BAGIAN. 05

142 55 5
                                    

"Assalamualaikum, Bunda! Raya pulang." teriaknya langsung berlari masuk kedalam rumah dan tidak lupa dengan helm miliknya yang ditinggalkan didepan teras begitu saja.

Vano yang baru saja memarkirkan motor di garasi sontak saja reflek menutup kedua telinganya. "Raya! Bisa nggak kalau pulang ngasih salamnya jangan teriak-teriak?" terangnya. "Sakit nih kuping kakak." decaknya sambil berjalan memasuki rumah.

Memilih untuk mengabaikan ucapan kakaknya, Raya langsung saja melangkahkan kaki masuk tanpa peduli teriakan Vano yang terdengar begitu kesal. Tiba-tiba bundanya itu muncul dari dalam kamar sambil menarik napasnya gusar. Melihat kehadiran kedua anak membuatnya langsung menggelengkan kepala.

"Kali ini kenapa lagi? Berantem terus, pusing bunda." ucapnya menyambut kedatangan kedua anak tersayangnya.

Raya langsung menyalami tangan milik bundanya begitupun juga dengan Vano.

"Gk tau tuh Bun, lagi dapet kali." tukasnya terdengar sinis dan langsung dihadiahi sorotan mata yang tajam dari adiknya.

Dengan wajah cemberut Raya langsung melangkahkan kakaknya pergi menuju kamar miliknya berada. Keduanya yang melihat sontak dibuat bingung dengan tingkahnya yang tidak seperti biasanya.

"Vano, kenapa adiknya kayak gitu? Abis kamu apain emangnya." tanya bundanya menginterogasi sambil menatapnya lekat.

"Bunda kayak nggak tahu anak gadisnya aja. Dia kan emang suka ngambek nggak jelas." jelasnya. Vano menggeleng kan kepala sambil menarik napasnya gusar.

Wanita itu masih saja tidak percaya dengan ucapan anak laki-lakinya. "Terus kalau bukan kamu siapa lagi emangnya."

"Bunda kalau nggak percaya tanya aja sama anaknya sendiri. Vano juga nggak ngerti, mungkin aja Raya lagi kesel sama Galaksi." jelasnya. Dengan sedikit rasa kesal Vano pamit dan langsung meninggalkan bundanya menuju kamar miliknya.


Di lain tempat Raya terlihat baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan seluruh tubuhnya. Dan saat ini gadis cantik itu sedang mengecek beberapa tugas yang diberikan oleh gurunya saat disekolah. Kemudian ketukan pintu terdengar dari luar kamar yang membuatnya menghentikan kegiatannya sesaat.


"Raya, kakak masuk ya?" ucapnya dari balik pintu yang terbuat dari kayu jati.

Dengan cepat kedua kakinya itu melangkah mendekat kearah pintu. Namun seketika Raya urungkan karena dirinya masih sebal atas tingkah laku Vano, yang seenaknya saja menurunkannya dipinggir jalan seperti kejadian tadi pagi.

"Ray, buka pintunya! Kakak mau ngomong sama kamu." tukasnya sambil mengetuk pintu itu kembali.

Karena merasa tidak tega adiknya itu pada akhirnya membukakan pintu untuknya. "Kakak tau kalau kamu marah. Karena itu kakak kesini mau minta maaf." jelasnya. Vano menatapnya dengan penuh rasa salah.


Mendengar permintaan maaf dari kakaknya, raut wajah Raya mulai mencair seketika. "Tapi kakak harus janji. Jangan tinggalin Raya lagi kayak tadi pagi."

"Kakak janji! Tapi kamu beneran nggak kenapa-kenapa kan?" tanyanya sambil mengecek keadaan adik manisnya.

"Raya baik-baik aja kok. Ini buktinya nggak ada yang luka." Vano begitu lega mendengar penjelasan adiknya.

GALAKSARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang