34(5)

1.3K 215 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

semalem ketiduran🧎🏻‍♂️🧎🏻‍♂️🧎🏻‍♂️🧎🏻‍♂️🧎🏻‍♂️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




semalem ketiduran🧎🏻‍♂️🧎🏻‍♂️🧎🏻‍♂️🧎🏻‍♂️🧎🏻‍♂️








Setelah membuang tisu bekas tadi ke tempat sampah Jiwoong kembali menghampiri Bina yang kini tengah menangis sambil menimang Juan yang mulai rewel. Ia mengambil Juan dari gendongan Bina karena ia tahu bekas jahitan di perut Bina akan terasa sangat perih bila terlalu banyak bergerak.

Juan kembali tidur dengan tenang beberapa saat begitu di gendong oleh Papa-nya. Jiwoong kembali duduk pada kursi yang berhadapan dengan Bina. Lutut Jiwoong yang berbalut celana training bersentuhan dengan lutut Bina yang tidak tertutup apapun.

Jiwoong menggendong Juan dengan tangan kiri, sedangkan tangan menarik tengkuk Bina. Jiwoong mencium bibir Bina yang bergetar karena menangis. Asin air mata langsung terasa oleh lidahnya begitu bibir mereka saling bertabrakan.

"Jangan dibikin stress ya. Kakak udah dibikinin janji buat ketemu dokter." Jiwoong kembali berdiri dari duduknya untuk mematikan kompor. Air yang ia panaskan entah untuk apa diabaikan begitu saja oleh Jiwoong.

Ia sebenarnya juga tidak bisa mengabaikan Yujin yang mimisan untuk ketiga kalinya dalam dua minggu terakhir. Yang terakhir kali Yujin bahkan sampai demam tinggi dan untungnya tidak harus dirawat di rumah sakit.

"Bin, kuat jalan sampai ke kamar?" Jiwoong bertanya pada Bina yang berdiri dengan susah payah karena menahan perih di perut. Bina mengangguk dan mendahului Jiwoong kembali ke kamar. Di belakang Jiwoong menyusul sambil membawa air dingin di wadah kecil dan handuk kecilnya.

Wadah itu ia letakkan di atas nakas terlebih dahulu lalu memberikan Juan kepada Bina untuk dibiarkan tidur di dalam box bayi. Jiwoong duduk di sisi ranjang yang dekat dengan Yujin. Yujin yang memang tidak tidur membuka mata dan mendapati Jiwoong sedang mamandangi dirinya.

"Pusing?" Yujin menggeleng.

"Mana coba Papa lihat tangan kakak yang bengkak."

Yujin menunjukan tangannya yang mengalami patah tulang pada kecelakaan yang lalu. Jiwoong lalu menggunakan air dingin yang di bawanga tadi untuk mengompres bengkak pada tangan Yujin.

"Mau Papa bantuin pindah ke kamar kamu?"

"Gak usah. Disini aja." Bina yang menjawab demikian. Ia mendekati keduanya dan menaiki ranjang untuk berbaring di sebelah Yujin.

"Jangan peluk Mama, kak. Jahitan perut Mama belum sembuh." Larangan Jiwoong tidak diindahkan keduanya. Tangan Yujin yang sedang dikompres ia letakkan di pinggang Bina sedang menyisir rambutnya menggunakan tangan.

"Bentar lagi maghrib." ujarnya namun ikut berbaring di sebelah Bina. Jiwoong mengulurkan lengannya agar dijadikan bantal oleh Bina serta Yujin. Jiwoong mencium pucuk kepala Bina. Lalu tangannya yang bebas menggenggam tangan Yujin yang berada di pinggang Bina.

Biarlah mereka seperti itu untuk sejenak tanpa memikirkan apa yang akan terjadi esok hari.

















kayaknya sisa 3-4 chapter lagi.

kayaknya.






Tuh guys masukin semua ke library kalian ya💋💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuh guys masukin semua ke library kalian ya💋💋

Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang