01-01-24

6.6K 156 5
                                    

     Berhari - hari berlalu, pagi ini arunika menyumbul keluar dengan malu malu mengantarkan rasa hangat yang menyinari bumi, indahnya pagi mendengar kicawan burung burung dan genangan air mengalir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Berhari - hari berlalu, pagi ini arunika menyumbul keluar dengan malu malu mengantarkan rasa hangat yang menyinari bumi, indahnya pagi mendengar kicawan burung burung dan genangan air mengalir. Orang orang bersiap untuk menjalankan pagi mereka dengan semangat yang membara.

Berbeda dengan rutinitas setiap harinya, suara dorongan brankar, suara langkah kaki yang tergesa-gesa menjadi awal pagi yang Tasya dengar di rumah sakit.

Hari-hari berlalu, Tasya masih harus merasakan yang namanya infusan rumah sakit, pasca lahiran seminggu kemarin, sosok mungil itu lahir dengan selamat, dan tentunya sempurna. Dimana pahatan wajah nya yang bak pangeran di dongeng kerajaan, tubuh nya yang putih ibaratkan salju, dan kulitnya lembut selembut sutra mahal.

Raden Zyavanca Faisal Mahendra, lahir pada 01 January 2024, pembawa kehidupan baru nantinya. Dengan membawa nama baik 'Mahendra menjadi lebih tinggi lagi nantinya.

Tasya menimang putranya di dalam ruang inap, sementara Gus Adzhar mengemasi pakaian istrinya yang akan pulang sekarang, ntah akan seramai apa pondok pagi ini ketika bayi mungil ini tiba disana.

"Mas, udah?" Tasya bertanya, berbalik menghadap Gus Adzhar,

Pria itu menoleh diiringi senyum yang tertera di bibir nya. "Hmm, sekarang, ayo kita pulang. Bunda sama Ayah udah disana, Jaziel juga." Gus Adzhar memberi tahu, sambil menuntun istrinya keluar dari ruang inap.

Kedua pasangan itu berjalan melewati lorong lorong rumah sakit, dengan perasaan yang bahagia tentunya.

"Akhirnya, Aya bosen harus di rumah sakit terus. Padahal bisa aja dari kemaren kemaren kita pulang." Tasya berucap,

Gus Adzhar terkekeh pelan, "Memang, tapi Bunda sama Ayah khawatir sama kondisi kamu, sayang. Bagaimanapun juga, ini pertama kali kamu ngerasain bagaimana rasanya melahirkan." Gus Adzhar mencoba memberi pengertian.

Wanita itu mengangguk membenarkan, rasanya aneh. Mengingat bagaimana peluh Tasya berjatuhan seperti sebesar biji jagung rasanya, sakit? Tentu, jika tidak, tidak mungkin Tasya mengeluarkan air mata hingga pingsan sesudahnya.

Tapi, mendengar nyaringnya suara tangisan putranya membuat rasa lelah dan sakit yang awalnya Tasya rasakan, digantikan dengan rasa haru yang memenuhi rongga dada.

"Kamu bener. Kebayang nggak, Tasya baru beres lahiran lansung loncat - loncat." Tasya tertawa pelan sambil melihat wajah suaminya, yang hanya memamerkan senyum tipis, tidak habis pikir.

"Kamu, beres lahiran lansung loncat - loncat? Kebayang, tapi ngeri juga kali dibayangin," Gus Adzhar tertawa pelan,

Gus Adzhar membuka pintu belakang mobil untuk menyimpan tas berisi baju Tasya dan baju baju Zyavanca, sementara Tasya. Ia langsung masuk ke mobil di sisi tempat Gus Adzhar menyetir sambil menggendong Zyavanca.

Setelah selesai, Gus Adzhar pun masuk ke kursi kemudi, sambil membenarkan letak kursinya. "Nyaman nggak?" Gus Adzhar bertanya.

Tasya mengangguk, "Nyaman kok, "

GUS ADZHAR [END] Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang