Galaksi terlihat begitu frustasi memikirkan hubungannya yang semakin hari semakin menjauh dari Raya. Dirinya kini sedang berada di taman belakang sekolah seorang diri sambil memikirkan perlakuan kasarnya terhadap pujaan hatinya.
"Sial!" Teriaknya kesal melampiaskan amarah yang bersarang di dadanya. "Angkasa, lo dengan seenaknya curi apa yang gue punya. Dasar bedebah sialan." peliknya tak tertahankan sambil melayangkan pukulan pada sebatang pohon.
Tidak peduli dengan rasa sakit yang dirasakan dirinya terlihat begitu kesal sampai sudah melukai jari-jari tangannya dengan cairan kental berwarna merah.
Galaksi memukul pohon tersebut semakin membabi-buta. Kobaran api terlihat menyala dari kedua bola matanya. Bulir keringat muncul dengan deras membasahi kulit lembabnya. Serta seragam sekolah yang dikenakannya sudah berantakan tidak karuan.
Namun dari kejauhan terdapat sosok yang sedang memperhatikannya dengan diam. "Lo udah gila, ya! Mau sampai mana lo nyakitin diri lo sendiri, Ga?" pekik Alesa sambil berlari dari tempat persembunyiannya.
Tidak ada respon apapun dari siswa tersebut melainkan raut wajah datarnya dengan pandangan kosong. Alesa yang kesal melihat Galaksi mengabaikan ucapannya sontak dengan reflek menarik kedua tangan kekarnya.
"Putus cinta boleh! Tapi jangan sampai nyakitin diri lo juga. Yang seharusnya lo sembuhin itu yang didalam sini. Hati lo, Ga!" Ungkapnya dengan perlahan mulai membersihkan noda bekas lukanya sambil menatap Galaksi penuh dengan kekhawatiran.
Galaksi seketika melirik Alesa tajam. Kemudian dengan cepat menghempaskan tangan siswi tersebut darinya. "Tau apa lo tentang gue? Jangan sok berlebihan karena lo deket sama, Raya. Lo pikir dengan begitu lo bisa leluasa deket sama gue? Kalau bukan karena Raya gue gak akan pernah mau kenal sama cewek kayak lo."
Lagi-lagi hatinya merasakan sakit serta perih yang luar biasa. Namun entah mengapa semakin Galaksi menyakiti hatinya semakin besar perasaan cintanya kepada siswa tersebut. "Apa segitu hinanya gue dimata lo, Ga? Untuk satu kali ini aja, tolong izinin gue deket sama lo." ucapnya kini sudah menitihkan air matanya.
Galaksi sontak tersenyum miring sambil mengepalkan kedua tangannya yang tanpa sadar membuat lukanya kembali mengeluarkan darah. "Apa lo bilang? Cewek kayak lo mau deket sama gue?" pungkasnya dengan tatapan dinginnya. "Apa lo masih belum paham juga sampai sekarang? Asal lo tau! Hati gue ini udah mati rasa dan cuma Raya yang bisa nyembuhin itu."
Setelah berteriak begitu kencang di depan Alesa siswa tersebut langsung pergi meninggalkannya dengan amarahnya yang masih membara. Sedangkan siswi itu merasa begitu terkejut dengan bentakkan Galaksi kepadanya. Bahkan rasanya dadanya sungguh sesak sampai tidak bisa bernapas.
"Mana mungkin?" Tukasnya menggeleng sambil tersenyum kecut. "Gue gak akan pernah bisa dapet perhatian Lo, Ga? Bahkan tanpa sadar gue udah terlalu banyak berkorban buat lo." ujarnya kembali terisak meratapi nasib buruk yang dirinya didapatnya.
Alesa menyeka air matanya dan kembali mengatur emosinya. "Gue emang secinta itu sama lo, Ga! Bahkan rasanya hati gue udah mulai terbiasa menerima rasa sakit itu berkali-kali lipat."
Sementara itu di rumah sakit tempat Angkasa di rawat. Vano beserta Gilbas baru saja memasuki kamar inap temannya sambil membawa beberapa bingkisan serta barang lainnya.
"Gimana keadaan lo? Udah enakkan?" ucap Gilbas menaruh bingkisan berisikan buah-buahan disamping meja ranjangnya.
Angkasa tersenyum miring. "Ya, lo bisa liat sendiri?"
Melihat raut wajah Angkasa yang semakin hari semakin pucat membuat Vano merasakan kekhawatiran yang berlebihan. Bahkan tubuhnya kini semakin kurus dengan tulang pipinya yang menonjol.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSARA [TAMAT]
Teen FictionKisah ini bukan menceritakan tentang luar angkasa maupun isinya. Melainkan kisah tentang seorang gadis bernama Rayana Libra Antariksa yang dicintai oleh dua orang pria bernama Angkasa Langit Bimasakti dan Galaksi Bintang Semesta. Dan kisah mereka b...