BAGIAN. 32

202 22 5
                                    

Sudah dua tahun berlalu semenjak kepergian Galaksi dan juga Angkasa. Kini Raya sudah lulus dari sekolah menengah atasnya dan akan berlanjut ke perguruan tinggi tempat Kakanya menimba ilmu. Sementara Vano baru saja menyelesaikan S1-nya dan berkeinginan melanjutkan lagi S2.

Raya juga belum lama ini menjadi mahasiswa baru setelah selesai dari masa ospek nya. Dan hari ini menjadi hari pertama baginya menjalankan aktivitasnya sebagai anak kampus. Kelasnya terlihat berjalan dengan baik bahkan dirinya sudah mendapatkan seorang teman karena tidak sengaja menabraknya.

"Gue duluan Ray! Sampe ketemu besok." Pamit teman barunya yang bernama Venus.

"Hati-hati!" Balasnya dengan lambaikan tangan.

Setelah teman satu fakultasnya itu pergi. Dirinya segera merogoh saku celananya dalam dan mulai menelfon seseorang.

"Halo, Kak!"

Kedua kakinya kembali melangkah sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Baru aja selesai kelas." pekiknya.

"Oke!"

Setelah mematikan panggilan telfonnya. Mahasiswi jurusan sastra itu dengan cepat menuju area parkir kampus. Baru saja kedua kakinya menapaki area tersebut Vano datang dengan suara klakson mobilnya.

"Gimana kelas pertamanya?" Tanya Vano melirik adiknya yang sedang memasang seatbelt.

Raya menoleh dengan raut wajah datarnya. "Lumayan!" balasnya dingin.

Vano seketika menarik napasnya dalam. Semenjak kepergian Galaksi dan juga Angkasa. Adiknya itu mengalami perubahan sikap yang cukup signifikan. Contohnya saja Raya sudah tidak lagi manja dengan rengekannya seperti biasa. Bahkan semua boneka serta barang kesayangannya dirinya sudah sumbangkan ke panti asuhan. Vano merasa jika adiknya sudah bener-bener berubah. Bahkan dengan perubahan sifat dinginnya serta ketidak pedulian terhadap orang lain.

Namun itu semua tidak berpengaruh disaat  semua barang special miliknya dirinya simpan begitu rapih di suatu tempat. Barang tersebut berisi boneka pemberian Galaksi dan Angkasa serta barang-barang berharga dari keduanya.

"Sekarang kamu udah banyak berubah ya, Ray!" Celetuk Vano tersenyum simpul sambil fokus mengemudikan mobilnya.

Raya yang terlihat asik memainkan handphone miliknya tidak begitu peduli dengan apa yang baru saja Kakaknya itu ucapkan.

"Walupun perubahan sikap kamu cukup buat Kakak terkejut. Tapi di satu sisi Kakak juga seneng karena kamu gak lagi terpuruk mikirin mereka." Vano tersenyum bangga melihat adiknya yang kini sudah berkembang begitu banyak.

Namun adiknya itu masih tidak memberikan respon. Tatapannya saat ini terlihat begitu kosong sambil menatap pemandangan kota dari dalam kaca mobil Vano. Kedua matanya mulai terpejam sesaat. "Gak ada gunanya nangisin mereka! Apa dengan cara itu bisa buat mereka berdua kembali?" tukasnya tiba-tiba.

Vano terdiam melirik Raya disampingnya. Adiknya itu menang sudah benar-benar berubah. Sikapnya saja sudah seperti wanita dewasa. Walaupun begitu Kakaknya terlihat khawatir dengan apa yang ada didalamnya.

Setelah membelah kemacetan kota Jakarta. Kini kedua Kakak beradik itu baru saja sampai di rumah setelah memarkirkan kedaraan roda empat milik Vano. Manda terlihat sudah menunggu didepan pintu dengan senyum indahnya. Raya mengalami Bundanya setelah Kakaknya. Kemudian kedua kakinya melangkah menaiki anak tangga.

Membuka pintu bertuliskan namanya dengan coretan abstrak di setiap sudut. Dengan begitu dirinya mulai menata barang-barang diatas meja dan tanpa sengaja Raya menjatuhkan sebuah Sketchbook. Setelah lama memandangnya tiba-tiba saja isi kepalanya itu mulai teringat kejadian lampau.

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang