Chapter 3 - First Date, The Beginning of Falling

1K 159 51
                                    

2 minggu kemudian dan keadaan tidak ada yang berubah, Asher menepati janji dan kini Zoe hampir seratus persen yakin kalau hari ini, di penghujung hari, ia akan menyerahkan seluruh hatinya kepada pria yang sudah lama ia damba ini.

Knock knock knock

Zoe yang sedari tadi sibuk memandangi diri dengan berbagai ekspresi, menaruh berbagai macam bentuk pakaian sampai ia mendapat kombinasi yang tepat segera menoleh kearah pintu yang terdengar suara ketukan pintu tadi.

"Masuk." Pintanya kepada seseorang dari bagian sisi lain pintu kamarnya ini. Ia menebak hanya ada dua orang yang berani menghampirinya di kamar, ibunya atau bibi yang sejak Zoe kecil sudah bekerja di rumah ini.

Beberapa saat kemudian wajah familiar menyapanya dari celah pintu, terlihat wajah sang ibu yang tersenyum kecil kearah Zoe sebelum membawa mata melihat ke sekeliling kamar putrinya yang terlihat berantakan.

"Ada acara apa Zoe hari ini?" Tanya ibunya basa-basi, membawa diri memasuki kamar putrinya yang kini tersenyum canggung, kebingungan mencari jawaban yang tepat dan kepala yang penuh pertimbangan untuk berkata jujur atau dusta saja.

Pada akhirnya, Zoe memutuskan untuk menjawab seadanya dan berharap ibunya puas dengan jawaban tersebut.

"Ada acara, Mah." Ucapnya seraya tersenyum.

"Mau kencan ya? Biasanya acara itu sih yang bikin anak perempuan panik sampai bikin kamarnya menyerupai kapal titanic." Canda ibunya, Zoe yang tadinya berusaha menahan diri akhirnya menghela nafas pelan, membiarkan baju yang ia pegang lepas dari genggaman sebelum berjalan kearah ibunya.

Zoe kebingungan, tapi ia ingin memeluk ibunya saja untuk mencari rasa nyaman.

"Kok ngehela nafas gitu? Beneran mau pergi kencan?" Tanya ibunya, entah Zoe salah dengar tapi ia bisa menangkap nada antusias dari cara bicara perempuan paruh baya yang paling berharga di hidupnya itu. Ia mengeratkan pelukan, menaruh dagunya di pundak sebelum mengangguk dengan wajah cemberut.

"Iya, tapi daritadi gak nemu baju yang pas." Ia melepaskan diri sebelum menunjukkan raut cemberut lagi, "Kenapa kita gak punya baju bagus yang bisa dibawa ke pantai gitu ya mah? Nanti beli ya."

Susan, ibu dari Zoe tersenyum sebelum membawa tangannya untuk membelai lembut rambut milik putrinya, sebelum perlahan wajah cantik kepunyaan Zoe yang ia usap dengan sayang.

"Kan biasanya juga ke pantai pakai celana pendek sama kaus aja cukup. Baju pantai kamu biasanya kan itu?"

"Ih mamah, beda, kali ini tuh beda. Masa pergi ke itu pake celana pendek dan baju kaus aja? Ini kan spesial."

Wajah merengek Zoe menjadi hiburan bagi Susan yang melihat bagaimana wajah putrinya mulai memerah lagi, mengatakan kencan saja sebagai itu, Susan mengerti kalau ini adalah kali pertama bagi Zoe untuk melakukan hal seperti pergi kencan.

Memutuskan berhenti menggoda sang putri akhirnya Susan nampak terdiam untuk beberapa saat.

"Sebenarnya ada sih baju mamah, tapi gak tau kalau Zoe bakal suka atau enggak. Baju dress floral gitu, cocok deh buat suasana pantai."

"Beneran? Kenapa gak bilang daritadi? Coba lihat dulu." Ucapnya setengah memaksa, Susan menarik tangan kecil kepunyaan Zoe untuk mengikutinya ke ruangan khusus baju miliknya.

Zoe membawa netranya untuk melihat sekeliling ruangan tersebut, begitu rapi dan bagus, banyak gaun-gaun serta pakaian cantik yang bisa digunakan untuk kencan, pikirnya.

Tanpa sadar tatap yang ia beri pada ibunya mulai berubah menjadi iba. Diikutinya bagaimana perempuan paruh baya yang mempunyai hati sekuat baja tetapi masih lembut mengalahkan sutra terbaik di dunia itu dengan gigih mencoba mencari baju yang kiranya bisa Zoe kenakan.

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang