BAGIAN. 01

673 72 5
                                    

Di pagi hari yang cerah ini suasana terlihat begitu sejuk dengan langit birunya yang berawan. Satu dari sekian banyaknya anggota keluarga kini sedang berkumpul di satu meja makan yang sama. Namun sayangnya terdapat satu kursi kosong yang sedang menunggu pemiliknya.

"Selamat pagi semuanya." Teriak seorang gadis berkuncir kuda dengan senyum cerahnya dikala sedang menuruni anak tangga.

Gadis itu bernama Rayana Libra Antariksa, putri satu-satunya yang paling disayang dan dimanja oleh kedua orang tuanya. Sosoknya juga dikenal suka menebarkan keceriaan dan kehangatan diantara orang sekitar, dengan senyum cerah yang tak pernah luntur menghiasi sudut pipinya.

"Pagi juga sayangnya, Bunda." Suaranya terdengar begitu lembut dengan hadiah kecupan hangat di dahi.

Suara decitan terdengar dikala gadis itu menggeser kursi yang akan dirinya gunakan "Kita sarapan apa pagi ini?"

Dimeja makan terdapat dua selai yang sudah tertata rapih, dan salah satunya adalah kesukaan gadis tersebut. Dengan mata berbinar dirinya langsung menargetkan apa yang ingin di santapnya duluan.

Namun saat ingin mengambilnya ternyata tangannya tanpa sengaja bergerak bersamaan dengan milik sang kakak. Dan alhasil mereka berdua saling berebut satu sama lain, sampai suasana meja yang tadinya sunyi berubah menjadi bising seketika.

"Kakak! Itu kan punya, Raya." Raut wajahnya terlihat begitu kesal ditambah dengan rengekannya yang seperti biasa.

"Siapa bilang! Emang ada tulisannya disini? Gak ada kan." Ledeknya yang semakin membuat adiknya kesal namun menjadi sebuah hiburan pagi untuknya.

Tidak diduga adiknya itu semakin merengek karenanya "Bunda, liat Kak Vano."

"Raya, kamu itu udah gede! Masa masih aja ngerengek sih, mau jadi bayi lagi emangnya?" Sindir Vano terkesan meledek sambil memperhatikan respon adiknya.

Seketika Raya langsung menatapnya tajam, dengan satu tangan menggenggam kotak tisu begitu erat. Tidak ingin menjadi target sasaran kakaknya itu langsung memberikan apa yang adiknya minta.

"Kalian berdua ini sudah dewasa tapi sikapnya masih saja seperti anak dibawah umur. Terlebih lagi kamu, Vano." Setelah memperhatikan pertikaian di antara kedua anaknya, akhirnya kepala keluarga itu pun bersuara.

Dengan perasaan bahagia Raya terlihat meledek kakaknya yang baru saja dapat teguran dari ayah mereka "Denger tuh, Kak!"

"Diam kamu anak manja." Tukasnya tidak mau kalah dengan adiknya yang selalu saja dibela.

"Biarin aja. " Tidak ada takut-takutnya Raya kembali meledek Vano sambil menjulurkan lidah kearahnya.

Pada akhirnya sarapan pagi dimulai setelah drama pertikaian yang dilakukan oleh kedua anaknya. Tidak ada obrolan serius diantara mereka sampai akhirnya kepala keluarga bersuara.

"Ayah gak bisa anter kamu ke sekolah hari ini. Berangkatnya bareng sama Kak Vano aja, ya?"

"Raya, gak mau! Nanti di turunin di tengah jalan kayak waktu itu gimana." Ucapnya sambil memandang sinis kearah Vano.

Kemudian ayahnya bangkit dari kursi dan mengambil tas miliknya sambil melirik kearah jam tangan. "Kamu bareng sama Kak Vano aja, Ayah juga harus berangkat buru-buru." sebelum pergi dengan tergesa-gesa kepala keluarga itupun tak lupa untuk mengecup kedua bidadari kesayangannya.

Setelah kepergian suaminya ibu rumah tangga itupun langsung menginterupsi kedua anaknya "Raya, sarapannya cepet dihabisin. Jangan lupa sama susunya juga."

"Iya, Bunda"

Setelah adik kakak itu selesai dengan kegiatan mereka keduanya langsung berpamitan kepada bundanya "Bun Vano sama Raya berangkat dulu, ya. Assalamualaikum."

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang