BAGIAN. 13

80 29 0
                                    

Pagi hari datang menyambut dengan cahanya yang terang. Langit biru juga ikut menghiasi diantara awan yang sedang bergumul layaknya permen kapas. Di hari yang sejuk ini sekelompok mahasiswa dan juga mahasiswi terlihat sedang beraktivitas menjalankan hari dengan segala keceriaannya.

Sama seperti seorang mahasiswa yang terlihat begitu serius memandang lukisan yang dirinya buat untuk pameran seni yang akan diadakan di kampus dalam beberapa hari mendatang.

"Lagi ngapain, Sa?" Tegur salah seorang temannya yang tiba-tiba saja datang mengejutkannya.

Tidak lama dari arah yang sama muncul temannya yang lain sambil membawa beberapa dokumen. "Wihh, bagus banget lukisan lo." Gilbas yang baru saja datang langsung memuji hasil karya milik Angkasa.

"Ini beneran lo yang buat, Sa?" Tanya Vano memperhatikan lukisan milik Angkasa dengan kedua mata yang berbinar.

"Ya iyalah lo pikir siapa lagi." Seketika Gilbas membalasnya dengan cepat.

Vano yang mendengar langsung menatapnya sinis. "Si Gilbas! Gue kan cuma tanya doang." terangnya membuat Angkasa tertawa melihatnya.

Angkasa kemudian menganggukkan kepalanya sambil menatap lukisannya itu penuh dengan rasa bangga. "Iya, gue yang lukis ini."

Melihat lukisan milik Angkasa yang begitu cantik luar biasa membuat Vano seketika memikirkan sesuatu dengan keningnya yang mengkerut. "Sa, lo gak ada niatan ikut partisipasi buat pameran seni yang bentar lagi diadain di kampus?" tanyanya yang selaku pengurus dari acara tersebut.

"Bener tuh, Sa! Secara lukisan lo kan bagus-bagus. Siapa tau setelah lo ikut pameran seni, makin banyak anak-anak yang suka dan tertarik." Terang Gilbas menambahkan.

Angkasa terlihat merenung memikirkannya. "Gue emang udah niat mau ikut sekalian nunjukin karya gue ke anak-anak kampus. Terlebih lagi gue juga mau liat tanggapan dari mereka soal karya gue sebagai seorang seniman" jelasnya sambil melihat karya lukisnya yang begitu indah.

"Gue setuju! Selagi lo percaya dan yakin, gue rasa anak kampus juga pasti bakal awere sama karya lo." Decak Vano yang langsung menyetujuinya dengan memberikan semangat kepada Angkasa.

Gilbas juga tidak ingin ikut ketinggalan, mahasiswa itu langsung memberikan semangat serta dorongan rasa percaya diri kek ada temannya. "Bene kata, Vano! Lo gak perlu khawatir, Sa. Kita berdua akan selalu support semua karya-karya lo termasuk ini salah satunya." ujarnya sambil menepuk bahu milik Angkasa.

Setelah perbincangan mereka berakhir dengan energi positif ketiganya terlihat kembali menuju kelas mata kuliahnya masing-masing.

Dilain tempat dengan suasana yang berbeda terlihat dua orang remaja yang baru saja sampai didepan istana Tuan Putri Antariksa nya.

"Makasih udah anterin Raya pulang." Ucapnya yang terlihat ingin turun dari motor milik teman kecilnya.

Galaksi dengan penuh perhatian membantu Tuan Putrinya itu dengan hati-hati. "Sama-sama." balasnya sambil menggenggam sebelah tangan Raya sebagai tumpuannya turun.

Setelah membantu Raya turun dari motornya Galaksi terlihat mencabut kunci motornya itu dan langsung memasukkannya kedalam jaket bomber nya. Raya yang melihat dibuat bingung bahkan dengan langkah kakinya yang sudah masuk melewati gerbang.

"Gaga, kok ikut masuk? Gak langsung pulang emangnya?" Ucapnya sambil mengekori Galaksi dengan langkah kakinya yang tertinggal.

"Emangnya gue gak boleh mampir dulu?" Teman kecilnya itu seketika menghentikan langkah kakinya dan langsung membalikkan badan dengan raut wajah bingung yang Raya tunjukkan.

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang