BAGIAN. 03

153 60 4
                                    

Seorang pria terlihat baru saja memasuki rumah yang terbilang cukup besar dengan halamannya yang luas. Kedatangannya juga langsung disambut hangat oleh orang tuanya.

“Tumben pulangnya cepet?” Ucap orang yang melahirkannya itu terlihat sedang duduk di sofa sambil memangku sebuah majalah yang sedang dibacanya.

“Hari ini mata kuliahnya cuma dua, Mah.” balasnya yang langsung melipir menaiki anak tangga menuju kamar miliknya.

Saat tiba di kamarnya Angkasa langsung bergegas membersihkan seluruh tubuhnya yang sudah penuh dengan peluh keringat. Dan tidak butuh waktu lama kini dirinya terlihat sudah rapih mengenakan baju kaosnya. Kemudian langkahnya mendekat kearah meja yang berisikan tumpukan kuas beserta alat-alat lukis lainnya.

Tanganya seketika terulur untuk mengambil sebuah sketchbook yang berada di samping kuasnya. Saat membuka sketchbook tersebut terlihat sebuah gambar sosok perempuan yang tengah memakai earphone ditelinganya sambil memejamkan mata dengan senyum manisnya.

“Akankah ada pertemuan kedua?” ucapnya. Angkasa memperhatikan gambar tersebut sambil mengelus setiap garis lukisan yang telah dirinya buat. “Seorang gadis dengan suara semerdu alunan musik”

“Suara yang begitu menggetarkan hati hanya dengan persekian detik.” terangnya.

Tidak berlangsung lama terdengar suara mamahnya memanggil dari lantai bawah yang membuat dirinya harus turun dan menghampiri.

“Kenapa, Mah?” tanyanya yang sudah berada dihadapannya.

“Makan dulu, Sa! Kamu belum makan dari pulang kuliah kan?” Tanya mamahnya yang sedang berada dimeja makan.

Melihat banyaknya makanan yang sudah tersaji bukannya merasa lapar Angkasa malah merasakan sebaliknya. “Angkasa belom laper, Mah.” tukasnya.

“Yang bener? Padahal Mamah udah masakin makanan kesukaan kamu loh.” bebernya memberitahu.

“Angkasa masih kenyang.”

Sontak mamahnya mengangguk sambil kembali menyuap makanan kedalam mulutnya. “Yaudah kalau masih kenyang. Tapi kalau udah laper langsung dimakan, ya. Mamah nggak mau liat kamu sakit loh."

“Iya.” Balas angkasa sambil pergi menaiki anak tangga dan kembali menuju kamarnya.


• • • • °• • • •

“Cepet turun!” Tukasnya. Kini keduanya terlihat baru saja sampai dirumah setelah dari aktivitas melelahkannya selama di sekolah.

“Gaga yang sabar dong. Raya kan pake rok, jadi turunnya susah.” Terangnya sedikit kesal namun dibalik kekesalannya ada seseorang yang tertawa dengan ekspresi jahilnya.

“Gue si nggak perduli. Mau lo turunnya lompat atau bahkan terbang sekalipun itu bukan urusan gue.” Balasnya terdengar ketus.

Kedua kakinya baru selesai menginjakkan tanah dan Raya langsung saja protes ketika mendengarnya. “Gaga kok jahat banget si sama, Raya?”

“Suka-suka gue dong mau jahat sama lo atau enggak, itu kan pilihan.” Ucapnya kembali sambil tersenyum menyeringai.

“Yaudah, kalau gitu Raya ngambek.” Seketika Putri Antariksa itu merajuk sambil menghentakkan kakinya begitu keras yang membuat lawan bicaranya itu sampai menahan tawa.

Grebb

Belum sempat membuka pagar rumah, tas yang Raya kenakan tiba-tiba saja ditarik begitu kencang dari arah belakang. Sontak saja dirinya langsung berhenti dan kembali mengarahkan pandangannya menatap temannya yang begitu menyebalkan.

“Jangan bujuk Raya supaya enggak ngambek deh! Raya kan lagi marah sama, Gaga.” Ujarnya yang langsung dibalas galaksi dengan ekspresi bingungnya.

“Heh, pede amat lo! Siapa juga yang mau bujuk anak manja kayak lo.” Terangnya. Seketika Raya dibuat malu sendiri dengan tingkah lakunya.

Mencoba menetralkan raut wajahnya Raya kembali berucap. “Terus kalau gitu ngapain narik tasnya, Raya?”

Dengan cepat Galaksi langsung menunjuk kearah jaket bomber yang tengah Raya pakai. “Lepasin jaket gue." terangnya. “Lain kali kalau di pinjemin jangan lupa dibalikin ke orangnya.”

“Iya deh iya” Balas Raya dengan raut wajahnya yang terlihat cemberut.

“Kayaknya jaket gue bau keringet nih." decaknya sambil mencium jaket bomber miliknya "Ini mah harus gue cuci pake kembang tujuh rupa biar manjanya gak ikut nempel.” sindirnya yang langsung dihadiahi pukulan kecil olehnya.

“Gaga!” Dengan perasaan kesal Raya berteriak sambil memukul bahu teman sedari kecilnya itu.

Bukannya merasakan sakit Galaksi malah tertawa bahagia karena melihat raut wajah Raya yang merah padam karenanya. “Ray, udah dong. Nanti kalau gue sakit gimana?"

Mendengar permohonan dari temannya itu Raya langsung menyudahi aksinya tersebut. “Biarin aja Gaga sakit. Biar nggak ada lagi yang ngejailin Raya.” Pungkasnya yang langsung dibalas kekehan oleh Galaksi.

“Tega ya ngeliat pangeran lo yang tampan ini jatuh sakit? Kalau gue kenapa-kenapa kan lo juga yang repot, Ray.” Jelasnya sambil mengacak-ngacak rambut milik Putri Antariksa kesayangannya.

Raya yang masih kesal sontak saja melepaskan tangannya Galaksi dari atas kepalanya.

“Gue minta maaf deh! Masa gitu doang ngambek si nggak asik lo.”

Tidak ada jawaban dari Raya yang membuat Galaksi menjadi merasa bersalah atas candaannya barusan. “Yaudah masuk gih sana, gue juga udah mau balik nihh.” Ucapnya pamit.

Melihat kepergian temannya itu membuat Raya langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah dengan perasaan yang begitu dongkol tentunya.

Langit malam berlalu dengan cepat dan kini digantikan oleh cerahnya suasana pagi yang diiringi dengan kicauan burung yang menyambut.Terlihat seorang pria tengah membereskan beberapa buku yang akan dirinya masukkan kedalam tas.

Setelah selesai kedua kaki panjangnya melangkaj turun menuruni anak tangga sambil sesekali bersiul, dan di sana juga sudah terlihat sosok yang tengah menunggunya dimeja makan.

“Mah, Angkasa langsung berangkat aja ya. Takut telat ketinggalan kuis.” uycapnya berpamitan dengan tidak lupa mencium lembut tangan milik orang yang melahirkannya.

“Sarapan dulu supaya ada tenaganya, Sa.”

“Waktunya nggak akan cukup, Mah! Angkasa sarapan di kampus aja.” terangnya yang ingin berlalu pergi.

Namun sebelum pergi mamahnya itu kembali menahannya sebentar dengan memberikan sekotak bekal untuk dirinya bawa. “Nih Mamah udah siapin bekelnya, jangan lupa dimakan.”

“Iya, Mah” Balasnya yang langsung berlalu pergi meninggalkan rumah.

Angkasa akhirnya pergi menuju kampusnya dengan menggunakan bus, dan disinilah dirinya berada. Di halte bus yang tidak jauh dari jarak rumahnya tinggal. sambil menunggu bus pria itu sesekali menghirup udara pagi serta memandang indah langit cerah yang sedang dipenuhi awan disekelilingnya.

Kebiasannya itu dimulai, yakni dirinya selalu saja tidak pernah absen untuk membawa sketchbook miliknya kemanapun dan kapanpun dia pergi. Bahkan sampai tidak kenal tempat dirinya bisa menggambar apapun objek yang menurutnya menarik.

Seperti sekarang ini sambil menunggu bus datang Angkasa memutuskan menggambar sesuatu untuk sekedar menghilangkan rasa jenuhnya. Dirinya memulai kebiasaannya itu dengan membuat garis yang awalnya begitu tipis sampai jadilah sebuah gambar utuh yang mirip sekali dengan penampakkan aslinya.

Dirinya juga sampai tidak sadar jika sedari tadi aksinya itu sedang diperhatikan oleh seseorang yang sudah berada disampingnya entah sejak kapan, dan betapa terkejutnya Angkasa saat tau siapa sosok tersebut.










>>>To Be Continued<<<<

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang