25. Love And War

127 9 1
                                    

"Ini ironis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini ironis. Aku juga anakmu."

"Karna itu aku hanya ingin melihat anakku, Yang Jungwon, bahagia. Tentu saja kau tidak ingin hidup bahagia di atas penderitaannya 'kan."

Jungwon mengepalkan tangannya kuat, dia merasa iri dan benci dengan orang yang sejak tadi ia sebut. Sebenarnya siapa orang itu sampai sang Dewi Kelahiran dan Kehidupan begitu peduli padanya. Kenapa dia lebih menyayanginya dari pada dirinya yang juga merupakan anaknya. Bukankah seharusnya dewi itu bersikap adil pada setiap makhluk yang dia ciptakan.

"Aku akan lebih memilih kebahagiaanku terlepas jika satu-satunya cara agar aku bahagia adalah tidak memperdulikan penderitaan manusia yang kau sayangi itu."

"Benarkah itu yang kau inginkan? Atau...itu hanya egomu?"

"Bisakah anda mengatakan sesuatu yang lebih jelas. Aku menjadi penasaran siapa yang kau bahas sejak tadi."

Jungwon terlihat tak sabaran ingin menemukan titik terang dari permasalahannya selama ini. Ini satu-satunya jalan agar dia bisa kembali kedunianya semula. Dia masih berharap kalau sang Dewi dapat mengembalikannya maupun keenam sahabatnya seperti semula.

Sang Dewi tersenyum tipis mengetahui apa yang Jungwon pikirkan. Bunga yang terbakar di tangan sang Dewi berubah menjadi abu. Sang Dewi mengeluarkan tangannya dan membuka telapak tangannya.

"Lihatlah, apa yang ada di tanganku."

Jungwon tanpak ragu apakah dia harus mengatakan apa yang dia lihat. Untuk beberapa saat dia terdiam namun tetap mengatakannya. "Abu.."

"Kau bener. Namun bukan itu yang ingin aku tanyakan."

"Lalu?"

"Bunga ini telah mati... Menurutmu mungkinkah bunga ini hidup kembali?"

Jungwon terdiam merasa aneh dengan pertanyaan. Bukankah jawabannya sudah terlihat jelas kalau sesuatu yang telah mati tidak mungkin untuk hidup kembali... Tunggu, bukankah pertanyaan seakan menyindirnya secara halus.

Sang Dewi lagi-lagi tersenyum mendengar suara isi hati Jungwon. "Yah, kau benar. Tapi tidak semua hal yang kau pikirkan itu benar."

"Apakah kau membaca pikiranku?" Tanya Jungwon menebak dan mulai waspada.

"Aku tidak membacanya tapi aku hanya mendengar. Suara pikiranmu terdengar begitu saja. Hanya secuil kenyataan yang kau tahu, di alam semesta yang luas dan tak terbatas tentu saja banyak hal yang tidak mungkin terpikirkan oleh manusia."

Jungwon tersenyum sinis dan mulai marah, dia sungguh merasa dipermainkan. Dia sudah muak ingin segera pergi dari sini. Sampai kapan dia akan dicerca pertanyaan yang berputar-putar dan sangat membingungkan.

"Lalu apa yang salah? Apakah tentang aku hidup karena buku itu atau aku salah karena aku hidup?"

"Aku tidak bisa menyalahkanmu tapi aku juga tidak bisa membenarkanmu hidup. Dengan kau hidup itu akan membuatnya mati perlahan tak peduli bagaimana caramu melawan kehendak Dewa kematian agar dia tetap di sisimu. Dua kali kesempatan telah kau gunakan, semakin sering kau menggunakannya maka sisa hidupnya semakin tipis."

Love And War || Yang JungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang