5

2.8K 390 3
                                    

Bintangnya jangan lupa diklik kakak.

________________



Malam itu setelah selesai makan malam. Jiwoong berdiri di depan pintu kamarnya dengan Bina, memperhatikan wanita yang sedang sibuk mengganti sprei tempat tidur. "Yakin kalau kamu gak papa???" tanyanya membuat Bina menghentikan aktifitasnya sejenak, menatap kosong kearah tangannya yang menggenggam ujung bantal.

Bina merapikan bantal-bantal tersebut lalu memastikan sekali lagi kalau tempat tidur itu benar-benar sudah rapi sebelum berbalik menghadap Jiwoong yang masih setia bersender di pintu kamar menunggu jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Gak papa kok." jawabnya dengan suara serak. Jiwoong menatap mata Bina, memberi isyarat pada wanita itu kalau dia tidak yakin dengan jawaban barusan.

Bina memilih untuk diam. Ia membawa kakinya melangkah keluar dari kamar. Namun belum sempat ia mencapai pintu kamar, Jiwoong telah menghadang langkahnya. Laki-laki itu bertanya kembali, untuk kedua kalinya dan mendapat jawaban yang sama seperti kali pertama ia bertanya.

"Terus tadi kenapa muntah?? Gak mungkinkan, kamu sengaja muntahin makanannya???" Jiwoong tahu dia sedang mengintimidasi wanita dihadapannya, tetapi ia memilih untuk tidak peduli dan terus mendesak Bina agar berbicara dengan jujur.

"Stop bersikap seolah-olah kamu peduli. Lebih baik kayak biasanya aja kak." Bina merutuki dirinya yang berkata demikian. Ia tidak ingin merusak apapun, ia tidak ingin lagi mereka menjadi asing seperti sebelumnya. Ia hanya ingin Jiwoong berhenti bertanya. Bina sadar betul ia baru saja membuat sebuah kesalahan. Seharusnya ia berusaha untuk memperbaikinya, tetapi ia malah memilih untuk pergi meninggalkan Jiwoong di sana.

Dari kejauhan Bina dapat melihat pintu kamar Yujin yang terbuka sedikit dan lampu kamar yang menyala. Ia berjalan mendekat bermaksud untuk mencari tahu mengapa Yujin masih belum tidur. Sejak enam bulan yang lalu, ini kali pertamanya melihat isi kamar Yujin. Wanita itu mendorong pintu agar terbuka lebih lebar karena si pemilik kamar tidak terlihat di atas kasurnya.

"Yujin???"

Tidak ada sahutan, yang artinya sipemilik kamar sedang tidak berada di sana. Bina memutuskan untuk memeriksa dapur, barangkali Yujin ada di sana untuk membuat minukan hangat. Di luar masih gerimis. Bina berharap semoga air berhenti turun dari langit untuk malam itu.

Beberapa langkah sebelum mencapai dapur, wanita itu dapat melihat Yujin yang sedang membuka laci-laci kecil di lemari dapur. Bina memanggil nama Yujin, namun si pemilik nama tidak menyahut. Padahal Bina sangat yakin kalau Yujin dapat mendengarnya dengan jelas.

Dari dekat Bina dapat melihat kalau ternyata anak itu sedang menangis. sesekali ia memegangi lehernya lalu kembali mencari-cari sesuatu dengan kesal. Bina menyentuh lengan yang lebih muda membuat Yujin menghentikan kegiatannya. "Yujin cari apa??? mau Mama bantu??" kembali setelah Bina bertanya Yujin tidak menjawab.

Namun kali ini Yujin menatapnya. Dengan tatapan yang sama persis ketika Yujin masih tidak menyukai Bina.

Yujin membuang nafas kasar sebelum membuka mulutnya lebar berusaha memperlihatkan isi mulutnya kepada Bina. Yujin radang. Pikir Bina itu mungkin karena cuaca yang begitu buruk. Ia bergerak bermaksud membantu Yujin mencari obat pereda radang yang mungkin menjadi alasan anak itu terlihat sangat kesal hingga menangis. Yujin menghentikan tangan Bina yang hendak membuka laci lemari dapur yang sudah 3 kali Yujin buka.

"Tanyain Papa." ucap Yujin pelan.

Bina mengangguk mengerti. Ia membawa badannya berbalik menghampiri Jiwoong. Untungnya pria itu belum tidur. Wanita itu berjalan mendekati Jiwoong dengan perasaan tidak nyaman karena rasa canggung yang ia rasakan.

"Yujin radang, kayaknya karena tadi siang panas banget terus sorenya malah kehujanan." Bina membuka suara. Jiwoong hanya merespon dengan melirik Bina sekilas lalu kembali fokus pada laptopnya. "Kak???" panggil Bina kembali namun tidak digubris oleh yang dipanggil.

"Kak Jiwoong!" Jiwoong menghentikan kegiatannya. Ia menutup sedikit kencang layar laptop dan meletakkan barang tersebut secara acak di atas kasur. Tanpa berkata apapun Jiwoong keluar dari kamar untuk menghampiri Yujin diikuti Bina di belakang.

"Kamu tadi minum es???" tanya Jiwoong tanpa aba-aba begitu melihat Yujin yang duduk di meja makan. Anak itu hanya mengangguk. kepalanya menunduk menatap tangannya yang saling bertautan. "Gak ada Paracetamol, kamu tahan aja sakitnya sampai pagi." ujar Jiwoong lalu pergi dari sana meninggalkan Yujin dan Bina.

Bina ingin membuka suara, namun terhenti karena Yujin berdiri dari duduknya tepat setelah Jiwoong menghilang dibalik dinding. Ia pergi meninggalkan Bina sendiri di dapur sambil menyeka kasar air matanya.

Kini hanya tinggal Bina disana. Terdiam berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi bersama dengan suara hujan yang kembali turun memecah keheningan di rumah malam itu.


























25 vote for unlock chapter 6
©Jiwoongitis

Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang