22

1.5K 247 14
                                    

Sehabis membersihkan diri Jiwoong membantu Bina yang masih mengurus cucian. Tidak terlalu banyak karena hanya pakaian Bina dan Yujin serta milik Jiwoong yang ia pakai sebelum mandi tadi.

Begitu selesai Jiwoong menarik tangan Bina kembali ke sofa yang ada di ruang tengah. Ia mendudukkan dirinya di sana sambil meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Jiwoong bersandar pada punggung sofa sembari kembali menepuk pahanya sendiri mencoba membujuk Bina agar segera naik ke sana.

Bina yang masih berdiri di hadapan Jiwoong berkacak pinggang melihat Jiwoong yang masih saja menagih agenda mengecas itu. Ia mendekati Jiwoong. Kalau hanya sebentar tidak ada salahnya.

Bina mencolek lutut Jiwoong memberi isyarat agar yang lebih tua membuka kakinya sedikit lebih lebar. Duduk di atas paha Jiwoong bukanlah ide yang bagus.

"Peluk dari belakang aja ya. Aku mau nyender."

Jiwoong duduk agak ke belakang supaya Bina bisa memposisikan diri di antara kedua kakinya. Begitu Bina berhasil duduk di sana Jiwoong langsung mengapit Bina dengan kedua kakinya.

Bina bersandar pada dada Jiwoong, ia bergerak beberapa kali berusaha mencari posisi paling nyaman disana. Jiwoong memeluk Bina dari belakang. Sesekali tangannya akan mengusap perut Bina lalu memberi kecupan pada pucuk kepala yang lebih muda.

"Tumben anteng." Jiwoong membuka suara. Tangannya terus berusaha mencari pergerakan dari perut Bina namun tidak berhasil. Bina yang mendengar itu ikut menyentuh perutnya.

"Kayaknya adek tau kakak lagi sakit deh. Rewelnya jadi gantian."

Mereka kembali terdiam sebelum Jiwoong tiba-tiba mengangkat tubuh Bina agar duduk di pangkuannya. "Pengen lihat muka cantik bumil."

Bina duduk menyamping di pangku Jiwoong. Tangan Bina memegang pundak Jiwoong sedangkan tangan Jiwoong memeluk pinggang Bina.

"K-kak jangan... Sakit." Bina terbata menghentikan tangan Jiwoong yang meremas pinggangnya. Jiwoong menautkan alis memandang Bina yang sekarang sedang mengalihkan pandangannya dari Jiwoong. Jiwoong merasa tadi ia tidak meremasnya terlalu kuat. Ia sangat yakin dengan itu.

Tanpa aba-aba Jiwoong menyingkap piyama Bina yang pendek. Ia terdiam sebentar sebelum tangannya yang lain menyentuh pinggang Bina yang terlihat memar.

"Kamu jatuh lagi!?" Jiwoong tersadar telapak tangan Bina yang ada di bahunya mengepal tanda ia terkejut dengan bentakan barusan. Buru-buru Jiwoong membawa Bina kedalam pelukannya sambil meminta maaf kepada yang lebih muda.

Jiwoong menangkup kedua pipi Bina agar ia menatapnya. "Jatuh lagi??" Ibu jari Jiwoong bergerak mengusap pipi Bina sambil kembali bertanya dengan nada yang lebih lembut.

Bina menggeleng. Tangannya ia lingkarkan pada leher Jiwoong dan menarik dirinya lebih menempel pada yang lebih tua.

"Kepentok meja dapur pas mati lampu."

"Perut kamu gak sakit??"

"Enggak."

"Yakin gak kenapa-napa??"

"Enggak papa kok." jawab Bina setelah memberi satu kecupan pada bibir Jiwoong. Jiwoong terdiam beberapa detik kemudian terkekeh.

"Masa cuma kecup. Lagi dong."

Bina meraih bibir Jiwoong terlebih dahulu. Ia hanya menempelkan bibirnya di atas milik Jiwoong. tangan Jiwoong yang masih berada di pipi Bina kini turun mendekap tubuh yang duduk di atas pangkuannya.

Keduanya sama-sama memejamkan mata merasakan sentuhan pasa bibir masing-masing. Jiwoong menggeragkan bibirnya lebih dulu diikuti oleh Bina. Suara decakan dari ciuman keduanya baru saja memenuhi ruangan itu tapi suara Yujin yang berteriak memanggil Bina terdengar.

Jiwoong menahan tengkuk Bina yang mencoba untuk menghentikan ciuman mereka berusaha mengabaikan Yujin yang terus memanggil dari dalam kamar. Ia baru berhenti saat Yujin mencul dari balik pintu dengan mata yang setengah terbuka.

Beruntungnya Yujin tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi.

"Kok ditinggal??" Yujin merengek menghampiri Bina yang telah turun dari pangkuan Jiwoong. Ia menjatuhkan kepalanya di paha Bina begitu ia duduk di sofa yang sama dengan Bina dan Jiwoong.

"Gak ditinggal kok. Mama dari tadi di sini sama papa."  Yujin mengangkat kepalanya, mendongak melihat Jiwoong yang bersandar pada sofa sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Sama aja."

.

"Kita tidur di karpet ya, biar kakak yang di kamar."

Jiwoong menganguk menyetujui Bina. Lagian karpet di ruang tengah cukup tebal. Tinggal ditambah alas bed cover akan terasa lebih nyaman. Daripada Bina harus naik turun tangga untuk tidur di kamar lantai atas.

Yujin yang tadinya berpura-pura tidur menegakkan badannya. "Mau Ikut." Yujin menggenggam tangan Bina yang tadi menyisir rambutnya.

"Gak boleh. Sempit."

"Kalau gitu papa yang sendiri di sini. Biar kakak yang sama mama."

"Gak boleh juga."

Bina menghentikan perdebatan antara Jiwoong dan Yujin. Pada akhirnya mereka tidur di kasur yang tidak terlalu kecil dan tidak juga terlalu luas itu bertiga.



























©jiwoongitis

Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang