Chapter 27 - And That Is The Father of Despair

1.3K 198 109
                                    

"Gagal gagal gagal!"

Seru Sean.

Zoe yang berjalan beriringan dengan pria dengan perawakan tinggi besar itu ikut menertawakan.

Saat ini mereka berdua sedang di koridor kampus. Zoe yang sudah memiliki banyak rencana akhirnya melakukan revisi skripsinya dengan kilat. Sean bahkan dibuat menganga saat bertemu Zoe lagi dua hari setelah perempuan itu sidang.

Akhirnya Sean kembali menempel pada Zoe. Dimana saat mereka jalan-jalan, ada segerombolan mahasiswa komunikasi yang merupakan adik tingkat Zoe, mereka menjual tiket acara tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Komunikasi.

Sean dibuat terbelalak saat melihat deretan artis nasional yang berhasil menjadi bintang tamu acara tahunan program studi ilmu komunikasi tersebut.

Akhirnya, Sean dan Zoe membeli tiket untuk diri mereka, bawaan rasa penasaran sekaligus tidak percaya atas apa yang dilihat.

Sean, sebagai mahasiswa paling berbudi serta berbakti pada organisasi fakultasnya menjerit frustasi, BEM Fakultas, selama Sean jadi anggotanya, tidak pernah mencapai kesuksesan ini.

"Hebat banget emang mahasiswa jaman sekarang. Kalau dipikir-pikir ya Sean, sebelum angkatan kita, kayaknya acara BEM bagus-bagus deh. Gue lihat dari majalah kampus, apa karena lo ikut gabung ya? Sean's Curse." Zoe berbicara asal.

Tidak tau kalau ucapannya seperti menyembur minyak tanah pada api. Sean dibuat membara dengan amarah setelah mendengar ucapan Zoe.

"Kurang ajar!" Tangan Sean sudah melayang ke udara, bertingkah seakan ingin menyikut Zoe dan melempar perempuan berbadan mungil itu menjauh darinya dengan cara bercanda.

"Ini kenapa kita jadi beli tiketnya ya?" Setelah tawanya mereda, Zoe bertanya. Ia melihat lamat-lamat kertas tipis di tangannya dengan heran.

"Iya ya, masa sekarang kita berdua aja yang beli. Nanti emang mau concert date gitu?"

"Amit-amit!"

"Bentar Zoe, mending kita beliin tiket aja buat semua. Pokoknya kita paksa buat ke acara malam besok, tanpa ba bi bu, SERET GAS NGENG!"

"Sean udah Sean, jangan bikin gue malu mulu tiap deketan sama lo, kenapa sih?"

Sean segera menarik belakang kerah Zoe dengan pelan. Memaksa perempuan itu ikut dirinya kembali ke booth yang menjual tiket.

Setelah selesai, Zoe berjalan sambil mengambil foto dari tiket yang ia pegang saat ini. Mengirimnya pada Vania dan Keisha, lalu pada Asher juga Gavin secara terpisah.

Selama ini mereka memang tidak memiliki grup pertemanan, selain grup para perempuan dan juga lelaki yang memang ada, jauh sebelum Asher dan Zoe berkencan.

"Jadi lo sama Asher sekarang fine lagi?"

"Ya gitu lah."

"Bahkan setelah dia sama Bella?"

Zoe mengangkat bahu terkesan tidak acuh. "Asher sama Bella itu terlalu berita lama. Lo sama gue juga tau kemungkinan Asher bakal balik sama Bella, cuma gue ngelakuin ini kan supaya gak sedih-sedih banget. Masa pergi sebagai Zoe pengganti Bella selamanya sih, rugi dong."

"Terus gimana progresnya? Berhasil?"

"Mungkin pede, tapi kayaknya agak berhasil. It will be nice if Asher ended up falling in love with me, tapi sekarang kayaknya gue cuma berharap itu aja deh."

"Beneran? Bagus dong kalau gitu!"

"Haha iya! Kalau ada yang denger kita ngomong, pada bilang gila dan stres banget kali ya. Bisa-bisa gue dianggap keturunan cegil seratus persen, tapi ya mau gimana. Kalau gak kayak gini, gue bakal habisin hidup gue dengan rasa benci ke Asher, iya gak sih?"

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang