Genangan air terlihat begitu jernih, Jungwon memanfaatkan hal itu untuk bermain air bersama dengan Heeseung, tak lupa pula dengan Taki yang terus tersenyum ketika Heeseung memercikkan air dari cekungan besar di bawah air terjun kecil dekat istana milik Eglantine. Maki yang melihat senyuman Taki, berulang kali menggumamkan kalimat terima kasih pada mereka.
Kecuali Riki yang berusaha di tenangkan oleh Jaeyun dan Jongseong, semenjak Sigmud ingin berbicara empat mata dengan ratu tunggal Lynessa Mavis. "Percayalah, Elgantine bisa menjaga dirinya!" Jaeyun terus memberikan kalimat penenang pada pemuda itu.
"Kita tak bisa menebak apa yang ada di pikiran Sigmud! Dia bahkan bisa membunuh orang yang paling dia cintai, apalagi Eglantine!" Jongseong menahan pundak Riki, memberikan usapan penenang dan berusaha membuat emosi anak itu terkontrol.
"Ingat, kita punya rencana besar. Jangan sampai Sigmud mengacau dan menciptakan petir untuk rencana kita!" Jongseong mencoba mengingatkan hal ini. Toh tadi dia sudah membahasnya bersama Eglantine, jelas wanita secantik mawar putih itu akan membantu mereka agar memiliki jalan yang mulus. "Percayalah pada Eglantine!" kata Jongseong lagi.
"Omong-omong di mana Sunghoon dan Ddeonu?" Heeseung celingukan, karena tak mendapati dua orang itu di manapun. "Kenapa kau risau? Aku melihat mereka berada di sungai bawah menaiki perahu!" sahut Maki.
Belum lama mereka membicarakan dua orang itu, Sunghoon muncul bersama Sunoo sembari membawa sekeranjang makanan dengan wajah berseri-seri. "Lihat! kami mendapat sekeranjang kue labu dari para penduduk!" seru Sunoo bahagia, Sunghoon tersenyum melihat pangerannya tak lagi memampangkan wajah murung seperti awal mereka dekat.
"Apa kalian memalak?" yang benar saja, Sunghoon langsung memukul ringan Jungwon sampai anak itu berlari bersembunyi di balik tubuh Heeseung. "Kami tidak memalak, tadi aku bercerita kepada mereka mengenai legenda yang terjadi di Kolonos dan Antigone!" ia membanggakan diri, cerita itu sangat berkesan untuknya, karena cerita itu di ungkapkan oleh sang ayah ketika masalah gila itu belum terjadi.
"Ddeonu... Bercerita?" Jungwon terkejut, sampai membulatkan mulutnya sambil bertepuk tangan. "Aku jadi penasaran, Ddeonu kita ini kan irit bicara, bagaimana dia bisa menjadi pendongeng?" sahut Heeseung yang tak percaya. Sunghoon terlihat menggeleng-gelengkan kepala, "Dia punya bakat bercerita ternyata!" katanya sambil menggoda.
Waktu mereka tidaklah banyak, setelah pembicaraan empat mata antara Sigmud dan Eglantine. Sigmud memaksa kesembilan pemuda itu untuk mengikutinya pulang menuju Pax Zirael, bahkan Riki tak sempat bertanya pada Eglantine mengenai pembicaraannya bersama Sigmud. Wanita itu hanya menatap sendu Riki sembari berkata singkat, "Leonard dan Gaku akan sering mengunjungimu, Celandine!" lalu mengecup singkat kening Riki dengan penuh kasih sayang.
Dalam perjalanan, Riki hanya diam, tak sedikitpun melirik pada wanita di sebelah kanannya yang sedari tadi menatap sangat lekat. Sunoo sengaja memberanikan diri untuk satu kereta dengan Riki, malah kini menjadi canggung karena kereta itu terasa sepi. Sunoo sendiri terduduk di samping kiri Riki, tepat sebelah pintu kereta dengan suguhan pemandangan luar cendela yang gelap. Yah, gelap... Karena mereka dalam lorong waktu buatan Sigmud.
Sunoo menggenggam tangan Riki, ia tahu pemuda itu merasa lelah akan masalah yang terus bergulir. "Apa kau lelah? Bersandarlah di pundakku!" pinta Sunoo, pemuda itu menurut saja, ia memilih bersandar pada bahu Sunoo hingga terlelap. Salah satu tangan Sunoo menepuk-nepuk surai Riki dengan sangat lembut, membuat pemuda itu semakin larut dalam alam mimpinya.
'Terima kasih telah membantuku dengan segenap rasa tulusmu, terima kasih telah mengorbankan kebahagiaanmu, kebebasanmu, serta batin dan mentalmu untukku. Aku akan selalu mengingatmu sebagai peri manis milik minerva yang dikirimkan padaku'
Sunoo ikut memejamkan matanya, dengan kepalanya yang bertumpu pada kepala Riki. Sigmud yang sejak awal menatap Riki melihat semua adegan itu, yang paling aneh adalah wanita itu tersenyum senang melihat Riki berada di dekatnya. Ini adalah pemandangan langka, melihat Sigmud tersenyum seperti itu. Tangannya sudah tak sabaran, wanita itu membelai surai Riki dengan amat sangat pelan.
"Putraku!" ujar Sigmud yang terus saja menyunggingkan senyum seperti orang gila. Tidak tahu saja bahwa sebenarnya Sunoo tidak tidur, dia hanya memejamkan matanya karena takut Sigmud melakukan hal-hal tak terduga. 'Oh~ wanita ini benar-benar gila, tapi akan sangat bagus jika Riki bisa menjadikan Sigmud sebagai pion'
Waktu telah bergulir dengan cepat, hari demi hari telah terlewat seperti air yang mengalir. Kini menjadi sebuah kebiasaan baru untuk Sigmud, yang telah terduduk di meja makan dengan Riki di sampingnya, para pemuda lainnya terduduk di meja makan yang sama, namun ada jarak yang cukup kentara. "I.. Ibu" lidah Riki kelu, ia masih tak sudi menyebut kata tersebut untuk wanita di sampingnya.
Sigmud nampak senang, dia menatap Riki dengan senyuman lebar seolah tengah bangga duduk bersama seorang putra kandung. "Bisakah aku meminta suatu hal" Riki berfikir, ini adalah waktu yang tepat agar Sigmud tidak menaruh curiga, Riki sengaja tak meminta apapun selama satu minggu, seolah memang niatnya murni memanggil ibu tanpa imbalan.
Sigmud yang mendengar justru senang, ini adalah kali pertama Riki mengajukan permintaan. Sigmu rela mengabulkan semua permintaan Riki bahkan jika itu adalah membangun seribu istana sekalipun, kecuali permintaan Riki untuk kembali pada Eglantine atau pergi dari Pax Zirael. "Bisakah aku meminta sebuah ruangan yang begitu aman sehingga tidak ada seorangpun bisa menggapaiku selain kau?"
Ranah pembicaraan itu adalah ruangan yang bisa ia gunakan bersama kawannya untuk latihan dengan aman, tanpa mata-mata, atau penyusup. "Aku memiliki banyak ruangan besar, kau bebas menggunakannya!" ujar Sigmud. Riki yang sedari tadi menatap hidangan di piringnya beralih menatap tepat pada manik keabu-abuan milik Sigmud. "Bisakah aku meminta ruangan yang kau kunjungi kemarin malam?" raut muka Sigmud berubah, ada suatu hal yang di sembunyikan oleh wanita itu.
Ada beberapa ruangan magis yang bisa mereka gunakan, namun ruangan yang di kunjungi Sigmud malam itu terlihat lebih menenangkan, Riki sempat mengintip, melihat ada sebuah cahaya kehijauan yang begitu menyegarkan beserta aroma citrus, pine, dan mawar menyeruak ketika pintunya terbuka. Ia ingin ruangan magis itu, ruangan yang menyinpan rahasia Sigmud dari hadapan dunia.
"Itu adalah ruangan terkecil, kau bisa memilih yang lain!" Riki tersenyum palsu, lalu menggeleng dan tetap memilih ruangan itu. "Aku menyukai aromanya. Lagi pula, kami hanya bersembilan, dan kami ingin menyembunyikan diri dari dunia yang melelahkan ini"
"Kami hanya ingin bermain musik, menari, atau berlatih bela diri dengan rasa kebebasan tanpa takut akan ancaman dari apapun itu." wajah Riki dibuat memelas, dia menatap Sigmud dengan binaran yang indah. "Tidakkah kau ingin mengabulkan permintaan putramu ini?" yah, bumbu rayuan Riki sematkan walau sebenarnya dia ingin muntah. Sungguh luar biasa ternyata Sigmud memberikan ijin walau dengan rasa tak rela. Dan di sanalah sebuah rahasia besar terbongkar kepada sembilan pemuda itu.
Tetapi walaupun begitu, mereka tak mau membocorkannya agar jalan mereka melatih diri sebelum kembali muncul ke The Center Eagle tidak terganggu, mereka harus menggunakan keberuntungan dengan mengontrol Sigmud dengan baik, karena hal itu tak akan mereka dapatkan dengan mudah jika mengabaikan kesempatan saat ini.
꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂
December, 01 2023...
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √
Fanfic[Story End] TRILOGI 1 ALEXITHYMIA The Center Eagle mungkin terdengar aneh, namun ini bukanlah burung elang yang berada ditengah kerumunannya, tetapi ini adalah negara yang berada dalam titik rendah dan diambang kehancuran, karena kekosongan kekuasa...