Chapter 2 - In Silence Sealed, In Secret Kept

1.2K 179 45
                                    

Asher:

"Kata Lyra, salam buat ka Zoe. Kata ka Zoe apa?"

Zoe yang membaca pesan dari Asher menggigit bibir bawahnya perlahan, ingin membendung rasa suka tapi senyum memaksa untuk menunjukkan diri sampai-sampai Zoe harus menahannya lagi.

Lyra, adik dari Asher, yang pertama kali bertemu setelah konser selesai, menatap binar kearah Zoe seakan perempuan itu baru saja menyelamatkan satu bangsa.

Bahagia karena Zoe mau menjagakan tas miliknya, juga membuat Asher tertawa lepas.

Ia kira itu adalah kali terakhir untuk bisa bicara dengan Asher, tapi ternyata baru permulaan, bahkan Zoe menerima pesan dari Asher lagi ketika ia pulang. Pertanyaan sederhana seperti, 'Sudah sampai rumah?' membuat Zoe merasa jadi manusia paling berbahagia.

Dan saat Zoe mengatakan kalau dirinya sudah pulang dengan selamat, Asher kembali mengirimi pesan untuk menghadiahinya dengan ucapan selamat malam serta harapan agar perempuan ini memiliki mimpi indah.

Padahal, Zoe kesulitan tidur karena Asher, kepingan-kepingan apa yang terjadi sepanjang hari membuatnya merasa untuk pertama kalinya, hari yang dijalani jauh lebih indah daripada mimpi baik yang biasa ia tunggu-tunggu setiap hari.

Besok paginya, Zoe menerima pesan dari Asher lagi.

Lagi.

Lagi.

dan Lagi.

Saat ini hari ke-10 sejak mereka mulai menghabiskan banyak waktu untuk bicara, bahkan jika bertemu di kampus Asher secara otomatis akan tersenyum kearahnya. Berbeda dengan Zoe yang setelah menangkap sosok Asher dengan netranya, ia langsung membuang wajah, takut ketahuan jika sebenarnya gadis batin Zoe berada di euforia luar biasa.

Lebih dari apa yang bisa terbayangkan.

Tapi di satu sisi ia juga merasa suka dengan sensasi diam-diam ini. Apapun yang terjadi antara mereka sekarang, itu hanyalah milik Zoe dan Asher saja.

Maka dari itu secara perlahan Zoe segera membalas pesan Asher dengan ekspresi kasmaran yang terlalu nampak.

Zoe:

"Salam balik buat Lyra manis! Nanti jalan-jalan sama ka Zoe."

Asher:

"Sama ka Asher juga! :<"

Tanpa bisa dicegah, Zoe mulai mengeluarkan tawa kencang. Membuat Vania dan Keisha yang sedari tadi berusaha mengabaikan bagaimana sahabat mereka ini fokus dengan ponsel genggamnya, juga senyum, cekikikan, serta sekarang tawa lepas sebagai iringannya.

Keisha yang pertama melempar tissue yang sudah berbentuk gumpalan kearah Zoe dengan wajah keki.

"Woy! Kenapa sih cekikikan dari tadi, punya cowok lo ya?" Ucapan asal Keisha membuat Zoe yang tadinya mendongak dengan senyuman langsung memasang wajah datar, berdehem perlahan sebelum menaruh handphonenya kearah bawah di atas meja.

"Aneh." Balas Zoe lagi, menyedot es kelapa jeruknya, kemudian bayang pesan Asher kembali lagi, membuat Zoe yang tadinya berhasil memasang wajah datar harus tersenyum lagi sambil menggigit sedotan pula.

"Dia ngatain aneh tapi senyum-senyum sendiri mulu daritadi. Apalagi nih? Ada kabar bahagia dari selebriti yang lo taksir? Ada perkembangan terkini dari hubungan parasosial lo?" Celetuk Keisha yang menerima delikan tidak terima dari Zoe, sedangkan Vania mengunyah gorengannya sambil tertawa.

"Lucu banget asli hubungan parasosial, belajarnya sekali, ceng-cengin Zoenya berkali-kali." Timpal Vania, berbicara dengan tawa disela-selanya.

Keisha menyengir lucu kearah sahabatnya, melihat bagaimana Zoe tampak acuh karena menerima godaan dari Vania maupun Keisha, "Bakal jadi jurus andalan gue buat gangguin Zoe, lelucon abadi."

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang