Tatapan yang Kenzo beri.
Iba itu.
Terasa lucu bagi Zoe.
Saat ini mereka berjongkok saling berhadapan. Bersembunyi dengan tekad agar tidak pernah ketahuan oleh dua insan yang entah sedang melakukan apa.
Zoe jadi penasaran, apa raut terkejut sekaligus bingung yang ia lihat di wajah Kenzo saat ini, adalah apa yang Sean lihat saat ia mengetahui segalanya?
Mungkin lebih buruk.
Ia jadi pertama yang melengkungkan senyum.
"Jangan kaget, Kenzo. It was bound to happen." Bisiknya, memberi pengertian bahwa apa yang mereka berdua sempat lihat, memang seharusnya terjadi.
Kenzo menatapnya dengan raut kebingungan yang lebih dalam. Mungkin saja ia bisa meninterpretasikan mimik yang terpampang jelas itu sebagai tuntutan atas penjelasan, suatu hal yang janggal, memang memantik rasa penasaran.
Karena sejauh yang Kenzo tahu, Zoe adalah kekasih Asher. Dan tidak pernah mengenal siapa itu Bella.
Sedang sejauh yang Zoe tahu, Bella adalah dimana Asher akan melabuhkan hatinya nanti.
Penerimaan itu, tidak sepenuhnya tulus.
Bagaimanapun, Zoe ingin Kenzo untuk tidak mengatakan apa-apa, atau bersikap seakan ia tahu apa yang terjadi barusan. Zoe perlu Kenzo menutup mulut juga menjaga sikapnya.
Sertamerta ia lambaikan tangan, mengajak Kenzo pergi dari sana.
--
"It was bound to happen? Itu kalimat yang aneh, Zoe."
Kenzo rupanya sudah kembali dari rasa terkejutnya. Bahkan mungkin, Kenzo dibuat kebingungan sepanjang membeli minuman untuknya tadi, padahal pria itu juga yang meminta Zoe untuk duduk di gazebo sedang ia pergi sebentar.
Zoe membenahi duduknya, suara musik masih sayup-sayup terdengar. Cahaya dari lampu taman menjadi satu-satunya sumber untuk menerangi mereka, kadang juga ada suara binatang kecil, mungkin ingin mereka tahu bahwa mereka tidak terlalu sendiri di tempat ini.
"Iya kok, itu memang sudah seharusnya terjadi."
"Tadi yang aku sempat lihat mereka hampir melakukan sesuatu yang gak seharusnya dilakukan, jadi kenapa? Selama ini Asher memang selingkuh?"
Pertanyaan Kenzo yang diutarakan dengan polos mengundang tawanya. Zoe mengangkat bahu, lalu mengambil kaleng soda milik Kenzo dan dirinya.
"Ini Asher, ini Bella." Ucap Zoe memulai, menjadikan kaleng-kaleng itu sebagai representasi tokoh yang kisahnya sebentar lagi menjadi pengetahuan baru bagi Kenzo.
"Mereka pacaran bertahun-tahun. Terus Bella pergi," Zoe menarik kaleng yang menggambarkan Bella, mendekati sumber cahaya taman sehingga terbentuklah bayangan panjang di belakangnya.
Dengan senyum, Zoe menggunakan telunjuknya untuk membentuk lingkaran pada bayangan di belakang kaleng minuman.
"Nah, yang tersisa ini Zoe, bayangannya Bella. Selalu jadi bayangannya Bella."
Nada ceriwis itu, niatnya, bisa membuat suasana tidak lebih suram daripada saat ini. Tapi yang ia lihat malah bagaimana Kenzo sudah duduk menyila, matanya tak pernah menghilangkan tatap nanar, bolak-balik memandang bayangan dan sosok Zoe yang nyata.
"Jadi selama ini, kamu ngebiarin Asher jadiin kamu pelampiasan?"
"Ngebiarin? Sebenarnya sih itu kata yang gak terlalu pas, awalnya, soalnya aku sendiri baru tahu. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kayaknya iya deh. Aku memang ngebiarin Asher ngelakuin apa aja, termasuk jadiin aku jadi Bella, diluar pengetahuanku tentunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Teen Fiction"if you're lucky enough, red invisible string tying both of you together. But again, not everyone got luck handed to them."