18

9.6K 823 28
                                    

By:@LUTFIAHRAMADANI0

______

Linford mereba leher nya yang masih terasa perih, oh ayolah walaupun itu hanya drama tetap saja rasanya sakit.

Linford akan lebih licik jika lawan nya licik, mempertahankan apa yang ia punya adalah hak nya.

Dan Vernon suami nya, sudah sangat jelas itu hak nya untuk menjaga milik nya.

"Berhenti menyentuh nya, luka nya akan terus terasa sakit jika kau menyentuh nya terus," tegur Vernon, ia duduk di samping Linford.

Sungguh tadi itu sangat membuat nya panik, tak terbayangkan bagaimana jika ia tak membawa Linford dengan cepat mungkin istri nya ini akan mati, dan Laura menjadi tersangka.

Ia tak mau sampai wanita nya masuk penjara.

"Apa kau menyinggung Laura, sampai ia melakukan itu?" tanya Vernon.

"Lo suka nuduh sembarangan, udah tahu dia yang salah terus aja berusaha nyari pembenaran, sebenarnya yang nikah sama lo tuh gue atau dia?" Linford berkata dengan kesal, ia menatap Vernon sinis.

Ia tak bisa membiarkan Vernon berbuat semau nya, cinta itu seperti partikel terkecil tak bisa di bagi maupun terbagi.

Vernon hanya menghela napas, lagipula ia belum bertanya pada Laura dan sial nya, Laura sulit di hubungi.

Vernon yakin kekasih nya itu pasti marah, namun ia juga tak bisa apa-apa, jika ia  lebih memilih Laura tadi sudah di pastikan akan ada gosip miring tentang diri nya.

"Ver, ngaku sama gue lo selingkuh kan sama dia?" tanya Linford tiba-tiba, membuat Vernon tersedak air liur nya sendiri.

"Apa maksud kamu?" Vernon balik bertanya, membuat Linford menaik kan alis nya.

"Kalau sampe lo selingkuh beneran, gue bakalan aduin ke mama sama papa!" sentak Linford penuh ancaman.

Gue janji bakal bikin lo suka sama gue!

Linford membatin, tatapan nya masih sama sinis nya.

Vernon yang seakan tertuduh mendelik tak suka pada ucapan Linford.

"Harus nya kamu sadar, kamu gak bisa maksain kehendakan saya normal Lin, saya bukan pria gay," tutur Vernon, ia berusaha meluruskan pemikiran Linford.

"Laura cinta pertama saya semasa sekolah, dia wanita cantik, dan baik. Dan tentu saja siapa yang tak akan menyukai wanita seperti Laura," lanjutnya.

Manik hitam Linford menatap suami nya dengan datar, tak perlu di tanyakan soal keadaan hati nya, siapa yang tak sakit saat suami nya memuji orang lain.

"Terus lo pikir gue apa?" tanya Linford, "lo gak pernah mikirin perasaan gue, sekali aja," lanjutnya.

Vernon jelas melihat tatapan terluka itu, namun apa boleh buat, jujur lebih baik 'kan?

"Saya hanya ingin mengatakan yang sebenarnya, tolong mengerti," ucap Vernon.

Linford menghela napas, lalu berdiri dari duduk nya.

"Gue pastiin lo bakalan nyesel udah ngomong gitu, lo tahu?" Linford menjeda ucapan nya, "nyesel dateng nya di akhir kalau di awal namanya prolog."

Setelah mengatakan itu, Linford melangkah pergi.

Leher nya sakit, dan sekarang berdebat sungguh Linford berharap ia tak akan mati muda, menikah dengan Vernon memang membutuhkan ke sabaran yang extra.

Saat masuk ke kamar, ia langsung merebahkan tubuh nya.

Istirahat setelah menjalani hari berat memang sangat di butuhkan.

_____________

Leher nya masih di perban, membuat Linford sedikit merasa malu, karena sepanjang perjalanan banyak yang meperhatikan nya.

Ia mendorong troli mulai memilih apa saja yang akan di beli, belanja bulanan rutin yang sering kali Linford lakukan.

Terkadang ia akan membeli beberapa setel baju dari uang bulanan, Linford tersenyum konyol, ia pikir ini lah keberuntungan menikah dengan Vernon setelah sekian banyak minus nya, ada juga hal yang berguna bagi hidup nya.

Menghabiskan uang Vernon, tak heran jika Laura menempel pada suami nya.

Vernon termasuk jajaran pria bodoh, jika di pikir oleh logika, mengapa Laura tak menerima Vernon saat di sekolah mula, mengapa harus sekarang saat iq sudah menjadi orang penting.

Apa tak ada rasa curiga dari Vernon? Linford ingin merasa heran, namun namanya juga Vernon, bodoh, kaku, manipulatif dan lain nya.

Seharus nya Vernon bersyukur walaupun di mata Linford sifat nya buruk, tetap saja submisif itu mencintai nya.

"Lobak udah, daging udah emm...apalagi ya,"

Tangan nya melihat-lihat bahan makanan, Linford lupa tidak mencatat apa saja yang harus ia beli.

"Bawang?"

Linford sedikit mendongak, melihat siapa yang menyahut tanpa di undang itu.

"Kau belanja sendiri?" tanya nya.

"Eumm...emang lo lihat gue banyakan, udah tahu sendiri, pake nanya," ucap Linford, membuat pria di hadapan nya terkekeh.

"Kau orang yang tak suka basa-basi ya, ah ya perkenalkan aku Damian," pria itu mengulurkan tangan nya, yang tentu saja di sambut oleh Linford ia bukan lah orang yang tak mau di ajak kenalan.

"Linford,"

"Kau sudah menikah?" Damian bertanya saat melihat cincin di jari manis Linford.

"Hem, beberapa bulan lalu," Linford melepas jabatan tangan nya.

"Ck, aku kehilangan kesempatan mendapatkan submisif manis," ucap Damian.

Linford mendengus, selain tak suka pria kaku, ia juga tak suka pria tukang membual seperti Damian.

Ucapan Damian barusan sangat tak patut di tiru, padahal mereka baru saja bertemu namun Damian berani menggoda istri orang lain.

"Minggir, gue mau beli buah-buahan," ucap Linford.

"Tentu saja manis, silahkan,"

Linford merotasikan matanya, pembual, player, orang aneh dan banyak lagi umpatan dalam hati nya untuk Damian.

Linford pikir Damian akan pergi, namun pria itu malah membuntuti nya, membuat Linford jengkel sendiri.

"Jangan ngikutin gue, atau gue telepon nomer darurat supaya lo tahu rasa," ancam Linford, yang hanya di balas kekehan ringan.

Tanpa membuang waktu lagi, Linford segera pergi ke kasir, ia tak mau berlama-lama, tak peduli jika ada sesuatu yang belum ia beli.

Namun Damian tak menyerah begitu saja, ia terus mengikuti Linford sampai parkiran, entahlah ia suka dengan wajah Linford yang tengah berbicara ketus padanya, itu sangat menggemaskan.

"Stop..ngikutin gue!" sentak Linford ke sabaran nya hampir habis.

"Gue bakal telepon suami gue, lo bakal abis sama dia, dia kayak anjing galak yang bakal gigit musuh kayak lo," tutur Linford, semakin membuat Damian gemas.

Demi apapun ia ingin membawa pulang Linford, mengurung nya membiarkan ke indahan paras itu hanya ia saja yang menikmati nya.

Damian jadi penasaran dengan suami Linford, ia ingin tahu se berat apa saingan nya ini.

"Lo udah kayak orang gila, senyum-senyum sendiri," ucap Linford menyadarkan Damian dari lamunan nya.

"Bukan kah kau mau menghubungi suami mu, cepatlah, biar aku tahu seberapa berat saingan ku itu."

Married For Bussines [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang