Seperti yang sudah ia kira sebelumnya, ketika ia bangun dipagi hari nanti pasti semua badannya akan terasa sakit seperti habis melakukan pekerjaan berat.
Dan benar saja, saat Bina terbangun karena merasa tidak nyaman dengan badan yang lengket ia merasa seperti tulang-tulangnya telah patah. Rasa nyilu ada di mana-mana dan kepalanya pun terasa berat. Bina melihat jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul 5 pagi.
Ia lalu melirik Jiwoong yang masih tertidur di sebelahnya. Tanpa mengganggu tidur Jiwoong, Bina beranjak dari sana bermaksud untuk membersihkan diri agar badannya terasa lebih nyaman.
Bina keluar dari mandi dengan tubuh yang sedikit terasa lebih nyaman. Di sana, ia mendapati Jiwoong yang duduk di tepi ranjang sambil mengumpulkan nyawa. Mungkin ia terbangun karena terganggu oleh suara air dari dalam kamar mandi tadi.
Bina berjalan ke arah lemari, mengambil satu buah sprei bersih. Baru setelahnya ia menghampiri Jiwoong yang sudah berdiri dari posisi duduknya.
"Pagi banget kamu bangunnya Bin." Memang benar masih terlalu pagi. Jam saja belum menunjukkan pukul enam.
"Kamu mau mandi sekarang?? Aku mau ganti spreinya dulu." Jiwoong mengangguk sebagai jawaban. Ia menyubit pipi Bina sekilas sebelum beranjak menuju kamar mandi.
Baru setelahnya Bina bergerak mengganti sprei bekas semalam dengan yang bersih.
Sebetulnya Bina masih ingin tidur. Ia sedari tadi menahan sakit pada pinggangnya dan kedua paha bagian dalamnya yang terasa kaku. Karena tempat tidur yang sudah kembali bersih dan ia pun juga selesai membersihkan diri, Bina merebahkan dirinya di ranjang dan mencari posisi ternyaman untuk tidur barang hanya sebentar.
Tapi pada kenyataannya hingga dua puluh menit kemudian saat Jiwoong selesai mandi pun ia masih belum bersedia membuka matanya.
Jiwoong yang melihat hal itu menghampiri Bina dan ikut naik ke atas ranjang. Ia merapikan anak rambut yang menutupi wajah Bina yang membuat tidurnya terganggu.
"Eh ya ampun, malah keblablasan tidurnya." Bina berkata dengan suara yang serak. Jiwoong menahan Bina yang hendak bangun. Ia mengunci pergerakan Bina yang terlihat jelas kalau matanya masih tidak sanggup untuk terbuka.
"Tidur lagi aja, masih pagi." Jiwoong menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh Bina.
Jiwoong tahu betul kalau dirinya semalam terlalu brutal. Setelah ini sepertinya ia perlu meminta maaf kepada Bina.
___________________
Saat Jiwoong keluar dari kamar, ia bertemu dengan Yujin yang hendak pergi ke kamarnya. Pada awalnya Yujin tidak ingin berhenti, tapi Jiwoong malah menyapanya terlebih dahulu.
"Eh anak bujang Papa. Baru pulang kamu???" mendengar papanya yang berkata barusan ia hanya bisa terdiam tidak percaya.
"Waduh Bapak. Siapa sih yang tadi malam ngomong 'Kalau gak pulang tiga hari juga gak papa dek.'"
"Orang tua mana yang tega ngusir anaknya malam-malam selain papa??""Mau makan apa, dek?? Pagi ini papa yang masak."
"Makan hati." Jawab Yujin sembarangan saat Jiwoong tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.
Yujin melangkah maju, mencoba masuk ke kamar Jiwoong dan Bina namun jalannya dihadang oleh Jiwoong. "Mau kemana?? Kamar kamu kan yang di sana??"
"Mau ngadu Mama." jawab Yujin yang masih terus berusaha memasuki kamar itu namun tetap tidak bisa karena dihadang papanya.
"Gak boleh. Mama masih istirahat."
"Bentar doang kok. Papa nih kenapa sih dari kemarin malam nyebelin banget!"
"Udah sana mending mandi. Emang kamu gak sekolah??"
"Papa sendiri juga emang gak kerja??"
"Ya Libur."
"Ya Sama! Libur juga."
Yujin bosan berdebat dengan papanya yang pasti tidak akan selesai jika diladeni terus menerus. Akhirnya ia pergi dari sana menuju kamarnya masih dengan mulut yang terus mengomel.
Jiwoong yang melihat perilaku Yujin tertawa pelan. Ia lalu melihat kembali ke dalam kamar, disana masih ada Bina yang tertidur dengan pulas.
Hari ini ia harus menggantikan Bina melakukan pekerjaan rumah dan membujuk Yujin agar tidak marah.
©Jiwoongitis
KAMU SEDANG MEMBACA
Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han Yujin
Hayran Kurgu"Gimana sih kamu ngurus anak satu aja gak becus!?!!?" ©jiwoongitis 2023