Chapter 1 - Making His Way Towards Me, Blurring Out My Periphery

1.5K 175 13
                                    

Jika bisa digambarkan dengan tingkatan, kesedihannya saat ini bisa digambarkan sebagai duka.

"Gue cari di venue aja apa ya?"

Sudah begitu menyerah, menenggelamkan wajah, tidak peduli saat ini kedua sahabatnya yang sedang memakan makanan mereka menatap iba kearah Zoe.

"Zoe, cari di twitter."

"Gak ada, beneran gak ada. Twitter aja tuh kalau bisa ngomong pasti bilang pusing saking seringnya gue cari keyword WTS tau gak?"

Hilang sudah semua harapan, Zoe dan teman-temannya kini sudah menginjak semester 3. Saat baik Keisha ataupun Vania memiliki kehidupan mereka, mulai dari Keisha yang sibuk memperluas pertemanan dan aktif dalam kehidupan cinta, serta Vania yang menjadi anak organisasi tulen.

Zoe masih merengek karena tiket konser dari artis kesukaannya habis terjual, bahkan tidak ada yang mau menjual lagi di internet.

"Di venue agak risky, soalnya kan akhir-akhir. Terus gimana kalau gak bisa dipindai barcodenya?"

Zoe menutup matanya, hampir menangis memikirkan hal apa yang bisa ia lakukan agar bisa ke konser artis kesukaannya tersebut.

"Kapan sih? Konsernya?"

"Besok."

"Besok banget?"

"Hm."

Keisha mengangkat bahunya pelan, "Mending lo tetap ke venue aja. Venuenya kan stadium tuh, pasti kedengeran sampai luar."

Zoe yang masih memiliki raut pias di wajahnya kini perlahan-lahan mengangkat kepalanya, merasa mendapat pencerahan dari saran singkat yang Kiara berikan.

"Bener juga, apa gue buka jasa titip aja ya di konser?"

"Stres."

"Stres apanya? Kan gue ke venue juga, Kei. Lo tau gak sih penggemar artis ini kan gak mungkin orang Jakarta aja, pasti ada yang dari luar kota. Kemungkinan nih ya, mereka ambil flight pagi, gak sempat ke hotel terus titip ke siapa? Gue solusinya."

Zoe kini merasa semangat menjabatkan pemikiran impulsifnya yang ingin membuka jasa titip barang disekitaran tempat konser. Mendengar itu Vania sudah tertawa duluan, memang sahabatnya satu ini selalu saja ada ide menarik dalam kepalanya.

Keisha bisa menyarankan satu hal, tapi Zoe akan mengambilnya dan mengembangkannya menjadi hal yang sangat berbeda.

"Berarti bawa mobil kesana?"

"Gak lah, gue duduk aja di luar lingkaran stadium itu. Menjaga barang-barang seperti bayi yang diajak piknik."

"Freak abis."

"Iri lo?"

Mendengarnya Keisha menunjukkan wajah tengil, menjulurkan lidah untuk mengolok Zoe.

"Sendirian aja? Emang bisa jaga barang orang sendirian? Terus bawa mobil sendiri gitu? Maaf ya Zoe, tapi diantara kita bertiga skill mengemudi lo yang paling butuk. Gimana kalau, amit-amit, ada kejadian sesuatu? Lo bisa tanggung jawab?"

Vania bicara dengan khawatir. Zoe tidak memikirkan sejauh itu, dia hanya mengucapkan apa yang ada di kepalanya saja tadi tanpa memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Padahal ucapan sahabatnya itu benar, urusan mengemudi, Zoe memiliki kemampuan yang cukup buruk, apalagi bagian dimana dia harus mempertanggungjawabkan semua benda itu sendirian.

Tapi mau bagaimana lagu? Zoe tahu kalau kedua sahabatnya ini sibuk, Vania sibuk dengan acara kumpul-kumpul dengan mahasiswa baru yang sudah berhasil melewati malam keakraban.

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang