Setelah memarkirkan motornya Vano beserta Raya dengan cepat bergegas menuju kamar inap Angkasa. Pemuda itu saat ini merasakan jika sedang terjadi sesuatu bahkan perasaannya sangat tidak enak. Begitupun dengan adiknya, Raya merasa jika dirinya begitu resah dengan perasaannya yang tidak bisa dijelaskan.
Saat masuk melewati pintu depan Vano seakan mengedarkan pandangannya. Berjalan menuju lift dengan Raya yang sudah mendahului. Namun belum sempat dirinya menekan tombol kotak tersebut. Tiba-tiba saja keduanya melihat kedua orang tua Galaksi yang sedang duduk di kursi dengan Bevan terlihat sedang memeluk Ema.
"Om? Tante?" Vano sontak menghampiri keduanya dengan tatapan bingungnya.
Ema terlihat sedang menangis didalam pelukan Bevan dengannya yang sedari tadi berusaha menenangkan istrinya itu.
"Om? Tante Ema ken---"
"Galaksi baru aja kecelakaan, Van!" Bevan menyelanya sambil memeluk Ema dengan erat.
"APA!"
Vano melebarkan kedua matanya terkejut. Sedangkan Raya langsung tersungkur begitu saja dilantai rumah. "Gaga kecelakaan?" ucapnya dibarengi dengan isak tangisnya. "Kak Vano!" adiknya itu terlihat begitu terpuruk dengan raut wajah sedihnya.
Vano mencoba untuk terlihat tegar serta menenangkan adiknya kembali. Saat ini gadis itu dibuat bingung harus bagaimana. Kedua laki-lakinya sedang berjuang melawan rasa sakit. Raya merasa pusing harus siapa dulu yang dirinya temui. Galaksi atau Angkasa?
Kemudian Kakaknya menitipkan dirinya bersama dengan orang tua Galaksi. "Ray, kamu disini dulu ya! Kakak mau nemuin orang tuanya Angkasa." pintanya kepada adiknya. "Om tante! Vano titip Raya sebentar." Dengan begitu Vano bergegas pergi menuju kamarnya Angkasa.
"Raya, udahan ya nangisnya? Kita berdo'a aja supaya Galaksi baik-baik aja." Ema yang sudah berhenti menangis kini membawa Raya kedalam pelukan hangatnya.
"Raya sayang sama, Gaga!" Tukasnya masih terisak sambil mengeratkan pelukannya.
Ema mengelus surai hitam milik gadis itu lembut. "Galaksi pastinya juga sayang sama kamu. Raya harus sabar ya nunggu kabar dari Dokter."
Saat ini Vano sudah sampai didepan kamar inapnya Angkasa dan terlihat Vena sedang duduk dengan raut wajah paniknya. "Tan! Gimana sama keadaannya, Angkasa?" tanyanya.
Tiba-tiba saja Dokter yang menangani Angkasa keluar dari kamar bersama dengan seorang perawat. "Dok! Gimana sama kondisi anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya Vena dengan raut wajahnya pias.
"Lebih baik Ibu keruangan saya. Ada beberapa hal yang harus saya diskusikan" Ujar Dokter tersebut bernama Erlang.
Vena seketika melirik Vano di sampingnya. "Tapi, Dok! Apa saya boleh mengajaknya ikut?"
"Silahkan saja."
Kemudian Vano beserta Vena beranjak menuju ruangan Dokter itu untuk membicarakan mengenai kelanjutan penyakitnya Angkasa.
"Jadi, Dok! Bagaimana kondisi Angkasa saat ini?" Tanya Vena yang sudah mulai khawatir.
Dokternya itu seketika membuka catatannya. "Kondisinya saat ini semakin memburuk! Dan sepertinya Angkasa sudah tidak bisa lagi melakukan proses Hemodialisis atau yang biasa kita kenal dengan cuci darah." terangnya membuat keduanya terkejut bukan main.
"Lalu bagaimana dengan penyakitnya? Apa anak saya masih bisa disembuhkan?" Vena terlihat bergetar meneteskan air mata.
"Tenang saja! Angkasa masih bisa disembuhkan asal dia bersedia melakukan transplantasi ginjal. Dengan begitu dia tidak perlu melakukan cuci darah seumur hidupnya." Dokter Erlang menjelaskan melalui metode tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSARA [TAMAT]
Teen FictionKisah ini bukan menceritakan tentang luar angkasa maupun isinya. Melainkan kisah tentang seorang gadis bernama Rayana Libra Antariksa yang dicintai oleh dua orang pria bernama Angkasa Langit Bimasakti dan Galaksi Bintang Semesta. Dan kisah mereka b...