"Communication by bonds, what does that mean?"
Perempuan yang sedari tadi memainkan handphone sambil berbaring di kamar apartment sahabatnya itu mengangkat bagian atas dirinya sedikit, menoleh kearah kiri untuk melihat bagaimana sahabatnya yang lain, yang terlihat centil dengan rambut yang baru saja ia semir berwarna cokelat karamel itu kini memakai mascara, sedikit tergerak untuk mengintip handphonenya sebelum sibuk mempercantik dirinya lagi.
"Oh itu, gue bangga aja kita bertiga tembus komunikasi. Makanya nama grup kita bertiga gue ubah jadi itu, ta-ra, congrats all!"
Perempuan bernama Zoe itu kembali berbaring, kini dengan wajah bingung memandangi aplikasi pesan di handphonenya. Bergumam kecil berharap tidak ada yang mendengar.
"Jelek banget sumpah namanya."
Perempuan dengan rambut cokelat yang diketahui bernama Keisha itu kini memandang tidak senang kearah Zoe.
"Gue denger ya."
"Bagus kalau denger, nama grupnya jelek. Lagian nih ya, secara teknis, yang berhasil tembus komunikasi itu cuma gue sama Zoe. Lo mah pake jalur tikus."
Kini giliran Vania yang bicara, ikut duduk diujung kasur antara Zoe dan Keisha, memandangi Keisha lewat cermin dan tidak melewatkan bagaimana kata-katanya itu kini mengundang raut cemberut dari perempuan itu.
"Gak boleh gitu loh, Van. Jangan lupa ada 1001 jalan menuju roma, yang penting kan sekarang gue jadi mahasiswi komunikasi."
Zoe tergelak saat mendengarnya.
"1001 jalan menuju roma banget gak tuh?"
"Nambahin sendiri dia."
Memang Zoe dan Vania paling senang membuat Keisha marah-marah, karena perempuan itu jadi yang paling ekspresif diantara mereka bertiga. Reaksi yang mereka dapat pun terasa menyenangkan.
Tapi nampaknya Keisha sedang tidak mood meladeni krjahilan dua sahabatnya ini, inginnya hanya mengalihkan topik bicara.
"Oh iya, kalian udah masuk grup angkatan?"
Zoe menggeleng, kembali sibuk memainkan handphonenya.
"Enggak masuk."
"Harus masuk, Zoe. Info perkuliahan penting kan ada di group biasanya."
Perempuan yang dimaksud memilih untuk menggelengkan kepalanya sambil berkali-kali bergumam, "No no no no no no no noooo."
"Mending lo aja yang masuk, Kei. Kalau ada yang penting kan tinggal forward."
Vania memberi saran yang tentu tidak menguntungkan bagi Keisha, perempuan yang kini sudah memasang raut cemberut itu rasanya ingin memekik frustasi dengan betapa pasifnya kedua sahabatnya ini.
Mungkin memang benar dalam pertemanan pasti punya pribadi yang berbeda-beda tapi tetap saja bagaimana bisa mereka jadi terlalu berbeda?
Keisha rasa ia lakukan semua ini agar mereka bisa memiliki kehidupan lebih baik.
"Tch kalian tuh gimana sih? Gak mau berbaur banget jadi orang! Kita tuh kuliah, tau kan gimana seremnya manusia-manusia di kampus?"
"Gak tau lah, kan ini pengalaman pertama jadi mahasiswa. Lagian nih ya, pengalaman orang bisa aja beda sama kita."
Zoe kembali mendebat, kali ini ikut duduk untuk menjelaskan maksudnya dengan benar. Dilihatnya bagaimana Keisha membuka mata lebar, tidak terima dengan argumen tersebut.
"Eh, Zoe. Lo gak pernah dengar peribahasa sedia payung sebelum hujan? Pengalaman orang mungkin beda-beda tapi apa salahnya memperkecil kemungkinan itu terjadi coba? Gak mau tau, pokoknya gue undang kalian berdua ke grup angkatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Teen Fiction"if you're lucky enough, red invisible string tying both of you together. But again, not everyone got luck handed to them."