BAGIAN. 15

86 30 1
                                    

"Gaga, hidung Raya perih!" Rintih nya meringis kesakitan ketika siswi itu sedang diobati.

Saat ini siswi bernama Rayana itu sedang berada di ruang UKS bersama dengan Galaksi di sampingnya. Temannya itu terlihat begitu telaten mengobatinya dengan lembut dan penuh perhatian, ditambah lagi dengan sikap posesif nya kepada gadisnya.

"Ditahan, bentar lagi juga sakitnya ilang." Ujar Galaksi sesekali melihat hidung Raya yang sudah tidak lagi mengeluarkan cairan berwarna merah. "Tundukin kepala lo, Ray! Biarin darahnya keluar supaya gak mengendap." perintahnya sambil mengatur posisi kepala gadisnya agar menunduk dengan tisu yang dirinya pegang menutupi inda penciumannya.

"Kenapa emangnya?" Dengan polosnya Raya bertanya dengan tampang yang terlihat menggemaskan.

Galaksi yang masih fokus membersihkan darah yang tersisa di area hidung Raya kembali berucap. "Kalau dia mengendap malah gak bagus dan berakhir jadi penyakit. Mending di keluarin semua." terangnya menjelaskan.

Siswi itu seketika mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Galaksi. Dengan begitu Raya kembali terdiam dan membiarkan temannya itu mengobatinya secara perlahan.

"Harusnya lo tuh gak usah ikut main basket aja tadi! Udah mah gak bisa main, anaknya ceroboh, akhirnya jadi mimisan gini." Celetuknya tiba-tiba sambil mengambil tisu yang ada di lubang hidung milik Raya. "Yang repot siapa coba kalau bukan gue." sambungnya dengan gelengan kepala yang membuat gadisnya itu tertawa.

Melihat reaksi yang ditunjukkan Galaksi membuatnya tertawa singkat. "Gaga kan sayang sama Raya. Pastinya mau nolongin dong."

Dengan cepat Galaksi melihatnya dengan sorot mata yang tajam. "Terpaksa! Coba tegakkin lagi kepa lo." decak nya sambil menyentuh dagu milik Raya. "Darahnya udah gak ada yang keluar, jadi lo gak perlu sumpal hidung lo lagi sama tisu." terangnya sambil membuang tisu kotor bekas bercak darah.

Ingin memastikannya sendiri Raya dengan perlahan mulai menyentuh hidungnya namun belum sempat tersentuh Galaksi langsung menahannya. "Gak usah dipegang-pegang! Katanya masih perih." selanya yang masih setia memegang erat lengannya.

"Iya, tapi sedikit." Raut wajahnya terlihat cemberut sambil menundukkan wajahnya takut karena ekspresi yang Galaksi tunjukan padanya. "Muka Gaga kok serem banget si? Raya kan jadi takut liatnya." ucapnya dengan kedua mata yang terpejam.

Galaksi segera menarik napasnya gusar. "Abis lo ceroboh banget sih, Ray! Bisanya bikin orang khawatir mulu." keluhnya dengan menatap manik mata milik Raya lekat.

"Raya, Gak ceroboh! Rafael nya aja yang gak sengaja nyenggol. Gaga juga harusnya gak usah marah kayak gitu." Sanggahnya kembali menceritakan perkara dirinya terjatuh sampai tersungkur.

"Gue gak marahin lo, Raya!" Tukasnya terdengar lembut dengan usapan di surai hitam milik Putri Antariksanya. "Sekarang udah gak apa-apa kan? Gue anter ke kelas, ya." tanya Galaksi sambil memeriksa kembali kondisi gadisnya yang ternyata sudah baik-baik saja.

Raya mengangguk dengan cepat. "Iya, udah enakan. Tapi hidung masih sedikit perih." rintih nya yang masih merasakan sakit sambil sesekali menyentuhnya.

Dengan begitu Galaksi langsung meraih lengan Raya dan menggandengnya keluar UKS menuju ruang kelasnya berada. Di sepanjang jalan keduanya terlihat asik mengobrol sampai tidak sadar jika sudah sampai.

"Masuk sana! Gue mau langsung balik ke kelas." Galaksi seketika melepaskan tangan Raya dan menyuruhnya untuk segera masuk.

"Makasih ya, Gaga! Udah mau ngobatin Raya." Ucapnya tersenyum lebar menampakkan wajahnya yang cantik menawan.

Galaksi yang tidak bisa lagi menahan rasa gemasnya sontak saja langsung mengacak-ngacak rambut Raya dan sesekali mencubit pipinya.

"Ihh, Gaga kebiasaan." Teriaknya sambil menyingkirkan tangannya Galaksi dari kepalanya.

"Salah sendiri! Abisnya lo gemesin, udah masuk sana." Sambungnya dengan gelak tawa.

"Yaudah, kalau gitu Raya masuk dulu." Balasnya kemudian memasuki ruang kelas yang ternyata sudah dipenuhi dengan teman-temannya yang sedang asik bermain.

🌙🌙🌙

Bel berbunyi di seantero sekolah SMA Bumi Matahari menandakan waktu istirahat tiba. Dari setiap ruang kelas terlihat murid-murid berbondong-bondong berlarian menuju kantin dengan saling berlomba siapa yang lebih dulu sampai. Sama halnya dengan dua orang siswi yang saat ini sedang berjalan di lorong sekolah menuju kantin dengan temannya yang masih saja meringis.

"Ray, perasaan itu hidung lo pegangin mulu? Emangnya masih sakit?" Tanya Alesa sambil sesekali memperhatikan teman sebangkunya itu.

"kayanya hidungnya Raya patah deh Alesa. Pas disentuh bentuknya udah gak simetris lagi." Jelas Raya yang membuat Alesa seketika melongo menatapnya.

Alesa menggelengkan kepalanya keterangan. "Yang bener aja lo, Ray! Jangan aneh-aneh deh. Lagian yang gue liat hidung lo masih aman-aman aja kok." kilahnya memastikan dengan kedua bola matanya. "Mungkin dari pukulannya yang masih berasa. Jadi lo ngiranya hidung lo patah." terangnya kembali.

Setelah itu datanglah seseorang yang tiba-tiba saja muncul menghalangi keduanya.

"Ray, lo gak apa-apa kan?" Ucap seorang siswa berkharisma yang ternyata adalah Ezra teman sekelasnya Galaksi.

Raya sontak membalasnya dengan tersenyum ramah kepadanya. "Raya, baik-baik aja kok Ezra."

Ezra yang masih terlihat khawatir dengannya berinisiatif mencoba memastikannya sendiri. "Seriusan? Lo kan sempet ke sikut Rafael tadi. Beneran gak ada yang luka selain mimisan?" terangnya kembali sambil melihat setiap sudut dari wajah Raya.

Alesa yang melihat merasa aneh dengan tingkah laku Ezra yang tidak seperti biasanya. Terlebih dalam hal perhatian dengan kondisi orang lain. "Tumben lo care sama orang, Za! Ada angin apa nih?" tukasnya menyelidik sambil tersenyum miring kearah siswa tersebut.

"Bukan urusan lo! Terserah gue mau care sama orang atau gak." Decak Ezra menatap Alesa dengan sinis.

"Yeh, jawabnya gak usah sensian gitu dong." Balasnya yang tidak terima sambil menyenggol bahunya secara sengaja.

Ezra memilih untuk mengabaikan perlakuan Alesa kepadanya dan beralih kembali dengan Raya yang sedang menatapnya bingung.

"Tapi lo bener gak ada yang luka kan, Ray?" tanyanya kembali dengan tangan Ezra hang tiba-tiba saja menyentuh pergelangan tangan Raya.

Kemudian dari arah kejauhan terlihat Galaksi yang sudah menatapnya dengan tidak suka sambil mengepalkan tangannya begitu erat. Tanpa menunggu lama sosoknya itu datang dan langsung menghampiri keduanya sambil melepaskan tangan Ezra dari Putri Antariksanya secara kasar.

"Gak usah modus lo! Ngapain pegang-pegang tangannya, Raya?" Galaksi langsung menatapnya dengan sorot mata yang tajam seakan ingin memakannya habis.

Ezra yang melihat kedatangan Galaksi seketika membuatnya kesal. "Kenapa? Gak boleh emangnya?" ujarnya tersenyum miring menatap manik mata coklat berkilau miliknya.

"Jelas gak suka gue! Terlebih lo orangnya."  Decak nya membuat Ezra mengeram dengan raut wajahnya yang terlihat mengeras.

Dengan begitu Galaksi langsung menarik Raya menjauh dari Ezra dan membawanya ke kantin bersamaan dengan Alesa yang mengekor dibelakang.













To Be Continued

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang