Sekitar lima hari telah terlewati setelah pertunjukan memukau TSE atau yang lebih di kenal The Secret Eagle, para pengawal baru sang darah murni. Kini taman telah menjadi tempat langganan untuk mereka membawa sang pengeran menyejukkan diri, pertunjukan-pertunjukan mereka bawakan untuk menghibur pangeran, dari menyanyi, menari, bermusik, ataupun bercerita. Setidaknya sang pangeran mulai terbiasa, dia juga mau keluar dari kamar pengap itu, tak lupa pula dia yang telah menghapus banyak jarak untuk keenam pengawalnya itu. Kurangnya hanya satu, si pangeran tetap saja irit berbicara, jikapun mengatakan sesuatu pasti menggunakan kalimat paling singkat dengan suara yang pelan.
Seperti beberapa jam lalu, si pangeran yang menginginkan pertunjukan Marionette kolaborasi antara Jungwon dan Riki. Si pangeran sangat menikmati cerita itu sambil meletakkan kepalanya di sebuah meja bundar di bawah temaram obor taman. Di sisi kirinya terdapat Sunghoon yang memberikan efek suara tambahan untuk pertunjukan yang sedang berlangsung, Heeseung memberikan taburan vokal mengiringi pertunjukkan bersamaan dengan musik yang teralun oleh tangan-tangan mahir Jaeyun dan Jongseong.
"Mengapa kau bersembunyi wahai putra Selena?" Riki membuat suaranya menjadi agak serak dan berat, tangannya mengendalikan boneka Marionette laki-laki dengan membawa busur berlogo api, "Wahai putra Hestia, gemuruh amarah Jupiter sungguh mengerikan, membuat burung-burung berterbangan kalut di langit yang menggelap. Begitu pula diriku yang gemetar mendengar gelegar itu." Suara Jungwon dibuat seolah tengah ketakutan, Jaeyun memberikan iringan violin yang terdengar seram membuat penggambaran suasana boneka Jungwon semakin nyata.
Riki kembali menggerakkan bonekanya, tangannya sangat lihai membuat sang pangeran semakin menyukai alur ceritanya, "Apakah penyebab lontaran amarah Jupiter yang bertubi-tubi wahai putra Selena? Bahkan para anak Hypnos terbangun dari tidurnya yang nyenyak!" Riki terlihat sangat meyakinkan, bahkan si pangeran beranjak dari duduknya dan mendekati meja tempat Marionette dimainkan. "Para putra Mars telah membuat istana sang Jupiter bergemuruh, mereka mengacaukan segalanya sampai sang Juno mengadukannya pada Jupiter!"
Pertunjukan semakin menyenangkan, sang pangeran tak sadar sebenarnya cerita yang di bawakan adalah penggambaran suasana The Center Eagle saat ini, menggunakan kosa-kata dewa-dewi Olimphus untuk memperhalus cerita. "Jupiter pasti sangat marah, hanya putra tunggal Minerva yang bisa meredakan semua Mala (kesengsaraan) ini!" Jongseong memberikan efek alunan menakutkan dari piano yang ia mainkan, di sambut violin Jaeyun yang teralun semakin mengerikan.
Jungwon membuat langkah Marionette di tangannya mundur menyedihkan, "Putra Minerva? Tidak ada harapan, dia tengah terdayuh (sedih) di dalam keheningan, bahkan sarayu (hembusan angin) tak dapat menyentuh sehelai rambutnya!" pembawaan sedih Jungwon menyentuh lubuk hati sang pangeran, bahkan air matanya sudah turun tanpa terdengar isakan, sang pangeran seolah bisa mengerti rasa hati putra Minerva, ia tak bisa membendung air mata itu ketika Marionette putra Minerva dimunculkan dalam sebuah kotak berwarna hitam, dia tersimpuh sendirian, kini Heeseung maju memerankan suara sang putra Minerva.
"Minerva, kenapa engkau tak sedikitpun mengunjungiku? Semua demigod telah melihat wujud orangtuanya, bahkan engkau mengunjungi para putrimu, kenapa tidak denganku?" sang pangeran bukanlah anak tunggal, ia memiliki dua saudara perempuan yang meninggal ketika sang pangeran masih bayi, Heeseung yang menghayati membuat ruangan menjadi sedih, bahkan Jaeyun sampai berusaha fokus pada violin yang dimainkan karena ia hampir saja berhenti menggesek senar violin itu.
