BAGIAN. 17

62 26 1
                                    

Di pagi hari yang cerah ini seorang remaja laki-laki terlihat sedang sibuk membantu orang tuanya menata beberapa lauk pauk serta jajanan ringan untuk di kirimkan nya ke panti asuhan tempatnya berkunjung. Box serta kardus besar sudah tersusun rapi didalam bagasi mobil berkat kerja keras yang Galaksi lakukan.

"Ga! Bawa soup nya hati-hati jangan sampai tumpah." Ema mengingatkan anaknya agar bertindak dengan cekatan serta rapih.

"Iya, Mah!" Galaksi memasukkan beberapa soup yang dirinya bawa sambil memasukkannya kedalam box beserta jajan ringan lainnya.

Sambil mengoper makanan yang masih tersisa Ema memberitahukan ke tidak ikut sertaannya bersama Galaksi. "Ga, kali ini Mamah gak bisa ikut. Kamu sendiri gak apa-apa kan?" terangnya melirik anak tunggalnya yang sedang sibuk menata makanan didalam bagasi mobil.

"Jadi Galaksi sendiri nih kepantinya?" Tanyanya tanpa memalingkan wajah sedikitpun dari apa yang sedang dirinya kerjakan.

"Ohh, atau gak kamu ajak aja Raya! Dia kan anaknya hiperaktif pasti anak panti bakalan suka." Ujar Ema memberikan saran sambil menyenggol bahu Galaksi sedikit menggodanya.

Mendengar saran dari Mamahnya sontak membuat Galaksi langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Gak deh, Mah! Yang ada Galaksi angkat tangan. Males banget ngajakin si anak manja, nanti yang ada di sana malah nyusahin lagi." tolaknya dengan kedua tangan saling melambai.

"Ga, kamu tuh jangan suka gitu sama Raya! Walupun dia anaknya manja tapi dia itu selalu bawa dampak positif buat kamu." Ema seketika membantah ucapan anaknya.

"Apanya yang dampak positif? Kalau dampak negatif si iya! Raya tuh suka banget nyusahin Galaksi. Udah anaknya nyebelin gak mau dengerin, apa lagi sama sifat manjanya yang ngeselin." Depannya mengatakan semua kuh kesah yang dirasakannya selama ini.

"Biasanya si yang bilang gitu ujung-ujungnya pasti bakalan suka. Ngaku deh kamu, Ga!" Mamahnya itu kembali menggodanya yang membuat anak sulungnya itu langsung terdiam seribu bahasa dengan semburat merah di kedua telinganya.

"A--apa si, Mah! Gak mungkin banget Galaksi suka sama si anak manja." Tolaknya terdengar gugup dengan ucapannya yang terbata-bata.

Melihat Galaksi semakin salah tingkah dengan ucapannya membuat Ema merasa terhibur dengan gelak tawanya yang terdengar  begitu renyah. "Kamu tuh gak pinter bohong, Ga! Apa lagi didepan Mamah." jelasnya semakin membuatnya tertawa terpingkal-pingkal.

"Terserah! Intinya Galaksi gak akan pernah suka. Titik! " Decak Galaksi yang sudah kesal sambil membawa pergi box berisikan makanan ke mobil milik mamahnya yang sedang terparkir didepan teras rumah.

Ema mencoba untuk menggodanya kembali. "Jangan ngambek gitu dong, Ga! Apa kata Raya nanti."

"Mahh! Bisa gak usah bahas itu lagi?" Galaksi yang mulai jangan tiba-tiba saja memasang raut wajahnya begitu serius dengan kedua alisnya yang saling menyatu.

"Iya deh iya! Mamah minta maaf."

Anak sulungnya itu seketika menarik napasnya dalam mencoba untuk meredakan emosinya yang bergejolak. "Kalau gitu Galaksi akan ajak Raya sesuai keinginan Mamah."

Mendengar itu sontak membuat Ema kembali tersenyum memandang Galaksi yang sambil memberikan kunci mobilnya. "Gitu dong! Itu baru anaknya Mamah." ujarnya sambil mengelus lembut surai hitam coklatnya.

"Iya, Galaksi pamit." Sambungnya sambil mengalami telapak tangan milik Ema.

Dengan begitu Galaksi langsung masuk kedalam mobil tidak lupa berpamitan kembali kepada Mamahnya. "Jangan ngebut! Hati-hati bawa mobilnya."

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang