"Angkasa! Saya perhatikan kinerja kamu dalam melukis semakin hari semakin menurun, apa kamu sedang banyak pikiran?" Dosen pembimbingnya itu terlihat mengerutkan dahi sambil mengecek setiap tugas yang mahasiswa itu kerjakan.
Saat ini mahasiswa jurusan seni lukis itu sedang berada diruang dosen pembimbingnya untuk membahas beberapa tugas yang dirinya serahkan kemarin.
"Saya hanya sedang lelah, Pak! Mungkin itu salah satu faktor penyebabnya." Jelasnya sambil melihat kembali lukisan miliknya yang dosennya itu tunjukkan.
"Memang benar jika belakangan ini tugas yang saya berikan semakin banyak, maka dari itu kamu harus lebih memperhatikan kondisi kesehatanmu." Ujar Pak Gavin dengan kaca mata yang bertengger di tulang hidung miliknya.
"Baik, Pak! Saya akan terus berusaha lebih baik untuk kedepannya." Timpalnya.
Pak Gavin seketika melepaskan kaca mata miliknya sambil menatap Angkasa lekat. "Baiklah, kalau begitu kamu boleh keluar dari ruangan saya."
Angkasa kemudian berdiri dari kursi dan segera membungkukkan badannya hormat. "Sebelumnya terima kasih atas perhatiannya. Kalau begitu saya mohon pamit undur diri."
Setelah keluar dari ruang tersebut mahasiswa iru langsung melangkahkan kakinya menuju kantin kampus. Saat sampainya di sana Angkasa seketika mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Lirikan matanya tertuju pada kedua laki-laki yang sedang duduk sambil menikmati kudapan nya.
Angkasa yang sudah bersama dengan keduanya sontak menarik kursi besi itu cepat. "Dari mana aja lo lama amat?" tanya Gilbas bertanya.
"Dari ruang dospem." balasnya dengan rauat wajah datar seperti biasa.
Vano ikut menanyakannya sambil sesekali menyeruput kopi hitam miliknya. "Tumben lo keruang dospem, ada masalah emangnya?"
Seketika Angkasa menghembuskan napasnya kasar. "Gue cuma dapet keluhan soal kinerja lukis gue yang katanya semakin hari semakin menurun." terangnya dengan raut wajah yang sudah tidak berekspresi.
Kedua temannya itu sontak langsung melirik satu sama lain sambil mengangkat bahunya masing-masing. "Lo keliatan lesu banget hari ini, Sa! Lagi masuk angin?" tanya Gilbas yang tiba-tiba saja mengganti topik pembicaraan.
Dengan cepat Angkasa mengangguk dengan tugas tertulisnya yang sedang dirinya kerjakan. "Lagi capek aja! Pak Gavin akhir-akhir ini ngasih tugasnya gak kira-kira."
Namun lain halnya dengan Vano. Ketua BEM itu malah beranggapan lain karena gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Angkasa. Bahkan raut wajah temannya itu terlihat sekali sedang menahan sakit. Bahkan bulir keringatnya sampai nampak seperti biji jagung. Tidak ingin diambil pusing akhirnya Vano melanjutkan obrolan disela tugas yang tengah menumpuk.
Angkasapun pamit kepada vano dan juga angkasa karna dirinya ada janji dengan mamahnya.
"Van, Bas! Gue pamit duluan, ya. Ada janji sama nyokap." Celuk Angkasa yang tiba-tiba saja berpamitan sambil membereskan barang bawaannya.
Keduanya hanya bisa memandang sambil menganggukan kepala cepat. "Salam buat nyokap lo. Hati-hati di jalan, Sa!" balas Vano kepada Angkasa.
Melihat kepergian temannya yang mendadak itu membuat Vano dan juga Gilbas merasakan keanehan terlebih lagi dengan ekspresi wajahnya. "Bas, lo ngerasa ada yang aneh gak si sama Angkasa belakangan ini?" decaknya dengan raut wajah penuh tanda tanya.
Gilbas seketika menautkan kedua alisnya. "Gue udah curiga dari kemaren-kemaren si." balasnya membenarkan.
"Gue rasa ada yang dia tutup-tutupin dari kita, entah apa itu masalahnya gue gak tau. Tapi yang pasti gue sempet liat dia lagi nahan sakit waktu ngobrol sama kita tadi." Jelas Vano ketika mengingat kembali saat Angkasa dibanjiri keringat padahal hari sedang turun hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSARA [TAMAT]
Fiksi RemajaKisah ini bukan menceritakan tentang luar angkasa maupun isinya. Melainkan kisah tentang seorang gadis bernama Rayana Libra Antariksa yang dicintai oleh dua orang pria bernama Angkasa Langit Bimasakti dan Galaksi Bintang Semesta. Dan kisah mereka b...