6

2.4K 348 5
                                    

Pagi itu Bina terbangun dengan perasaan tidak enak di perutnya. Rasa mual yang selalu datang setiap kali Bina bangun di pagi hari selama beberapa minggu kebelakang membuatnya benar-benar terganggu. Ia selalu berusaha menahan karena muntah dipagi hari adalah hal yang paling Bina benci, rasa pahit itu, Bina sangat membencinya.

Bina duduk di tepi ranjang beberapa menit untuk menghindari rasa pusing sebelum kemudian beranjak merapikan tempat tidur. Pintu kamar mandi terbuka, dari dalam keluar Jiwoong yang telah selesai membersihkan diri.

"Gak usah masak." Jiwoong menginterupsi Bina karena ia sudah hapal apa yang akan wanita itu tanyakan. Bina melirik jam yang berada di atas nakas tepat disebelah tempat tidur.

7:15 pagi.

Bina selalu bangun dari tidur pukul 7:15 pagi. Padahal ia rasa sebelum tidur ia sudah mengatur alaram. Akan tetapi semua terasa tidak berguna karena Bina selalu bangun tidur 1 jam lebih lambat dari alaram yang ia pasang.

Bukan karena susah untuk bangun. Tapi karena sebenarnya alaram tersebut tidak pernah berbunyi sebagaimana mestinya.

Setelah berkata demikian, Jiwoong keluar dari kamar sambil memasang jam tangan di tangan kanannya diikut oleh Bina yang juga beranjak dari sana menuju kamar mandi.

Tanpa ia sadari kalau pintu kamar mandi belum ia tutup rapat dan tanpa ia harapkan, Jiwoong kembali masuk kedalam kamar sehingga untuk kesekian kalinya ia melihat Bina memuntahkan isi perutnya.

___________________

Suara ponsel yang terus berdering memaksa Bina untuk beranjak dari posisi tidurnya. Bina pun tidak mengerti kemana semua tenaganya yang tiba-tiba hilang. Alhasil dari pagi hingga menuju pukul 1 siang ia hanya berbaring sambil memejamkan mata.

Suara ponsel yang nyaring itu sangat mengganggu. Bina melihat layar ponsel yang menampilkan panggilan masuk, di sana tertera sebuah nomer tidak dikenal. Berdehem sebentar memastikan suaranya tidak terdengar aneh, Bina menggeser ikon telepon di layar untuk menjawab panggilan masuk.

"Selamat siang Ibu, maaf menganggu. Tapi ini benar dengan nomernya Ibu Yujin??"  mendengar pertanyaan barusan membuat dada Bina nyeri karena sedikit terkejut. Ia langsung memikirkan apakah terjadi sesuatu kepada Yujin atau tidak.

"Ahh Ibu jangan khawatir. Yujinnya baik-baik aja kok." lanjut orang di seberang karena Bina hanya diam tanpa menjawab pertanyaan awal yang tentu saja hanya basa-basi.

"Iya, benar. Ini dengan ibu Yujin. Ada apa ya bu???"

"Begini bu, Yujin lupa ngasih tahu kalau hari ini ada rapat untuk semua Wali Murid ya??? Rapatnya hari ini jam 2 siang."

Benar, Yujin tidak pernah mengatakan tentang rapat itu kepada Bina dan sepertinya kepada Jiwoong juga. Entah disengaja atau tidak yang pasti Bina segera bersiap setelah panggilan itu ditutup oleh lawan bicara.

Kuat maupun tidak Bina harus hadir karena tidak mungkin dia meminta Jiwoong yang datang.

_____________________

Dilain sisi, Yujin sedang bermain game menggunakan ponsel bersama teman-temannya di pojok belakang kelas. Tentu saja saat itu sedang jam kosong karena rapat. sesekali di pojok kelas itu terdengar teriakan dari anak-anak yang sedang bermain game online bersama tersebut.

"Woi Jin, yang datang ke rapat siapa??? Papa lu kan sibuk. Mana sempet dia datang." tiba-tiba salah satu dari mereka bertanya kepada Yujin membuat yang lain mengalihkan fokus sebentar dari layar ponsel masing-masing.

Namun tidak dengan Yujin, tanpa mengalihkan pandangan ia menjawab pertanyaan tadi membuat beberapa anak mengalihkan perhatian sepenuhnya kepada Yujin.

"Mama gue." jawabnya singkat.

"Hah?? Gimana Jin??"

"Yang bener aja lu kalau ngomong."

Yujin berdecak mendengar tanggapan dari dua orang temannya tadi. Dia melirik temannya sekilas sebelum mematikan layar ponsel dan beranjak dari tempat duduknya.

"Bapak gue udah nikah lagi." ujarnya singkat sebelum benar-benar pergi dari sana.

Yujin memilih untuk pergi ke kantin. Disepanjang koridor menuju ke sana sangat ramai oleh murid yang berlalu lalang. sesekali Yujin menghela nafas karena terganggu oleh murid-murid yang berbicara dengan berisik. Ia ingin cepat sampai. Karena itu Yujin mempercepat langkah kakinya tanpa ia sadari ternyata sedari ia keluar dari kelas hingga sampai di kantin seseorang mamanggil namanya sambil terus mengikuti Yujin dari belakang.

"WOI YUCIL! BUDEG YA LU!?" teriaknya karena kesal kepada Yujin yang harus membuat tenggorokannya kering.

Itu Gyuvin. Tetangga Yujin sekaligus kakak kelasnya. Yujin memperhatikan sekilas pin tanda anggota PMR yang melekat di saku seragam Gyuvin sebelum bertanya ada keperluan apa Gyuvin kepadanya sampai harus rela berbuat demikian.

"Emak lo pingsan pas rapat anjir." jawab Gyuvin mengundang perhatian dari beberapa orang yang melewati mereka. Untungnya mereka hanya memperhatikan sekejap tanpa ada niat untuk tahu lebih lanjut.

Gyuvin segera menahan tangan Yujin yang hendak berlari ke arah UKS. "Mau kemana lo??? Tante Bina udah di bawa ke rumah sakit pakai Ambulance."

Tungkai Yujin kehilangan tenaga. Seberapa sakit mamanya hingga pingsan ditengah-tengah orang banyak dan harus dilarikan ke rumah sakit.

























Character🔓

Character🔓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Gyuvin




Yang nebak Yujin mau punya adek, selamat!!

Selamat nunggu chapter depan maksudnya😛😛😛😛😛

work lain ada di profil ya. cek aja.

40 vote for unlock next chapter ya besti

©Jiwoongitis

Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang