanpa se ijin nya.
Tanpa sadar ia terus mengumpati pria mesum di club, oh..demi Tuhan Vernon sangat kesal saat ini.
___________
Matahari terbit menampilkan seri nya, Linford terbangun, ia melirik ke samping namun sudah tak ada Vernon di sana.
Linford mengucek matanya, tidur nya sangat kurang nyenyak.
Ia mulai bangkit mengayunkan kaki nya, tenggorokan nya terasa sangat kering.
Saat sampai di dapur ia mendapati Vernon tengah memasak dengan celemek berwarna pink, Linford mengulum senyum baginya Vernon sangat lucu saat ini.
"Wah..lo lucu banget," ucap Linford, sontak membuat Vernon terkejut dengan kedatangan nya yang tiba-tiba.
"Kamu sudah bangun?" Vernon bertanya, membuat Linford berdecak.
"Kalau gue belum bangun, terus yang di depan lo ini siapa?" Linford memanyunkan bibir nya kesal, ia berdecih.
Vernon mengidikan bahu nya, tanda tak peduli.
Linford minum se botol air minum sampai tandas, ia benar-benar haus.
Awal nya ia ingin kembali ke kamar, namun merecoki Vernon sedikit akan lebih menyenangkan bukan?
Linford naik ke Counter table ia duduk di sana, sambil menonton suami nya itu mengiris bawang, sungguh pemandangan yang sangat indah di pagi hari ini.
"Ganteng banget," gumam nya, Linford merasa gemas sendiri.
"Kamu tidak ada kerjaan lain?" tanya Vernon kesal, "sampai harus memperharikan saya seperti itu." lanjutnya.
Linford mengidikan bahu nya, "lo ganteng juga ya, kalau lagi masak gini." Linford berucap dengan blak-blakan.
Vernon mendengus, ia menggelengkan kepala nya.
Tanpa peduli dengan perbuatan Linford selanjutnya, ia memilih melanjutkan pekerjaan nya.
"Semangat masak nya, sayang," Linford mengedipkan matanya.
Vernon sampai di buat mual dengan kelakuan Linford, seakan kejadian semalam sudah terkubur di otak sempit nya, dia kembali ber ulah.
Linford tersenyum manis, mulai sekarang ia akan mencintai suami nya sepenuh hati, Vernon pantas di cintai 'kan?
Ia membayangkan keluarga yang bahagia, memiliki putra di tengah-tengah kebahagian mereka biarlah soal itu bisa ia adopsi atau mungkin ia bisa hamil? Linford tersenyum seperti orang gila, membayangkan jika ia benar bisa hamil, akan sangat menggelikan sekaligus menggemaskan.
Punggung itu, Linford menatap punggung Vernon, punggung yang akan memikul beban besar di kemudian hari. Linford sepertinya memang sudah gila.
Wangi masakan Vernon membuat Linford tersadar, ia turun dari Counter table lalu menghampiri sang suami.
"Masakan lo kayak nya enak," Linford memegang bahu Vernon yang tengah menyajikan masakan nya ke mangkuk.
"Diamlah, jangan sampai sup ini berakhir mengguyur mu," ucap Vernon kejam, membuat Linford mencibik tak suka, Vernon masih sama sangat kaku dan menyebalkan.
"Ayo sarapan," Vernon segera duduk di meja makan, di ikuti oleh Linford.
Keduanya mulai sarapan, Linford senang Vernon membuatkan sup pereda pusing karena ia habis mabuk semalam, ini lebih dari kata romantis pikir nya, Linford merutuki dirinya yang mudah terbawa perasaan, namun ini sangat menyenangkan.
"Makan lah, kamu tak akan kenyang jika hanya menatap ku terus," cetus Vernon.
"Ganteng nya suami gue, gue gak nyangka punya suami ganteng, kaya, pinter masak, romantis emm.." Linford tampak berpikir untuk mengatakan pujian selanjutnya.
Vernon rasanya ingin tenggelam saat mendengar pujian sialan Linford.
"Lo juga perkasa,"
Uhuk
Vernon akhirnya tersedak saat Linford mengatakan 'perkasa', apa-apaan bocah di hadapan nya ini. Linford segera memberikan air, yang di terima langsung oleh Vernon.
"Jangan merusak suasana pagi ku," Vernon berucap setelah meminum air nya.
"Harus nya lo bilang makasih bukan nya marah-marah, kalau tadi gak gue kasih minum langsung, mungkin gue jadi udah duda sekarang," ucap Linford.
Vernon menghela napas, entah apa yang harus ia katakan pada bocah ingusan di hadapan nya.
"Lo kerja hari ini?" tanya Linford membuka obrolan yang sedikit masuk akal.
Vernon menanggapi dengan anggukan.
"Kamu tidak ada jadwal kuliah?" tanya Vernon.
"Ada, makanya gue nanya lo kerja apa enggak, gue soal nya mau numpang, lo anterin gue ya..." rengek Linford di akhir.
"Enggak," tolak Vernon.
"Harus!" sentak Linford.
"Saya gak mau," Vernon kembali menolak.
"Lo emang mau gue di culik om-om, terus di perkosa di gubuk..terus-terus gue di gorok, udah gitu di mutilasi..terus.."
"Oke, saya anterin,"
Linford berseru riang, membuat Vernon kalah ternyata tak begitu sulit, Linford semakin jatuh cinta saja pada pria di hadapan nya ini, bahkan sup nya hanya di makan satu suapan, Linford lebih tertarik merecoki Vernon, kapan lagi berbincang se santai ini dengan suami tampan nya 'kan?
Selang beberapa menit tak ada lagi obrolan, berakhir Vernon makan dengan tenang.
Setelah sarapan keduanya bersiap untuk mulai ber aktivitas pagi ini, Vernon bahkan sudah memakai setelan kerja nya, itu sungguh membuat Linford semakin mengagumi ketampanan suami nya.
Sedangkan Linford hanya memakai pakaian biasa saat akan pergi keluar, ia tak begitu mencolok dan juga tidak terlalu biasa, intinya penampilan nya standar seperti anak kuliah yang lain.
Sesuai permintaan Linford, Vernon mengantar Linford ke kampus nya. Saat di perjalanan Linford membuat Vernon terus naik darah, dengan sikap nya yang tak mau diam.
Bocah itu bahkan terus menerus mengajak Vernon berbincang hal-hal yang sama sekali tak penting.
"Sayang ku, nanti jemput gue ya," pinta Linford.
"Kamu kan saya kasih uang, kenapa gak naik bus atau taxi saja," Vernon menyahut.
"Gue gak mau di culik,"
Linford memulai kembali jurus menyedihkan nya, untuk membuat Vernon luluh.
Vernon merotasikan matanya, lagi-lagi Linford merengek menyedihkan sudah seperti bocah minta uang jajan, sungguh Vernon muak terjebak dalam situasi seperti ini.
Linford mengapit tangan nya, "ganteng nya gue, jemput ya, kalau gak sama lo sama siapa lagi, suami gue kan lo," mohon Linford.
"Lepasin tangan saya, saya belum mau mati," ucap Vernon, sontak Linford melepas tangan Vernon.
Bocah itu mencari akal agar suami nya ini mau menjemput nya, ia benar-benar tak mau pergi keluar sendirian, membayangkan ada yang meremas bokong nya lagi di dalam bus, sungguh membuat Linford bergidik ngeri, oh..ayolah banyak orang cabul berkeliaran di luar sana, Linford tak bisa menjamin ia akan selamat atau tidak.
"Baiklah." ucap Vernon pada akhirnya, ia merasa tak suka dengan ekspresi Linford yang berpikir keras dalam hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married For Bussines [TERBIT]
ChickLitPart lengkap Ending berbeda dengan versi cetak Menikah karena bisnis mungkin terdengar sangat kurang enak untuk di dengar namun itu lah yang di rasa kan oleh Vernon Rainer yang harus menerima paksa-an kedua orang tua nya yang ingin menikahkan pria i...