BAGIAN. 20

61 23 1
                                    

"Sa, sekali lagi gue ucapin makasih banget karena udah nolongin adek gue Raya. Gue gak tau lagi harus bales pake apa." Ucap Vano berterima kasih kepada Angkasa karena sudah mau membantu adiknya.

Angkasa sontak menepuk sebelah bahu ketua BEM kampusnya itu. "Sama sama, Van! Lo gak perlu mikirin soal balas budi. Gue tulus bantu Raya."

"Adek lo tuh emang selalu ceroboh ya, Van!" Celetuk Gilbas yang tiba-tiba saja berkomentar.

Vano langsung melirik Gilbas yang berada di sebelah kirinya. "Namanya juga anak manja. Ya maklumin aja kalau sifatnya gitu."

"Tapi gue heran, kenapa bisa Angkasa nyelametin Raya sampe tiga kali? Menurut gue itu si bukan kebetulan lagi namanya." Tuturnya keheranan sambil menatap Vano dan Angkasa bergantian.

Angkasa yang mendengar juga ikut membenarkan tanpa disengaja. Tidak mungkin jika hal tersebut hanya sekedar kebetulan, bahkan dirinya menolong Raya hampir sebanyak tiga kali. Pemuda itu meyakini jika ini bukan kebetulan semata namun takdir yang tuhannya berikan untuknya.

"Atau jangan-jagan lo berdua emang jodoh lagi?" Celetuk Gillbas membuat keduanya langsung terkejut bukan main terutama Vano.

"Jagan asal ngomong lo, Bas! Ya gak mungkin lah, itu kan cuma perkara cocok logi aja. " Vano dengan reflek langsung menolaknya mentah-mentah.

Seketika Angkasa yang mendengar ucapan yang keluar dari mulut Vano merasa kecewa dan sedih. Bahkan raut wajahnya itu berubah menjadi tidak bersahabat. Mahasiswa itu juga tau dan sadar diri jika dirinya tidak ada bandingannya dengan laki-laki yang selaku berada disamping Raya setiap saat. Siapa lagi kalau bukan Galaksi.

"Ya siapa tau! Gw kan cuma beropini aja." Gillbas kembali melontarkan ucapannya.

Melihat perubahan sikap dari Angkasa sontak membuatnya tersadar jika Vano bisa saja menyinggung perasaan temannya tanpa dirinya tau. "Ehh, Sa! Sorry maksud gue gak gitu sumpah." elaknya yang terlihat tidak enak hati karna ucapannya.

"It's okey, Van!" Balasnya terdengar ketus dengan dengan raut wajah lesunya.

Tidak lama setelah perdebatan kecil diantara mereka selesai tiba-tiba saja handphone milik Angkasa berbunyi, terlihat panggilan masuk di sana. "Halo!" tukasnya kepada seseorang disebrang sana.

"Iya, dengan saya sendiri." Ujarnya kembali. "Baik kalau begitu saya akan segera kesana secepatnya." sahutnya langsung mengakhiri panggilan tersebut.

Setelah menerima panggilan masuk dari seseorang, dengan cepat mahasiswa itu mulai merapihkan barang-barang miliknya. Sementara Vano dan Gilbas dibuat bingung karna tindakan Angkasa yang terlihat terburu buru.

"Sa, lo mau kemana si? Buku-buku banget kayaknya?" tanya Gilbas seraya ingin tau.

"Gua ada janji temu sama orang. Kalau telat dateng kan gak enak." Terangnya yang sudah menyelempangkan tas miliknya dengan sesekali membenarkan pakaiannya. "Kalau gitu gue cabut duluan." ujarnya kembali pamit kepada kedua temannya.

Vano dan Gilbas hanya melihat kepergian Angkasa dari jauh dengan sejuta pertanyaan yang bersarang di dalam otaknya.

"Semakin gue kenal Angkasa, semakin banyak hal aneh yang gue temuin dari tuh anak." Cetus Vano yang masih saja setia melihat kepergian temannya dari jauh.

"Lo bener, Van! Gue jadi semakin penasaran sama apa yang Angkasa sembunyiin dari kita." Gillbas langsung membenarkan dengan sorot mata yang menatap bahu temannya yang semakin lama semakin menjauh.

🌙🌙🌙

Di minggu pagi yang cerah ini seorang remaja perempuan terlihat sedang membantu Bundanya menyirami beberapa tanaman yang ada dipekarangan rumahnya. Dirinya terlihat bermalas malasan dengan selang air yang sedang dirinya pegang.

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang