21

1.5K 243 14
                                    

Yujin memasuki rumah dan langsung mencari keberadaan Bina. Ia melihat sekeliling rumah yang tidak ada orang sampai matanya tertuju pada pintu kamar lantai bawah yang sedikit terbuka.

Ia mandorong pintu kamar agar terbuka lebih lebar. Matanya berhasil menemukan Bina yang setengah berbaring di ranjangnya. Yujin duduk di sisi ranjang. Ia menangis saat menyadari telapak kaki Bina yang di perban.

Yujin tidak tahu apa penyebabnya. Yang jelas ia yakin itu terjadi karena kecerobohannya yang meninggalkan Bina sendiri di rumah.

Yujin berhambur memeluk Bina. Mulutnya dengan sadar terus mengucapkan maaf kepada Bina. Bina membalas pelukan Yujin dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang lain di depan perut, menahan badan Yujin agar tidak terlalu menindih Bina.

Bina membiarkan pelukan tersebut sampai tangis anak itu reda. Bina menyibak poni Yujin saat ia melepaskan pelukannya pada Bina. Telapak tangan Bina yang menyentuh kulit Yujin dapat merasakan panas di sana.

"Kenapa kening kakak bisa memar??"

Tepat setelah Bina bertanya hidung Yujin kembali mimisan. Yujin tidak bisa menahan pusing pada kepalanya lagi. Sudah ada mama di sana.

Yujin memejamkan mata, membiarkan tubuhnya jatuh ke dalam pelukan Bina dengan kesadaran yang perlahan menghilang.



______________________

Sudah dua malam Yujin terbaring lemas di kasur. Demamnya sudah reda siang tadi namun ia masih belum punya banyak tenaga.

Walau kadang Bina kesulitan bolak balik mengurus Yujin dengan membawa perut besarnya ke sana dan kemari, ia dengan sengaja tidak memberi tahukah keadaan Yujin kepada Jiwoong. Ia takut kalau Jiwoong nekat pulang saat itu juga dan meninggalkan pekerjaannya.

Biarlah Bina menahan ini sebentar sampai Jiwoong pulang besok malam.

Malam itu Bina menyuapi Yujin makan. Baru dua suapan, Yujin sudah menyerah. Kepalanya terasa berat dan bagian tubuh yang lain terasa sangat tidak nyaman bagi Yujin.

Sebenarnya ia tahan tapi karena ada Bina, Yujin lebih memilih untuk bersikap manja. Ada atau tidak ada Bina dalam jangkauan matanya Yujin akan tetap menangis.

Bina mengusap kepala Yujin menunggu sampai anak itu tertidur. Manjanya Yujin agak merepotkan. Ia tidak membiarkan Bina hilang dari pandangannya. Sampai-sampai Bina tidak sempat mencuci pakaian dari tiga hari yang lalu. Untung saja mereka memakai mesin cuci.

Setelah memastikan Yujin tidur Bina melepaskan tangan Yujin yang menahan baju yang Bina pakai. Bina mengendap keluar dari kamar dan membiarkan pintu kamar sedikit terbuka.

Ia berjalan ke depan rumah bermaksud mengunci pintu utama karena sudah malam. Ketika sampai di sana ia malah mendengar suara mesin mobil yang memasuki pekarangan rumah.

Segera Bina membukakan pintu rumah dan menemukan Jiwoong yang berjalan mendekat.

"Katanya besok malam baru pulang."

"Kangen rumah."

Jiwoong merangkul bahu Bina untuk masuk kedalam rumah. Saat sampai di ruang tengah telinganya tidak sengaja menangkap suara mesin cuci yang menyala.

"Kok malam-malam nyuci??? Yujin mana??"

"Demam anaknya. Rewel banget sampai gak sempat ngerjain apa-apa."

"Gara-gara hujan kemaren??? kok kamu gak ngasih tahu??"

"Kalau aku kasih tahu nanti kerjaan kamu keganggu."

"Terus sekarang Yujin di mana??"

"Baru aja tidur di kamar yang itu. Kalau mau lihat nanti aja."

Jiwoong mendudukkan diri pada sofa di ruang tengah. Ia membuka dua kancing atas kemejanya, melepas jam tangan yang ia pakai lalu menggulung lengan kemeja hingga siku.

"Sini. Mau ngecas bentar." Jiwoong menepuk-nepuk pahanya memberi isyarat pada Bina agar duduk di sana.

"Mandi dulu." jawab yang lebih muda dan melenggang meninggalkan Jiwoong di sana.






















" jawab yang lebih muda dan melenggang meninggalkan Jiwoong di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jadi gak sabar pengen liat adeknya yucil


©jiwoongitis

Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang