Dytto saat ini terlihat mendorong Galaksi yang sedang duduk di kursi rodanya. Temannya itu merasa tidak bisa tidur karena memikirkan beberapa hal yang terlintas di kepalanya. Saat ini sudah tengah malam namun Galaksi malah menyusahkannya untuk mengantarkannya ke suatu tempat setelah berkeliling sebentar.
"Lo yakin sama keputusan lo, Ga?" Tanya Dytto kembali meyakinkannya.
Galaksi menarik napasnya perlahan. "Walaupun sekarang pergerakan gue terbatas. Seenggaknya keputusan yang gue ambil ini bisa bermanfaat buat orang lain."
Dytto menatap teman dekatnya dari belakang sambil tertawa getir. "Raya, gimana?"
"Gue sadar kalau cinta itu gak sepenuhnya harus memiliki. Karena itu gue gak bisa dengan seenaknya maksain cinta gue ke Raya!" Tukasnya. "Karena ada seseorang yang lebih berhak nerima itu dibandingkan gue."
"Gue harap keputusan lo itu gak akan nyakitin siapapun, Ga!" Dytto menepuk bahunya sambil terus mendorong Galaksi menuju ruangan di sebelah kamarnya.
Setelah sampai didepan kamar tersebut Dytto membantu Galaksi membuka pintunya dengan perlahan. "Sampai disini aja! Lo bisa balik sekarang." ujarnya.
Setelah kepergian Dytto dirinya mulai mendekat melihat sosoknya yang sedang terbaring tidak berdaya. "Gimana kondisi lo?" tanyanya.
Angkasa yang terjaga mulai membuka kedua matanya. Melihat kehadiran Galaksi didalam kamarnya membuatnya bertanya-tanya sambil menatap kearah kursi roda yang sekarang pemuda itu naiki.
"Gue lumpuh!" Celetuknya seakan bisa membaca isi pikiran Angkasa. Sementara sosok di hadapan hanya bisa melebarkan kedua matanya tidak percaya. "Gue gak butuh belas kasihan dari siapapun! Karena gue gak selemah itu." pekiknya kembali bersuara.
"Soal transplantasi ginjal? Apa lo udah dapet pendonornya?" Tanyanya kembali.
Angkasa seketika menatap Galaksi tidak suka. "Tau dari mana lo soal itu."
Dengan santainya Galaksi menjelaskan kepadanya. "Gue gak sengaja denger dari perawat!"
"Gue belum dapet pendonor. Bahkan dari rumah sakitnya aja belum ada. Harapan gue tinggal di Vano sama Gilbas." Bebernya terlihat putus asa dengan kondisi tubuhnya.
Galaksi sontak menatap Angkasa penuh dengan rasa ketakutan yang luar biasa. Terlebih jika tubuhnya sedang dipertaruhkan oleh kematian.
"Mungkin dari awal tuhan udah takdirin gue hidup cuma dari satu ginjal." Angkasa menghela napasnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
Merasakan hal sama dengan lawan bicaranya Galaksi kembali menatap Angkasa penuh harap. "Lo masih punya satu kesempatan lagi!" ungkapnya. "Dan untungnya gue belum gunain kesempatan itu." ujarnya semakin membuat Angkasa kebingungan.
"Maksud lo?" Tanyanya sambil mengerutkan dahi.
Dalam sekali tarikan napas Galaksi mengutarakannya. "Gue akan donorin ginjal gue buat lo!" ucapnya membuat Angkasa terkejut bukan main. "Gue sekarang lumpuh! Dan gue udah gak bisa berbuat banyak kayak dulu. Karena itu gue nyerahin Raya sama lo. Tolong jaga dan lindungi dia dari apapun." terangnya kembali.
"Tapi, Ga? Lo gak bisa mutusin ini secara sepihak." Angkasa menolaknya dengan pandangan agar Galaksi bisa memikirkannya terlebih dulu bukan karena gegabah.
Galaksi menggeleng sambil tertawa getir. "Ini hidup gue! Dan ini yang gue pilih. Keputusan itu udah paling terbaik. Terlebih lagi buat Raya."
Angkasa masih tidak mengerti bahkan dirinya berkali-kali menolak. Namun Galaksi tetap memaksanya dengan dalih untuk melindungi Raya. "Rasa cinta Raya ke lo lebih besar dibanding gue! Karena itu gue relain dia buat lo. Jadi gue mohon, tolong jaga dia buat gue." pintanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSARA [TAMAT]
Teen FictionKisah ini bukan menceritakan tentang luar angkasa maupun isinya. Melainkan kisah tentang seorang gadis bernama Rayana Libra Antariksa yang dicintai oleh dua orang pria bernama Angkasa Langit Bimasakti dan Galaksi Bintang Semesta. Dan kisah mereka b...