Sebuah teko yang tadi mengepulkan asap lebat, kini telah berangsur-angsur menipis, teh yang tadi panas kini telah menghangat dan akan dingin. Apa yang kau harapkan dari meja makan berisi tujuh orang pemuda yang saling berpandang dalam keheningan. Perbedaan pemikiran mereka sungguh membuat kacau, tanpa ada yang berani membuka suara, hey~ apa ini acara tahan tawa?
Suara desisan terdengar dari mulut Riki walau samar-samar, pemuda dengan rambut Maple Brown ini sudah tidak sabar, ia melirik pemuda-pemuda di depan dan samping dirinya, lalu berdiri mencondongkan badan untuk meraih hidangan yang agak jauh darinya. Riki mengambil dua kali centong sayur Ribollita ke dalam mangkuk kecil. Jaeyun melongo, Jungwon, serta Heeseung melotot, Sunghoon memijit pelipisnya karena pusing akan tindakan Riki yang tiba-tiba. Di depan Riki ada Jongseong yang siap-siap mengumpat, dia agak berdiri dari duduknya, dan tangan Jongseong pun juga sudah ambil ancang-ancang memegang sendok tebal guna untuk memukul kepala Riki.
Jelas sekali mereka ketakutan, tindakan Riki sangat tak sopan pada sang pangeran yang bahkan belum mengambil makanan. Namun, seluruh gerik Jongseong terhenti kala Riki meletakkan mangkuk berisi sup yang tadi ia ambil tepat di depan sang pangeran. "Pangeran, ayo coba makanan ini, rasanya akan berbeda dengan yang kita icip tadi, untuk yang sekarang rasanya pasti jauh lebih enak!" Riki pamer senyum.
Riki gemas sekali dengan sunyinya mereka bertujuh, jika tidak ada yang memulai, maka akan begitu terus sampai besok malam. Alhasil dia mengambil inisiatif untuk mengambilkan sang pangeran makanan, percayalah perut semua orang tengah mendendangkan lagu kelaparan namun di tahan. Sang pangeran mengambil sendok miliknya, lalu mencoba sesuap merasakan kelezatan racikan mahir Jongseong. "Apa pangeran Sunoo menyukainya?"
Jongseong merasa awas, ia takut hidangan yang ia buat malah mengecewakan. Si pangeran tak memberi jawaban, Jongseong ketar-ketir dalam duduknya, Riki yang tak peduli dengan kekhawatiran Jongseong malah kembali mengambil mangkuk kecil untuk memberikan pangeran Minestrone. Syarat untuk ia bisa makan adalah membuat si pangeran makan tiga suap, jadi Riki kembali mengambil piring kecil untuk wadah sepotong Foie Gras dan memberikannya pada pangeran.
Riki tersenyum puas kala si pangeran mengambil sesuap tiap hidangan yang ia ambilkan, kini batin Riki menjerit senang dan tangannya tak sabaran mengambil hidangan untuk diri sendiri. "Kak Jongseong, apa kau tak ingin makan?" tanya Jungwon sambil memulai menggigiti pinggiran Foie Gras miliknya. Mata Jongseong melirik pada sang pangeran, berharap tuannya itu memberikan penilaian, hatinya ketar-ketir, tetapi sekawanannya malah asyik menikmati makanan. "Sepertinya kak Jongseong tak mau makan, ya sudah aku makan saja sisanya!" Sunghoon mengatakannya dengan enteng, tak tahu saja batin Jongseong mengumpati Sunghoon dengan menyebut segenap hewan menggonggong berkaki empat.
"Boleh aku memakan yang itu?" kegiatan mereka sempat terhenti, kala sang pangeran tiba-tiba bersuara sembari menunjuk Zuppa Toscana yang masih tersisa, rupanya ia jatuh hati dengan rasa Zuppa Toscana, sebenarnya makanan yang tersisa adalah milik Jongseong yang belum di makan, tetapi Jongseong tersenyum sembari memberikan semua Zuppa Toscana yang tersisa pada pangeran, kini hatinya merasa lega, dia menatap Sunghoon sengit dan merebut Minestrone miliknya yang akan di lahap Sunghoon.
