"Masih sakit??" Jiwoong mengusap kening Bina yang berkerut. Bina mengangguk, lalu kembali melangkah keluar dari kamar setelah di hadang oleh Jiwoong di depan pintu. Jiwoong dengan sabar berjalan di belakang Bina yang melangkah pelan menuju dapur.
Bina duduk pada kursi meja makan tepat di sebelah Yujin, sedangkan Jiwoong melanjutkan langkahnya memasuki dapur.
Tangan Bina terulur untuk merapikan helai rambut Yujin sehingga yang di sentuh rambutnya terpaku dengan sendok yang masih bertengger di dalam mulut. Bina menarik pelan sendok itu dari mulut Yujin lalu menyodorkan segelas air untuk diminum Yujin.
Bina meraih tangan Yujin setelah ia meletakkan gelas kembali ke atas meja. Bina genggam sebelah tangan Yujin dengan kedua tangannya lalu ibu jarinya bergerak mengusap ringan bekas luka yang ada di punggung tangan Yujin.
"Udah jam berapa ini kak? Baru seminggu sekolah masa udah telat." Jiwoong datang dengan segelas air hangat dan menyodorkannya kepada Bina.
Yujin segera menyudahi makannya dan berdiri dari kursi sambil menyandang tas di punggung.
"Tangannya hati-hati ya kak."
"Bilang sama Gyuvin bawa motornya jangan ngebut."
Yujin mengangguk mendengar pesan Bina dan Jiwoong. Ia berpamitan dan berangkat ke sekolah meninggalkan Bina yang masih duduk di sana dan Jiwoong yang kini menggantikan tempat duduk Yujin.
Jiwoong menarik kursi Bina agar lebih dekat padanya. Di usapnya punggung Bina setelah tadi ia melirik Bina terus menahan sakit saat sedang mengobrol dengan Yujin. Bina menjatuhkan kepala di meja makan dengan lengan sendiri yang ja jadikan alas untuk kepalanya.
"Ayo kita ke rumah sakit sekarang."
Bina mengangkat kepalanya dari meja dan menggeleng tanda menolak ajakan Jiwoong.
"Kalau dibawa jalan-jalan dikit biasanya reda." Bina berusaha denial pada rasa sakit yang sedari malam tidak kunjung hilang. Biasanya ia hanya merasa sakit sekitar 5 - 10 menit namun berbeda sekarang.
Bina dan Jiwoong pun sama-sama tahu kalau itu bukanlah kontraksi pertanda waktu melahir sudah tiba. Mereka berdua tahu betul pasti ada sesuatu yang salah. Meski sudah tahu begitu Jiwoong tetap mengikuti kemauan Bina, membiarkan istrinya bertahan sampai sejauh yang ia mampu.
Jiwoong mamapah Bina dari belakang memperhatikan setiap langkah kaki Bina yang menapak di lantai. Bina menahan tangan Jiwoong yang hendak melepas papahannya. Bina menunduk karena sakit pada perut bagian bawahnya bertambah parah di tambah dengan pahanya yang terasa kebas serta pinggangnya yang terasa tertekan.
Jiwoong ikut menunduk untuk melihat wajah Bina saat air mata wanita itu jatuh menetes ke atas punggung tangan Jiwoong yang di genggamnya di depan dada.
"K-kak.. Ketubannya pecah."
Jiwoong mendekap Bina, menyuruhnya untuk tenang meski ia pun sama saja paniknya.
Segera Jiwoong mengangkat tubuh Bina beranjak dari sana untuk mendapat pertolongan medis.
hot papa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
absen pakai vote dong, ada berapa orang yg nungguin next chapter☝🏻