Para murid menghabiskan waktu bebas dengan berbagai cara tentunya masih dilingkungan sekolah. Sean berdiri di atas sekolah yang terbuka, memperhatikan murid-murid yang asik bermain.
"Kenapa kita harus ke sekolah?" tanya Gilang heran.
"Karena kita murid," jawab Rendi yang setia dengan buku novel nya.
"Bapak Rendi yang tidak terhormat, siapapun yang melihat kita akan tahu jika kita ini murid, tap-"
"Emang muka Lo masih layak jadi murid, ya?" celetuk Bagas yang bangun tidur di sofa panjang itu.
"Gas, Lo baru bangun jangan buat gue bikin Lo tidur selamanya. Oke."
Bagas menggeliat dengan menguap lebar, "dengan senang hati saya terima duel anda."
"Anjir! Bener-bener ya Lo!" Terjadi kejar-kejaran antara mereka.
Sean duduk di sofa panjang, tangannya menyambar minuman kaleng soda itu.
"Abis berantem sama siapa?"
Sean melihat Rendi lalu melihat punggung tangannya, "ah, biasa tikus kecil."
"Lo gak main sendiri di belakang kita kan?"
Sean menggeleng lalu meneguk habis soda itu. Sementara Bagas kecapean terus dikejar-kejar oleh Gilang yang energinya seakan full power.
"Gue nyerah! Jangan kejar gue lagi!" seru Bagas seperti seorang wanita yang dikejar oleh lelaki yang mencintainya, "Gue capek!" imbuhnya.
"Lang! Si Bagas mulai belok gara-gara si Mita gak ngasih respon!" teriak Gading yang asik dengan nikotin yang mengeluarkan asap itu. Entah bagaimana cara mereka bisa membawa barang-barang itu ke area sekolah tanpa diketahui.
"Gue turun!" seru Sean hengkang meninggalkan mereka di atap sekolah.
"Kemarin ada yang bareng Sean sampe pulang sekolah?" tanya Rendi mereka kompak menggelengkan kepalanya.
"Emangnya kenapa?" tanya Bagas mewakili rasa penasaran mereka.
"Kayaknya kita harus ati-ati. Sean udah bebas dari skor dan itu pasti ngundang lintah-lintah buat ngisap darahnya sampe kering, gak terkecuali kita yang bakalan jadi target."
Mereka mengerti arah pembicaraan Rendi. Musuh mereka memang dari berbagai sudut, apalagi setelah kejadian yang mengakibatkan Sean di skor, tingkat kematian mereka akan meningkatkan pesat.
"Key, besok nonton yuk," ajak Mita dengan mulut setengah terisi.
"Kalo makan itu abisin dulu baru ngomong."
"Udah terlanjur. Ya, besok nonton,ya."
"Besok hari Jumat kan? Aku gak ada acara jadi oke."
Kantin sekolah terisi sebagai, tumben suasana disini tidak terlalu ramai seperti biasa. Murid-murid itu asik dengan keadaan sendiri, bermain di lapang, bercanda, tidur atau hanya sekedar duduk di perpustakaan untuk menikmati kesunyian yang dalam.
"Mita, ke perpus, yuk mumpung nggak belajar," ajak Keyla.
"Key, kita itu tiga tahun berturut-turut belajar dan ini sudah saatnya kita buat refreshing otak. Lah Lo malah ngajak gue ke perpustakaan, nggak ah gak mau," tolak Mita penuh drama.
"Di perpustakaan itu nggak melulu belajar, Mita ... Kita juga bisa baca-baca cerita novel, atau barangkali kamu mau tambah wawasan buat jurusan kuliah yang kamu ambil."
"Nggak." Mita kekeh.
"Yaudah! Aku pergi sendiri aja, Mita nggak bisa diajak kompromi!" ambek Keyla pergi meninggalkan Mita yang sudah menempatkan kepalanya di atas meja dengan buku sebagai bantalan, "kompromi emangnya lagi bikin rencana,"gumam Mita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sky (On Going)
Genç KurguNggak follow nggak papa asal vote sama komen jalan, ya ???? Suka lanjut, kalo nggak suka lanjutin aja???? canda ... boleh pindah lapak kok???? Our Sky Diatas langit masih ada langit dan dibawah langit masih ada langit juga! Itu artinya kita di teng...