BAGIAN. 08

108 40 6
                                    

Melihat kepulangan anak semata wayangnya yang terlihat begitu lesu membuat orang tuanya itu langsung bersimpati. "Gimana, ketemu sama orangnya gak?" tukasnya sambil sesekali membolak-balikkan tabloid yang dirinya baca.

"Gak, Mah." Ucap Angkasa yang terlihat membereskan beberapa perlengkapan lukisnya.

"Terus Sketchbook kamu gimana? Bukannya di dalamnya udah banyak sketsa yang udah kamu buat?" Tanya Vena yang masih setia dengan tabliodnya.

Angkasa berjalan kearah rak buku sambil mengambil beberapa kuas yang dirinya perlukan. "Iya, Mah! Diantaranya itu ada tugas kuliahnya Angkasa."

"Emang kamu sama sekali gak tau orang itu siapa?" Vena memperhatikan langkah kaki anak sulungnya yang sibuk mondar-mandir mengecek barang miliknya.

"Namanya, Raya! " Sontak nya tiba-tiba disela kesibukannya.

"Tau dari mana kamu kenalan aja belom?" Tanya Mamahnya dengan kedua alis saling menyatu.

Angkasa yang masih sibuk membereskan perlengkapan lukisnya itu langsung membalikkan badannya. "Dia yang berinisiatif kenalin dirinya sendiri." jawabnya terdiam membayangkan kejadian saat dirinya di bus bersama gadis SMA tersebut.

"Kamu cuma tau namanya aja? Gak tau sekolahnya dimana?" Tukas Vena semakin menginterogasinya lebih lanjut.

Angkasa langsung menggeleng sebagai bentuk jawaban.

"Sa, Jakarta itu luas! Gimana caranya kamu bisa ketemu sama dia lagi?"

"Jakarta emang luas, Mah. Tapi Angkasa yakin bisa ketemu sama dia lagi. Karena tuhan punya banyak segudang rencana untuk umatnya." Ucapnya sambil meraih jaket bomber miliknya yang tergeletak di atas kasurnya.

Melihat anak sulungnya mengenakan jaket miliknya membuat Vena bertanya-tanya. "Mau kemana kamu?"

"Beli perlengkapan lukis, ada beberapa yang harus Angkasa restock ulang." Jawabnya dengan penampilan yang sudah rapih dan siap untuk pergi.

"Jangan pulang terlalu malem. Mamah tunggu di rumah." Ujar Vena memperingati anak sulungnya.

"Iya, Mah." Balasnya langsung berpamitan kepada Mamahnya.

🌙🌙🌙

Terlihat dua orang sedang beradu argumen membahas suatu perkara yang entah apa isi pembahasan tersebut. Bel pulang baru saja dibunyikan dan mereka sekarang sedang berjalan di lorong kelas.

"Gaga bisa anterin Raya ke Gramedia gak? Soalnya besok ada pelajarannya Bu Khanza." Pintanya terdengar memohon diselingi dengan rengekan kecilnya yang seperti biasa.

"Bisa, mau beli apa emangnya?" Tanyanya begitu lembut dengan usapan pada surai hitam milik Raya.

"Bu Khanza, ngadain praktek lukis besok. Jadi hari ini Raya mau minta temenin Gaga buat beli perlengkapannya." Jelasnya begitu antusias dengan raut wajah gembiranya.

Galaksi yang melihat itu semakin dibuat gemas dan ingin sekali mencubit pipinya. "Pulang sekolah nih belinya?" tanyanya yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Raya.

"Gaga mau anterin kan?" Tukasnya menatap Galaksi dengan kedua mata yang berbibar.

Galaksi sedikit meringis karena Raya kembali menunjukan raut wajah imutnya. Dan seketika dirinya langsung pasrah dan menurut. "Iya, di anterin! Lo tunggu sini dulu gue mau ambil motor diparkiran."

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang