14

1.8K 311 5
                                    

Gitu ya kalian, kalau dijanjiin up langsung kenceng vote.
padahal belum ada 24 Jam update.
dan iya guys, kalian pasti tahu kalau dalam sebuah work itu pasti ada beberapa chapter yg enggak sempurna kan?? jadi selamat menikmati.
__________________







"Kakak, maafin Mama ya. Ayo buka pintunya." Bina terus mengetuk pintu kamar Yujin dari luar. Berusaha membujuk agar ia mau membukakan pintu.

"MAMA KALAU GAK SANGGUP DARI AWAL JANGAN BILANG IYA!" Yujin berteriak dari dalam kamar.

Satu tangan Bina bertumpu pada dinding, sedangkan tangan yang lain memegang perutnya yang terasa nyeri karena terlalu lama berdiri di depan kamar Yujin.

Pada akhirnya mereka tetap mempertahankan kehamilan Bina. Usia kandungan Bina yang baru 20 minggu tapi sudah tidak terhitung berapa kali kondisinya drop.

Daya ingat Bina yang terganggu merupakan alasan mengapa Yujin marah padanya hari ini.

Jiwoong yang baru saja pulang tidak dapat menemukan siapa pun di lantai dasar rumahnya. Jujur saja hal itu membuat lelah Jiwoong jadi bertambah.

"Ada apa Bin??" tanya Jiwoong pada Bina yang ia temui di depan kamar Yujin saat hendak pergi ke kamar mereka. Jiwoong mendekati Bina, meraih dagu yang lebih muda untuk memperhatikan wajahnya selama beberapa detik.

Jiwoong menurunkan tangannya dari dagu Bina dan beralih hendak meraih gagang pintu kamar Yujin. Bina dengan cepat menghentikan pergerakan Jiwoong dan menggeleng padanya. Jiwoong mengangguk paham. Ia mengetuk pintu kamar Yujin pelan lalu berkata, "Yujin, papa tunggu satu jam lagi di bawah." dan setelahnya ia meraih bahu Bina agar segera beranjak dari sana.



"Pindah ke kamar yang dibawah ya? Nanti kita cari orang buat bantu beresin dikit." Jiwoong berkata sambil membantu Bina duduk di tepian ranjang.

"Atau nanti habis ini aja deh kamarnya diberesin." lanjutnya.

"Gak usah buru-buru. Aku gak papa kok. Emangnya gak capek habis pulang kerja??"

"Bina,"
"Terakhir kali kamu bilang gak papa tapi kamu malah jatuh dari tangga." Jiwoong membahas kejadian dua minggu lalu. Untungnya waktu itu Yujin sampai tepat waktu di rumah. Kalau tidak kejadian yang lebih buruk pasti akan terjadi.

Jiwoong membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum kembali turun untuk menemui Yujin. Setelah selesai ia keluar dari kamar dan mendapati kamar Yujin yang sudah kosong saat ia melewatinya.

Di bawah Yujin menunggunya di meja makan. Yujin segera menyimpan ponselnya kedalam saku begitu ia sadar kalau Jiwoong mendekatinya. Jiwoong menrik kursi yang dekat dengan Yujin, ia duduk di sana. Menumpu dagu sambil memperhatikan Yujin yang menunduk.

"Kakak tahu kan, kalau mama lagi sakit??" Jiwoong membuka pembicaraan sambil membenarka letak kacamata yang ia pakai.

"Maaf pa... Yujin tadi kelepasan ngebentak mama."

"Lain kali kerjain sendiri aja. Kalau gak bisa kasih tahu papa."

Yujin mengangguk.

"Nanti yang ke acara graduate Yujin siapa pa??"

Jiwoong tampak berfikir sejenak. Ia juga bingung siapa yang nantinya akan datang.

"Liat nanti ya kak. Kalau Mama kuat nanti mama aja yang datang."

Setelahnya Jiwoong bangkit dari duduknya. "Mama di kamar. Minta maaf sekarang. Papa mau beresin kamar dibawah dulu." Jiwoong melanjutkan dan pergi dari sana setelahnya.

Yujin yang ditinggal sendiri pun juga ikut beranjak dari sana tak lama kemudian. Ia pergi ke kamar orangtuanya, sebelum membuka pintu ia mengetuknya terlebih dahulu.

"Masuk aja kak."

Yujin segera membuka pintu kamar begitu diizinkan oleh Bina. Ia membiarkan pintu kamar terbuka dan menghampiri Bina yang duduk di tepian ranjang.

"Udah gak marah lagi??" Bina bertanya begitu Yujin mendudukkan diri di sebelahnya. Yujin menggeleng menjawab pertanyaan Bina.

Bina memperhatikan Yujin yang terpaku pada perutnya. Mata Yujin berbinar begitu melihat perut Bina yang seperti ada pergerakan dari dalam situ. Ia terkekeh lalu mencubit ringan pipi Yujin.

"Kakak mau coba pegang??" Yujin memandang Bina. Ia menggigit bibir bagian dalamnya karena ragu ingin menjawab.

Bina meraih satu tangan Yujin. "Pegang aja kak, kalau mau." dan dengan ragu-ragu Yujin membawa tangannya bergerak. Ia dengan hati-hati meletakkan tangannya diperut Bina seolah-olah takut akan menyakiti mama dan calon adiknya.

Darah Yujin berdesir. Ia sedikit kaget ketika baru pertama kali merasakan pergerakan dari dalam sana. Sesekali mereka akan tertawa setelah Bina mengaduh karena pergerakan terkalu kuat yang ditimbulkan si bayi.

Ditengah keasikan itu Jiwoong kembali ke kamar dengan membawa tensimeter. Jiwoong mengambil kursi meja rias milik Bina. Ia duduk dihadapan Bina dan mengambil sebelah tangannya. Tangan Bina yang sudah ia pasangkan tensimeter tersebut Jiwoong letakkan di atas pahanya.

"Gak jadi beresin kamar yang di bawah??"

"Udah. Cuma perlu ganti sprei karena kamarnya selalu dibersihin."

Jiwoong memandang Yujin yang fokus melihat angka-angka pada tensimeter itu. Bina yang melihat pergerakan Jiwoong pun ikut memperhatikan Yujin.

"Besok gak usah naik keatas lagi ya. Kalau ada apa-apa mintak tolong Yujin aja."

"Tapi Yujin besok mau keluar. Bentar doang kok." Bina menghentikan Jiwoong, ia tahu kalau suaminya itu pasti akan melarang Yujin pergi.

"Yaudah. Tapi kalau udah selesai langsung pulang." Yujin mengacungkan jempolnya kepada Jiwoong.

"Loh pa?? Lihat." Yujin segera mengangkat tensimeter yang ia pegang, menyodorkannya kepada Jiwoong begitu alat tersebut berbunyi.

Jiwoong memijat pangkal hidungnya begitu melihat hasil tes tekanan darah Bina barusan.

"Kenapa tensi kamu tinggi terus sih, Bina??"






























🤭🤭🤭

70 vote for next
©jiwoongitis

Yujin's Mom [SELESAI] | Kim Jiwoong, Han YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang