9

2.2K 262 22
                                    

vote dan komen say.
gak sempet ngecek typo apa gak soalnya keburu malu sendiri.
____________






Jiwoong mendorong pintu kamar Yujin setelah mengetuknya beberapa kali dan mendapati sikecil yang sedang bermain game lewat ponsel.

"Adek, ini udah jam berapa?? kok belum tidur???"

"Bentar lagi pa, nanggung banget ini tinggal dikit lagi."

"Tidur dek. Malam ini pindah ke kamar di bawah."

Mendengar perkataan Jiwoong yang demikian Yujin segera mematikan ponselnya dan bersiap untuk melayangkan protes karena disuruh meninggalkan kamar yang sudah ia tempati bertahun-tahun itu.

"Kok gitu sih!? gak! gak mau!"

"Buat malam ini aja kok, besok pindah lagi."

"Emangnya kenapa sih pa?? Serem tau di bawah tidur sendiri. Lagian kan kamar yang itu selama ini gak ada yang nempatin."

Jiwoong menghela nafas. Sudah ia duga akan sulit membujuk Yujin. Karna kalau tidak diungsikan akan sangat berbahaya jika mereka masih di satu lantai yang sama malam itu.

"Pilih pindah ke kamar lantai bawah atau nginep di rumah Gyuvin??"

"Tidur di kamar papa."

"Yujin..."

"Iya iya! Adek mau nginep di rumah kak Gyuvin aja!"

Pilihan yang kedua memang agak menggiurkan. Mungkin kalau menginap di rumah Gyuvin mereka bisa begadang sampai pagi. Seumur hidupnya Yujin belum pernah mencoba begadang. Mungkin ini akan jadi kesempatan baginya.

"Lagian papa sama mama mau ngapain sih?? kok ya kayak sengaja banget mau ngusir adek dari rumah?" tanya Yujin yang keluar dari kamar diikuti Jiwoong di belakangnya. Jiwoong berniat mengantarkan Yujin.

Mengantarkan sampai di depan pintu rumah mereka.

Karena rumah Gyuvin tepat berada di depan rumah mereka.

"Mau main. Makanya kamu ngungsi dulu malam ini." Jawab Jiwoong sambil merangkul Yujin yang tingginya hampir sama dengannya sekarang.

Saat melewati anak tangga, Jiwoong sengaja melihat kearah dapur dan ia mendapati Bina masih berada di sana. Ia tersenyum saat matanya tidak sengaja bertatapan dengan Bina. Jiwoong menyesal, seharusnya ia dari dulu begini dengan Bina.

Jiwoong terkekeh saat melihat Bina mengalihkan pandangannya secara tiba-tiba membuat Yujin yang tidak tahu menahu memperhatikan Jiwoong dengan tatapan aneh.

"Emangnya mau main apa sih??" tanya Yujin saat sudah sampai di teras rumah. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Jiwoong dengan kesal karena sudah di usir malam-malam begini oleh papanya itu.

"Main tic tac toe sambi minum susu. Anak kecil gak boleh ikut."

Dan seterusnya akan menjadi narasi tidak ramah untuk si kecil.

_________________________

"Bina."

Bahu bina berjengit kaget saat Jiwoong memanggil namanya tepat saat ia memasuki kamar. Jiwoong telah selesai dengan agenda membujuk Yujin dan sekarang dia bersiap untuk agenda yang lainnya.

Bina merasa kakinya melemas saat mendengar langkah kaki Jiwoong mendekat. Detik berikutnya Jiwoong duduk di tepian kasur dan menarik pinggang Bina agar ia duduk diatas pangkuan Jiwoong.

Lanpu kamar telah ia matikan. Kini hanya tersisa penerangan dari satu lampu tidur dan cahay yang masuk dari luar kamar karena Jiwoong sengaja tidak menutup pintu kamar mereka.

Toh Yujin sudah mereka ungsikan ke rumah tetangga.

Piyama satin pendek tanpa lengan yang selalu dipakai Bina adalah hal yang paling Jiwoong sukai.

Bina mengalungkan kedua lengannya pada leher Jiwoong. Sesekali ia akan meremas belakang baju Jiwoong saat ia merasa geli dengan elusan lembut Jiwoong di pahanya. Jiwoong membawa tubuh Bina agar berbaring diranjang. Ia mencoba merapikan anak rambut yang menutupi wajah Bina.

Dengan cahaya yang remang-remang Jiwoong terus menatap Bina yang ada di bawah kukungannya. Ia mengecup bibir Bina berkali-kali. Terus seperti itu hingga Bina merasa malu. Ia tidak terbiasa di cium oleh suaminya sendiri. Yang lebih tua menggeser tubuhnya sedikit ketepian ranjang, mencoba meraih laci nakas di dekat situ untuk mencari sesuatu.

"Nyari apa??" tanya Bina yang suaranya mulai hilang.

"Pengaman, Bin." jawab Jiwoong yang akhirnya menemukan barang yang ia cari.

Bina masih malu-malu. Ia mengambil pengaman itu dari Jiwoong dan menyimpannya di bawah bantal yang ia pakai.

"Gak usah kak. Gak perlu pakai." Ujar Bina yang membuat Jiwoong terdiam sebentar.

"Kamu beneran yakin??"  Bina mengangguk dengan pertanyaan barusan.

Dan seterusnya hujaman demi hujaman terus didapat Bina dari Jiwoong yang membuat sekujur tubuhnya gemetar.















I'm so embrassed. izin menghilang dua minggu

©Jiwoongitis

Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang