Jiwoong memegang amplop berisi hasil CT SCAN Yujin beberapa hari yang lalu. Mobilnya kini telah terparkir di halaman rumah. Jiwoong baru keluar dari mobil saat pintu rumah di buka. Di sana Yujin berdiri dengan celana pendek di atas lutut menunggu Jiwoong masuk ke dalam rumah.
Jiwoong menyembunyikan amplop itu dibalik badannya. Ia tersenyum pada Yujin dan merangkul pundak yang lebih muda.
"Mama di kamar?"
"Iya."
Yujin menghentikan langkahnya dan melepas rangkulan Jiwoong yang hendak membawanya untuk ikut ke kamar.
"Kenapa kak?"
"Kakak mau lanjut makan." jawab Yujin sambil menunjuk ke arah meja makan yang tidak terlalu jauh dari kamar itu. Jiwoong dapat melihat satu buah piring dan gelas ada di atas meja. Ia lalu mengangguk dan membiarkan Yujin melanjutkan langkah ke dapur.
Jiwoong yang hendak meraih gagang pintu dikejutkan oleh Bina yang lebih dulu membuka pintu. Jiwoong menggeser tubuhnya sedikit agar Bina dapat lewat. Keduanya lalu sama-sama memilih untuk duduk di sofa ruang tengah. Amplop yang sedari tadi di pegang Jiwoong dengan pelan ia letak ke atas meja yang ada di sana.
"Kalau gak lagi rewel kenapa gak dibiarin di dalam box bayi aja?" Jiwoong berbicara soal Juan yang tidak pernah lepas dari dekapan Bina. Bina mengalihkan pandangannya dari amplop yang berada di atas meja ke arah Jiwoong lalu menggeleng sebagai jawaban.
Bina semakin mengeratkan dekapannya namun masih memberi ruang untuk Juan agar nyaman. Berat bagi Bina untuk melepas Juan meski hanya sebentar.
Jiwoong mengambil alih Juan dari gendongan Bina bermaksud agar wanita itu dapat beristirahat sebentar. Namun yang Bina lakukan malah meraih amplop yang berada di atas meja. Buru-buru Jiwoong menahan tangan Bina.
"Gak usah dilihat."
Perkataan Jiwoong semakin membuat Bina penasaran. Ia mencoba meraih amplop itu kembali. Tapi ketika berhasil suara gelas pecah dari dapur mengundurkan niat Bina untuk melihat isi amplop.
Jiwoong memberikan Juan kembali ke dalam gendongan Bina. Keduanya lalu pergi ke dapur dan mendapati Yujin yang berjongkok di lantai memungut pecahan gelas.
Jiwoong menarik lengan Yujin pelan untuk membawanya menjauh dari beling yang berserakan. Ia memandang jari Yujin yang tergores beling terlebih dahulu baru bertanya apa yang sudah terjadi.
"Ma-maaf Pa. Tadi— tadi pas mau minum tangan Yujin tiba-tiba lemes. Yujin beneran gak sengaja jatuhin gelasnya."
"Kamu pusing?"
Belum sempat Yujin menjawab Bina terlebih dahulu menyela. Ia melepas tangan Jiwoong yang sedang menahan Yujin. Dilihatnya luka Yujin yang tidak terlalu parah.
"Udah kak ini biarin aja nanti diberesin. Lukanya bisa kakak pakein plester sendiri kan?" Yujin mengangguk menjawab Bina. Ia lalu pergi dari sana meninggalkan Bina dan Jiwoong di dalam sunyi beberapa detik.
"Hasilnya gimana?" Bina mendekati Jiwoong dan memegang lengan yang lebih tua agar menjawab pertanyaannya soal hasil CT SCAN Yujin.
"Waktu kecelakaan kemarin, kepala Yujin kebentur keras." Bina menurunkan tangannya perlahan dari lengan Jiwoong saat kalimat itu sengaja di jeda.
"Cedera otak?" Bina bertanya dengan suara yang sudah bergetar karena Jiwoong tidak kunjung melanjutkan kalimatnya.
"Jangan terlalu dipikirin."
"Beneran cedera otak??"
Jiwoong memegang kedua pundak Bina. Keduanya saling bertatapan. Lalu Jiwoong mengangguk membuat seluruh tubuh Bina kehilangan tenaganya.
pencet vote agar up setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han Yujin
Fiksi Penggemar"Gimana sih kamu ngurus anak satu aja gak becus!?!!?" ©jiwoongitis 2023