"Ah, akhirnya aku kenyang!" gumam Jungwon, suaranya terdengar lega karena tak harus memakan sayuran yang terlalu sehat seperti kambing. "Apa agenda kita selanjutnya?" tanya Jaeyun, ia sudah mulai bersih-bersih peralatan makan kotor di meja. "Oh aku tak dapat ide, bukankah akan sangat membosankan jika kita bermusik dan menari lagi?" keluh Riki, anak itu mengangkat piring-piring kosong menuju wastafel, tetapi kemudian keluar kamar dan entah pergi kemana, semua itu tak luput dari perhatian Jongseong, lagaknya menatap datar tanpa ekspresi berarti, tetapi matanya terlihat tajam seperti belati.
"Kemana anak itu akan pergi?" akhirnya Jongseong bertanya pada siapapun yang mendengarnya. Heeseung mengangkat bahunya lalu menyusul Jaeyun untuk membantu menyikat piring. "Apa kau waspada?" Jungwon berkata sangat pelan di telinga Jongseong, "Anggap saja seperti itu!" Jungwon hanya mengangguk saja lalu mulai mengelap meja yang mereka gunakan tadi. Joseong tampak mendesah, ia ditinggalkan sendirian duduk dengan pangeran, padahal dia yang paling kaku untuk memulai percakapan.
"Apa pangeran memiliki keinginan yang akan dilakukan setelah ini?" dwinetra Amethyst indah itu menatapnya ragu, lalu menggeleng tanda tak tahu, memang apa keinginan yang keluar dari pikirannya jika selama ini dia hanya mendekam di kamar gelap sembari memandang gambar sang ayah di temani cahaya pudar lilin. Ia tak tahu hal apa saja yang orang habiskan untuk mengisi waktu selain tidur dan merenung.
Baru saja Jongseong akan berbicara, pintu kamar mereka terbuka menyambut datangnya Riki yang sumringah berjalan sambil melompat-lompat kecil seperti balita, tak lupa pula tangannya membawa dua botol besar cairan putih serta menyahut gelas yang baru saja Sunghoon cuci. "Apa itu?" tanya Jungwon dari arah wastafel. "Susu!" Sunghoon melirik tanpa minat pada Riki yang mendudukkan diri di dekat sang pangeran. "Kau sudah remaja tetapi masih menggemari minuman itu!" kalimat Jongseong selalu terdengar tak ramah di telinga Riki.
"Aku masih dalam tahap pertumbuhan, jadi aku harus meminum banyak susu untuk tumbuh tinggi mengalahkan tinggimu!" Jongseong mencebik, kalimat itu seolah mengejeknya yang terus saja mendedas Riki dengan nada ketus, tetapi Jongseong memang ketus sejak bayi, ia tak bisa mengubah kebiasaannya.
Dari kejauhan Heeseung terkekeh, ia melirik Jaeyun dan berbisik, "Meja itu menjadi panas sekarang!" dan Jaeyun pun ikut menertawakan sikap Jongseong yang kadang kekanakan. "Pangeran Sunoo, juga harus banyak minum susu, kita butuh tenaga di masa pertumbuhan!" Riki menuangkan susu di salah satu gelas dan menyodorkannya pada pangeran. Si pangeran malah mengangguk dan meminumnya sampai habis.
Sedangkan Riki malah membuat eksperimen menceburkan dua lembar daun mint ke dalam gelas miliknya sebelum menuangkan susu panas dari botol. "Apa itu?" Si pangeran nampak penasaran, dia mengamati Riki yang sangat senang setelah meminum susu yang di campur daun mint di gelasnya. "Ini daun mint, rasanya sangat segar seperti menelan es!" Jongseong jengah, sepertinya ini bukan pembicaraan yang cocok untuk dia.
"Aku ingin coba!" kata si pangeran, Riki memberi dua lembar daun mint dan kembali menuangkan susu panas itu, mengaduk-aduk sampai sekitar tiga menit lalu memberikannya pada sang pangeran. Jongseong kembali di buat frustasi karena sang pangeran malah menyukai eksperimen Riki, sepertinya dia harus menjauhkan si pangeran dari Riki, anak suku Strigiformes itu sering sekali bereksperimen di luar nalar, untuk saat ini setidaknya masih wajar, tidak seperti dua hari lalu yang membuatnya sampai ingin muntah karena makanan eksperimen gila Riki sebelum tidur.
꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂
May, 31 2023...
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √
Fanfic[Story End] TRILOGI 1 ALEXITHYMIA The Center Eagle mungkin terdengar aneh, namun ini bukanlah burung elang yang berada ditengah kerumunannya, tetapi ini adalah negara yang berada dalam titik rendah dan diambang kehancuran, karena kekosongan kekuasa...