Chapter 20 - Hurt Me Like It's Nothing

957 210 125
                                    

Ia tidak mungkin salah paham.

Memang ada yang berbeda dari Zoe akhir-akhir ini.

Begitu kontras sampai dengan mudah ia deteksi, tapi menyenangkannya, hal ini tidak terasa buruk sama sekali.

Seperti saat ini, Zoe sedang memotong rambutnya di salon yang baru kali ini mereka sambangi.

Asher melirik kearah sekitar mereka hati-hati, banyak perempuan yang melihat kearahnya dengan tatap geli. Jadi pemandangan yang cukup aneh, sosok dari kaum adam ikut duduk sambil dibenahi kukunya, dengan handuk yang masih tersampir di kepala.

Zoe yang rambutnya sedang di potong menoleh dengan alis terangkat. Jelas sedang mengejeknya, sedangkan Asher menggerakan bibirnya membentuk protes.

Syarat Zoe hari ini, Asher tidak boleh duduk di kursi yang disediakan untuk menunggu. Pria itu harus duduk di sampingnya, ikut perawat, meski hanya bisa cuci sekaligus styling tipis, juga perawatan kuku.

"Zoe!" Celetuk seseorang dari arah samping. Membuat Asher yang daritadi menahan kesal karena Zoe tidak berhenti meledeknya, ikut melihat kearah pria botak yang datang dengan gestur ramah juga feminim.

"Ah Mas Carlos!" Seru Zoe senang, mengangkat tangannya membentuk gestur ingin menerima pelukan, meski hanya bisa mengintip dari kaca.

"Dikirain udah lupa! Lama banget kamu gak kesini."

Asher melirik kearah Zoe yang kini menggunakan dagu untuk mengarahkan padanya.

"Iya, dia nih nyuruh aku pindah salon." Cibir Zoe yang membuat pria dengan nama Carlos tadi memicingkan matanya pada Asher dengan cara bercanda.

"Jangan kamu curi pelanggan setia kami. Ini salon langganan mamahnya dari jaman mamahnya masih gadis, asal kamu tau." Seru Carlos.

Asher tertawa canggung mendengarnya, menunjukkan ekspresi minta tolong pada Zoe, yang syukurnya langsung bisa kekasihnya itu mengerti.

Selanjutnya, Zoe menghabiskan cukup banyak waktu berbincang dengan Carlos. Membuat Asher jadi mau tidak mau mengeliling keseluruhan salon ini dengan matanya.

Salon ini jauh berbeda dari yang biasa ibunya juga Lyra datangi, tempat dimana Bella biasa berkunjung juga.

Asher begitu terbiasa dengan salon bernuansa gelap dengan lampu remang-remang kekuningan, hawanya begitu dingin dan keadaan ruangan yang sunyi.

Berbeda dengan apa yang ia lihat sekarang. Salon yang dari luar bentuknya seperti rumah biasa tanpa tingkat, tapi ketika masuk, suasananya cukup ramai. Yang bekerja disini begitu ramah dan aktif mengajak pengunjung bicara, antara satu meja dengan yang lain bahkan ada pohon kecil.

Suasananya begitu nyaman, sampai protesnya ia telan lagi.

Ya lagipula lama-lama ia terbiasa dan menganggap perawatan kecil ini tidak ada salahnya.

"Asher, kamu harus tau kalau Zoe ini dari kecil udah centil." Awali Carlos, Asher jadi harus keluar dari gelembung pemikiran, melihat kearah Carlos yang kini bicara padanya.

Mungkin Zoe yang memberi tahu namanya pada pria ini.

"Dari SD, mamah sering ajak aku creambath, padahal sih gak pernah ada ya produk yang bau coklat lah, melon lah, strawberry lah. Tapi karena aku selalu ngerengek, jadinya Mas Carlos yang pake motor beliin... dimana mas biasanya?"

"Di toko kosmetik gadungan." Aku Carlos yang membuat Zoe membulatkan matanya tidak percaya, "Hah? Demi apa gadungan?"

"Iya dulu ada tuh toko dalam gang deket sini gitu, ternyata beberapa tahun kemudian baru ketangkep gara-gara gak ada ijinnya."

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang