Zoe merasa bahwa inilah yang ia perlukan.
Rasanya bukan hanya tenang yang ia rasakan, tapi bahkan getar tawa selalu memenuhi dadanya.
Keputusannya pergi ke Bogor hari Jum'at ini begitu tepat, apalagi ketika Kenzo bertanya apa bisa mereka berangkat lebih pagi, Zoe mengiyakan dengan cepat.
Makanya saat ini, Zoe bisa berada di wisata petik strawberry mengikuti permintaan Nenek Dessy juga teman-temannya yang lain.
Begitu sampai, Zoe dan Kenzo langsung menuju senior living begitu tahu Nenek Dessy tidak ada di rumahnya. Dan sesuai dugaan dan seperti biasa, para orang tua itu sedang bersantai, lalu bersorak gembira karena dikunjungi oleh para cucu.
Zoe merasa terhibur dengan antusias yang dimiliki Nenek Dessy dan teman-teman. Bahkan sebelum pergi, para orang tua itu saling bercanda untuk memperlihatkan penampilan terbaik mereka.
Oleh karenanya sang nenek datang dengan kacamata gelap, juga scarf yang membingkai wajahnya, lalu ditimpa dengan topi bundar.
Begitu juga dengan para kakek-kakek yang terlihat modis kali ini.
Mereka mulai mengelilingi tempat untuk memetik buah strawberry sambil bercanda gurau.
Zoe masih berdiri, merasakan kehadiran Kenzo di sampingnya.
Matanya ia bawa untuk mengamati penampilan mereka berdua, lalu tertawa geli, "Kita jauh ketinggalan daripada kumpulan orang tua yang modis itu."
"Kita kan penjaga mereka."
"Oh iya!" Seru Zoe, melangkahkan kakinya sedikit cepat saat sadar kumpulan orang tua yang aktif itu mulai ke area lahan luar.
Disini sedikit berkabut, meski begitu Zoe merasa matanya cukup sulit untuk dibuka sepenuhnya. Menyesalkan keputusannya tidak menggunakan kacamata hari ini.
Tiba-tiba Kenzo menarik lengan atas Zoe, menaruh topi bundar yang entah darimana datangnya. Lalu secara hati-hati mengikatkan tali yang berjuntai dari topi tersebut, tersenyum setelahnya.
"Makin mirip Nenek Dessy kalau kayak gini."
Zoe secara otomatis memundurkan tubuhnya sesaat tangan Kenzo menjauh. Tidak berusaha menutupi raut wajahnya yang menampilkan rasa tidak nyaman.
Sedangkan Kenzo seperti langsung tahu diri, menaruh kedua tangannya ke belakang dengan canggung.
"Maaf." Ucap Kenzo pelan.
"I'm sure there's no bad intentions. Tapi, semoga kamu paham." Ucap Zoe, berusaha memberi batasan yang langsung bisa Kenzo pahami.
Tentu saja ia percaya orang sebaik Kenzo tidak mungkin punya niat buruk terhadapnya. Tapi ada bagian dari diri Zoe yang masih mengingat Asher dalam keadaan seperti tadi.
Ia menggelengkan kepalanya, berusaha tidak peduli pada pria yang mungkin tidak mau repot memikirkannya juga.
Zoe akhirnya mulai ikut memetik strawberry setelah sejak tadi bicara dengan Kenzo.
"Kamu punya kebiasaan waktu tidur Zoe?" Tanya Kenzo tiba-tiba, membuat Zoe yang sedang menunduk segera bangkit lagi, terlihat panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Novela Juvenil"if you're lucky enough, red invisible string tying both of you together. But again, not everyone got luck handed to them."