Page 19 ꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

399 56 2
                                    

Suara gemericik air teralun merdu, serangga sudah bernyanyi riang dengan kicauan burung. Hanya saja beberapa gagak mengganggu pendengaran dengan suaranya yang memekak telinga. Riki malah terlihat gila menirukan si gagak dan berjongkok mengamati sebuah butiran pasir berwarna putih. "Apa kau gila?" Jongseong memekik, tangannya berkacak pinggang sambil memberi tatapan aneh pada Riki.

Riki tak menjawab, dia berlari kecil menuju Sunoo dan menggeret anak itu mendekati pasir yang ia temukan tadi. "Pangeran cobalah lihat pasir itu!" katanya sambil menunjuk-nunjuk disertai bibirnya yang melengkung. "Pasirnya bewarna putih" katanya sambil memiringkan kepala, Riki mendesis, "Aih, bukan itu. Coba lihat dengan teliti, apakah ada yang aneh?" kata Riki yang bersemangat. Jaeyun ikut berjongkok, tapi kakinya malah kesemutan, alhasil dia kembali berdiri sambil mengawasi dua anak itu. "Ah mataku pedih, apa sih sebenarnya yang kalian lihat?" kata Jaeyun, pemuda itu sudah frustasi karena tak kunjung mendapatkan apa sebenarnya yang Riki maksudkan.

"Kalian payah!" ungkapnya, dia mengejek sambil tersenyum menjengkelkan, Jongseong bahkan sudah bersiap-siap melempari anak itu dengan batu kerikil. "Mundur agak jauh!" kata Riki pada beberapa pemuda di dekatnya termasuk Sunoo. Sunghoon tiba-tiba berteriak, "Oh aku melihat laba-laba besar di pasir itu!" katanya, yang lainnya pun melihat pada titik di mana Sunghoon melihat laba-laba yang bergerak lincah memutari pasir. "Duh, hanya laba-laba ternyata, tapi kau serius sekali Riki!" celetuk Jongseong.

"Aku bilang mundur!" kata Riki yang tidak memperdulikan ucapan Jongseong, mereka pun memundurkan diri karena reflek akan suara Riki yang meninggi. Pemuda Strigiformes itu mengambil sebuah batu dan kayu. Lalu melemparkan batu itu tepat mengenai laba-laba itu, dan... "WAHHHKK!" Jaeyun terkejut bukan main, tiba-tiba saja ada benda panjang yang meloncat sambil mendesis.

"Hei Park Jongseong, apa kau belum pernah tes bertahan di alam liar? Sayang sekali... Padahal itu akan mendukung kemampuan seni perang dan strategi perangmu loh!" Riki terkekeh, matanya mengawasi gerak-gerik ular yang menjauh, dan kembali menyamankan diri di pasir putih berbatuan. "Pseudocerastes Urarachnoides, atau sering disebut Ular Viper Laba-laba. Memiliki kamuflase yang sangat menjebak, baik untuk hewan maupun manusia"

Riki mendekati Sunoo, dia tersenyum lembut sembari berkata, "Dan kau membutuhkan ilmu itu pangeran, kau membutuhkan sebuah ilmu kamuflase untuk bertahan hidup di alam liar yang dipenuhi hewan buas yang ingin saling memangsa!" Riki melirik Jongseong "Benarkan tuan Park Jongseong?" kata Riki seolah meminta Jongseong menyetujui ungkapannya.

"Ilmu itu tak akan pernah kau kuasai hanya secara teori dari guru-guru istana, karena nyatanya sebagian besar dari mereka hanya mengandalkan apa kata buku, bukan pengalaman." Heeseung menatap Riki dengan kagum, anak itu lebih muda darinya, tetapi pemikirannya sangat tajam dan lebih dewasa ketika berpendapat atau memberikan pembelajaran secara tiba-tiba, dan kerennya semua itu Riki lakukan dengan contoh dari tindakan sekitar ataupun lingkungan sekitar.

"Ini adalah saat terbaik untukmu berlatih semua itu pangeran, dalam hidup.. Siapa yang kuat dialah yang menindas, dan siapa yang cerdik dialah yang berkuasa! Jika dilihat-lihat, para pangeran kerajaan di bawah Center Eagle memiliki pemikiran sempit dan bodoh luar biasa." katanya sambil terbahak mengerikan, mirip sekali dengan pembunuh berantai yang telah melakukan aksi, "Maka, kau harus menjadi cerdik agar mereka menjadi boneka Marionette mu, kau juga harus mahir strategi perang maupun seni bela diri sebagai tameng!"

"Dan..." Riki sedikit membungkuk, karena Sunoo sedikit lebih pendek darinya, mata mereka bertemu tatap, "Tidak ada siapapun yang bisa kau percaya di dunia ini termasuk kami berenam pangeran!" Riki tersenyum manis, sikapnya tiba-tiba berubah seperti biasanya yang ceria dan menyenangkan, sikap tegas dan mengerikan tadi seolah lenyap tak pernah ada. Oh astaga Jungwon sampai merinding, dia mengelus tengkuknya karena merinding akan perubahan sikap Riki yang cepat.

"Wah, gila..." Sunghoon merangkul pundak Jaeyun, "Dia seperti memiliki kepribadian ganda!" lanjutnya. Mereka mengikuti langkah Riki menuju sebuah tanah lapang yang segar dengan rerumputan kecil memenuhi setiap suburnya tanah. Riki melirik semua kawannya lalu menoleh pada keberadaan Jongseong yang terduduk di sebuah batu berukuran sedang karena anak itu memang semalas itu untuk menggerakkan diri setelah hampir delapan jam bekerja di ladang. "Kak Jongseong, seni berpedangmu paling bagus, ajari pangeran, sementara pakai bambu yang sudah di buat kak Heeseung untuk berlatih." pintanya.

Riki lalu melihat Jungwon yang berjalan riang mendekati mereka sambil menggigiti tebu yang ia ambil di kebun tadi, "Kak Jungwon, jika dilihat-lihat bela dirimu cukup bagus, berlatihlah sebentar aku ingin melihatnya lebih detail lalu ajari pangeran!" anak itu melotot kearah Riki, hey... Ada Jaeyun dan Sunghoon yang berlatih dari guru ternama, sedangkan dia hanyalah anak pedesaan yang berlatih di padepokan biasa, dan berlatih mandiri di pinggiran hutan. "Eh, kau bercanda!" Riki memandang Jungwon tajam, padahal Riki sedari tadi menunjukkan wajah seriusnya. "Oh~ kau tidak bercanda rupanya!" Jungwon meralat ucapannya, dia bergidik ngeri melihat Riki menguarkan aura hitam.

Heeseung hanya memantau, namun tangannya dengan lincah mengikir dan mengukir kayu-kayu atas permintaan Riki sebagai senjata yang telah di desain oleh anak Strigiformes itu. Jaeyun membantu Heeseung, mengamplas setiap sisi karya tangan Heeseung agar tidak menggores kulit. "Wah, kau benar-benar mahir membuat kerajinan!" puji Jaeyun, sembari mengamati lekukan unik kayu-kayu yang hampir jadi.

Sunghoon hanya berdiri sambil bersedekap, dia berjalan lesu mendekati Riki lalu bertanya, "Lalu tugasku apa bocah?" jujur Sunghoon bosan jika harus berdiri tanpa ada hal yang dia kerjakan sedangkan kawannya memiliki kesibukan. "Awasi sekitar saja, mukamu tidak mendukung untuk membantu kami lebih dari itu!" hey mulut anak itu kurang ajar sekali, Sunghoon dibuat melotot akan ucapan Riki yang seenteng itu dengan wajah datar sembari berulangkali menguap.

"Heh bocah, aku juga mahir di seni bela diri!" Riki memandang pemuda yang lebih tua darinya itu dengan tatapan malas, "Terlalu banyak hal yang kau pikirkan, aku melihat fokusmu tak seperti biasanya Park Sunghoon!" wah, sekarang lebih berani lagi menyebut nama lengkap tanpa embel-embel kakak. Sunghoon syok berat dengan sikap Riki, tetapi jika dipikir lagi, memang benar adanya kalau ia sedang banyak pikiran, anak itu cukup mengerikan bisa menangkap semua ekspresi tersembunyi lawan bicaranya.

"Setelah latihan, kita akan berdiskusi mengenai hal yang telah ku janjikan malam kemarin, kuharap tak ada satupun yang tiba-tiba menghilang dari perbincangan tim!" katanya, setelah itu Riki kembali melihat dengan detail gerakan-gerakan Jungwon, ia juga melatih Jungwon dalam beberapa ketukan gerakan yang dianggap Riki terlalu lemah juga kurang tajam.

꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

August, 31 2023...

⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.

📽 Pseudocerastes Urarachnoides (Ular Viper Laba-laba)

Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang