2 Years Later
"Kukunya patah, mau nangis." Keluh Keisha memandangi cat kukunya yang sudah mulai terkelupas, bibirnya dibuat cemberut, Vania disampingnya pura-pura tidak menghiraukan sedang Zoe langsung menaruh perhatian.
Ia ambil tangan Keisha, dilihatnya dengan seksama sebelum mendongak dan bicara, "Kemarin padahal mbaknya udah bilang loh Kei, kalau cat kuku hitam rentan buat mengopek kan? Mana lo gak berhenti warnain kuku sampai lemah gini kukunya."
Gumaman Zoe membuat Keisha ikut memandangi tangannya lagi dengan sedih.
"Terus gimana dong?"
"Minta hapusin aja, terus jangan diapa-apain dulu deh mending, puasa kutek."
"Temenin, habis pulang kuliah."
Permintaan Keisha membuat Zoe yang tadinya menatap iba pada tangan sahabatnya harus terdiam untuk beberapa saat.
Zoe tahu kalau Keisha saat ini menatapnya datar, ia juga tahu bagaimana Vania mati-matian menahan tawa.
Sejujurnya kalau bisa ia hindari saja tatap datar Keisha yang seakan menunggu jawabnya hanya untuk bersikap ketus saja.
Tapi ketika tatap mereka bertemu dan apa yang Zoe kira memang yang jadi nyata, perempuan itu hanya bisa tersenyum tidak enak, berbeda dengan Keisha yang seakan sudah siap membuat Zoe merasa serba salah.
"Kenapa? Gak bisa lagi?"
Zoe tahu bahwa hal itu yang ingin Keisha bilang, tapi saat menoleh ke samping kanan kelasnya, melihat kekasihnya yang bernama Asher itu mengangkat tangan dan melambaikannya kelewat semangat.
Tidak bisa menahan diri, Zoe yang tadinya enggan dan takut bertemu tatap dengan Keisha merasa semua perasaan barusan lewat begitu saja.
Senyumnya lebar, bahkan rasanya Zoe bisa mengeluarkan tawa karena perasaan lucu ini saja. Gadis batinnya sedang berkumpul dan berharap bahwa gestur yang Asher perlihatkan adalah tanda bahwa pria itu sama semangatnya bertemu Zoe.
Padahal Zoe mendengar bagaimana Keisha mengerang, jelas tidak senang mendapat jawaban atas pertanyaannya dengan cara seperti ini.
"Maaf, Kei! Kalau hapus cat kukunya besok, gue temenin deh beneran. Soalnya udah ada janji sama Asher." Zoe mulai membuat alasan untuk menolak ajakan Keisha.
Keisha menampilkan raut tidak senang. Apalagi ketika dirinya lihat bagaimana Zoe cepat-cepat berdiri, lebih dulu merapikan tas kuliah lalu melambaikan tangan dengan cengiran lebar itu.
Tanpa menunggu jawab darinya pun, tampaknya Zoe sudah mantap dengan pemikirannya. Keisha menggerutu, membuat Vania yang daritadi malas meladeni akhirnya memutar badannya, kali ini tertawa kecil, jelas meledek.
"Makanya, kan situ katanya social butterfly, ajaklah teman-teman kasualnya yang lain buat nemenin hapus cat kukunya."
Keisha meremas tissue yang sebelumnya ia gunakan untuk menghapus lipsticknya, setelahnya mendarat sempurna pada pundak Vania.
"Gak usah gitu kalau lo sendiri gak mau nemenin. Gue kan sama yang lain temenan casual, saling sapa atau jalan sesekali tapi gak yang terlalu dekat buat diajak gitu-gitu." Perempuan itu kemudian melirik keluar, melihat jelas bayang-bayang Asher dan Zoe yang masih terlihat dari tempatnya duduk.
"Lagian si Zoe nyebelin banget. Ada janji sama Asher katanya? Pret! Setiap hari selalu ada janji sama cowoknya."
"Mau gimana? Mereka berarti nyaman sama kehadiran satu sama lain, lagian Asher gak pernah larang Zoe buat jalan sama kita, Zoe juga gak pernah larang Asher buat jalan sama temen-temennya. Jadi kalau mereka selalu barengan berarti emang tempat nyamannya ya satu sama lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Teen Fiction"if you're lucky enough, red invisible string tying both of you together. But again, not everyone got luck handed to them."