Hawa dingin menyeruak terasa seperti menusuk tulang, sunyi senyap menjadi hal utama yang dilihat oleh seorang pemuda manis asal wilayah The Grey Swan. Lee Heeseung, dia mengerjapkan matanya berulang kali membiasakan terpaan sinar yang menyilaukan matanya, dia berusaha untuk terduduk dari sebuah ranjang single sembari memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Ia membatin kenapa tiba-tiba merasakan pening yang kuat seolah ia telah menghabiskan empat botol arak, seingatnya dia sudah berhenti minum arak sejak dua tahun lalu.
Ia celingukan, menoleh kanan dan kiri memandangi suasana sekitar, 'Aneh!' batinnya, ia merasa ada yang janggal, namun ia tidak tahu apa itu. Kaki jenjangnya menapaki lantai, ia berjalan ke arah cendela besar yang tertutupi korden tebal warna abu-abu, tangannya menyibak korden itu, mata teduhnya memandangi hamparan rumput yang luas lalu terdapat banyak pohon menjulang tinggi seperti sebuah hutan jati. "Oh, Kakak sudah bangun!" Sebuah suara mengejutkannya, ia berbalik dan mendapati seorang pemuda dengan gaya rambut side bangs berwarna kecoklatan yang berdiri tak jauh darinya.
"Ini di mana?" Heeseung bertanya, ruangannya sangat berbeda dengan ruangan yang mereka tempati untuk tidur malam tadi. "Kita berada di kastil Dern, tempat pangeran mahkota berada. Kasim Yoo Youngjae mengatakan kita sengaja di bius agar kita tak tahu jalan keluar dan masuk ke kastil Dern, semuanya demi keamanan pangeran, kita di bawa ke mari saat kita tidur kemarin malam, sepertinya obat bius itu mereka campur ke dalam minuman kita saat jamuan makan malam di adakan oleh jendral." ujarnya, ia terlihat lebih memukau jika tidak gugup seperti malam tadi, Heeseung sampai terkejut melihat aura Sunghoon yang terasa berbeda.
"Lalu di mana yang lainnya?" Heeseung melirik pada ranjang-ranjang yang kosong. "Mereka sedang membersihkan diri, kakak juga harus segera membersihkan diri, karena setelah ini ada sarapan pagi bersama putra jendral Daehyun sekaligus pemberian aturan yang harus kita lakukan." Sunghoon pergi setelah mengatakan hal itu, dan juga segera menyuruh Heeseung untuk memakai kamar mandi di ruangan sebelah yang kosong.
Sekitar satu jam setengah jamuan makan pagi dilaksanakan, deretan hidangan menggugah selera sudah disiapkan khusus untuk mereka. Dan putra sang jendral pun baru datang langsung duduk di kursi ujung. Mereka dipersilahkan memakan hidangan sembari mendengarkan seluruh aturan, tugas, serta kewajiban yang harus mereka patuhi dan laksanakan.
"Tugas awal kalian adalah mendekati pangeran mahkota. Tugas ini tergolong berat karena pangeran memiliki trauma berat dengan pengawal sebelum-sebelumnya, dan akhir-akhir ini trauma itu semakin parah. Kepercayaan pangeran telah hancur, dan menumbuhkan tembok besar yang menghalangi semua orang untuk bisa dekat dengan pangeran. Tugas utama kalian di awal adalah menyingkirkan tembok yang di bangun pangeran, serta memperbaiki kepercayaan pangeran yang telah hancur!".
Riki mendesis samar, ia adalah sosok yang paling anti untuk mendekati orang, apalagi orang yang sama sekali tak ia kenal tabiatnya. Matanya melirik ke arah Jaeyun yang terlihat kebingungan akan tatapan Riki yang tiba-tiba, sirat mimik wajah Jaeyun seperti tengah bertanya 'Ada apa Riki?'. Riki yang menangkap arti mimik Jaeyun hanya menggeleng samar, lalu mengalihkan pandangan pada piring di depannya.
Sarapan mereka terasa hambar walau makanan di masak dengan banyak rempah-rempah mahal. Pikiran mereka berkelana mencari-cari cara mendekati pangeran setelah sarapan mereka selesai. Sebelum menuju kamar sang pangeran, mereka diijinkan untuk diskusi di dalam sebuah ruangan kecil bernuansa taman dalam istana, di sana juga ada genangan sungai kecil buatan manusia beserta ikan-ikan koi besar berenang bebas.
Ada sebuah tempat duduk melingkar, dengan meja dari potongan kayu berusia ratusan tahun yang di awetkan dan di balut dengan air pengkilat. Mereka duduk di bawah temaram sinar obor yang terpasang di tembok-tembok ruangan. Ruangan itu terlalu tertutup itulah sebabnya obor kastil dinyalakan. "Kita tidak tahu separah apa pangeran menderita, jika kita menyiapkan satu strategi pasti akan gagal!" Heeseung mengawali pembicaraan, anak itu tergolong aktif untuk menunjukkan suaranya di manapun ia berada.
"Gagal diawal kurasa tak apa, karena kita masih ada kesempatan selagi kita jujur dan tidak menjadi pengkhianat. Satu strategi dahulu, hanya untuk mengetahui sifat pangeran dan tingkat ketakutan pangeran!" Jongseong menolak jika merancang banyak strategi, sedikit saja mereka melakukan kesalahan, bukan hanya nyawa mereka yang terancam tetapi juga keluarga mereka. "Aku setuju dengan kak Jongseong, jangan gegabah memaksakan diri membuat banyak strategi!" pemuda asal The Eternal Strigiformes itu juga tak mau mengambil banyak resiko.
Heeseung pun mengangguk, ia menyetujui saja jika memang rencana itu bagus. "Lalu apa strategi yang kita gunakan hari ini?" tanya Jaeyun, menatap para pemuda di depannya satu-persatu. "Kita kenalkan diri kita seperti biasa saja, kita hanya ingin memastikan dahulu sifat dan tekanan mental pangeran, hanya dengan hal sederhana itu saja kita sudah bisa mengambil dan menganalisa hasilnya." saran Jungwon tak cukup buruk, hasil pemungutan suara juga menyetujui saran Jungwon.
Diskusi pun selesai, mereka keluar dari ruangan dengan langkah ragu, jantung mereka berdebar, ini adalah kali pertama mereka bertemu seorang pangeran, hal pertama bagi mereka yang harus mengemban tugas besar untuk membuat seorang pangeran kembali percaya pada seorang pengawal. Mereka sampai pada sebuah pintu kayu jati dengan lapisan emas di pinggirannya, ukiran-ukiran cantik menghiasi pintu menunjukkan kesan mewah dan menunjukkan level tertinggi dari kelima kerajaan lain.
Para pelayan wanita berdiri di samping pintu, mereka tak berani ikut masuk karena mereka tahu bagaimana menyeramkannya keadaan di dalam kamar sang pangeran. Hanya berbekal nekat, enam pemuda kepercayaan jendral Daehyun itu mulai memasuki ruangan, pintu besar itu tiba-tiba tertutup, kini cahaya penerangan menjadi temaram, hanya beberapa obor yang di nyalakan, cendela-cendela di tutup rapat bahkan di gembok dari dalam.
Langkah mereka masih belum dalam, hanya sebatas sepuluh langkah dari pintu masuk, tetapi mata mereka sudah melotot melihat betapa kacaunya kamar itu. Pecahan guci dan kaca berserakan, gelas-gelas kuningan bertebaran di lantai, sungguh gubuk kayu tempat mereka tinggal lebih bersih dari kamar kastel utama ini. Manik bulat mereka melihat keberadaan sang pangeran, dia terlihat kurus, dengan balutan baju basic bewarna merah darah. Dia tersimpuh di depan sebuah gambar besar dengan bingkai emas, gambar mediang sang raja The Center Eagle. Pandangan matanya kosong, seolah dia adalah mayat hidup.
Para pengawal baru itu saling pandang, mereka ragu untuk mengeluarkan suara menyapa sang pangeran, dan malah saling diam memantabkan hati dan mental terlebih dahulu.
꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂
April, 07 2023...
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √
Fanfic[Story End] TRILOGI 1 ALEXITHYMIA The Center Eagle mungkin terdengar aneh, namun ini bukanlah burung elang yang berada ditengah kerumunannya, tetapi ini adalah negara yang berada dalam titik rendah dan diambang kehancuran, karena kekosongan kekuasa...