Set tempat Marionette kembali bergeser pada milik Riki dan Jungwon, "Wahai putra Selena, dapatkah kita mengadu pada para putra Hecate? Mungkin sihir indah mereka dapat menghibur hati putra Minerva yang lara." suara Riki dibuat agak berseru, seolah tengah menyampaikan pendapat dalam sebuah diskusi penting. "Hatiku telah memanggil para putra Hecate, namun aku tak merasakan jawaban dari mereka!" nada bicara Jungwon kembali sedih, boneka Marionette miliknya digerakkan berpaling dari pandangan boneka milik Riki.
Sunghoon melangkah maju, membawa boneka lain dengan balutan kain biru muda bertanda bintang, boneka itu mengenakan topi kerucut yang agak kusam, "Aku menerima panggilanmu wahai putra Selena, ku tahu kegelisahan hatimu karena putra sang Minerva, adik-adikku telah sampai di lantai hitam sedingin es tempat putra Minerva mengurung diri, mereka akan segera membawanya dengan senyuman seindah bulan sabit terpatri di wajah sang putra Minerva!". Pertunjukan itu selesai, keenam Secret Eagle membungkuk sebentar pada sang pangeran.
Jongseong memajukan dirinya, lalu bertanya, "Apa pangeran menyukai pertunjukannya?" sang pengeran melihatnya dengan kilatan mata penuh pertanyaan, "Kenapa Minerva tak menemuinya?" tanya sang pangeran yang penasaran, alasan itu tak ia dapatkan di dalam ceritanya. "Sama seperti induk burung yang meninggalkan anak-anaknya padahal mereka masih kecil, agar anak-anaknya dapat belajar hidup dengan perjuangan yang keras.
Minerva meninggalkannya agar dia memiliki api di hatinya, api yang selalu membara hingga mengalahkan para putra dan putri demigod lainnya di medan tempur hingga ia bisa mendapatkan kedudukan tertinggi sebagai pemimpin legiun!" ujar Jongseong sembari tersenyum tipis. Heeseung memajukan diri, berlutut di sebelah Jongseong dan menatap sang pengeran penuh harapan. "Begitu pula untuk pangeran, raja Minhyun ingin melihat anda menjadi seperti putra Minerva yang berhasil mendapatkan tahta pemimpin legiun, dan kami akan menjadi para putra Hecate yang akan menciptakan sihir indah untuk membantu pangeran melangkah di padang pasir yang panas!" tambah Heeseung.
"Pangeran Sunoo, ada sebuah kekuatan yang dapat mengalahkan kerasnya batu, mengendalikan lautan, menyerap petir, dan lain sebagainya. Kekuatan itu adalah emosi, pola pikir kita, dan tekad yang kita kibarkan! Mereka yang saat ini tengah mengincarmu, hanya mengandalkan otot mereka, menggunakan pemikiran jangka pendek dan banyak sekali celah yang dapat ditembus!" Heeseung melanjutkan, matanya tetap terarah pada manik indah Amethyst milik sang pangeran yang tertutupi oleh rambut memanjang milik si pangeran.
"Maka kami datang padamu sebagai seorang sahabat yang akan merengkuhmu, mengulurkan tangan kami untuk menggapaimu yang terjatuh di jurang curam. Kami akan menjadi putra Hecate yang menciptakan sihir-sihir sederhana namun mampu menghancurkan kerasnya bebatuan, derasnya hujan, tajamnya petir dan sakitnya tamparan ombak." Kini Sunghoon ikut berbicara, dia memberikan boneka Marionette yang tadi ia mainkan pada sang pangeran.
Sang pangeran menggeleng ribut, dia meringkuk di sofa tempatnya terduduk, "Mereka sangat kuat, mereka mengerikan" kalimat itu terdengar bergetar, keringat sang pangeran membanjir karena kembali terbayang akan serangan bertubi-tubi padanya selama ini. "Pangeran, kami memang bukan orang yang memiliki pendidikan tinggi seperti mereka, tetapi kami lebih cerdas dari mereka. Aku bahkan mampu membuat salah satu mentri pendidikan kerajaan timur tidak mampu menjawab ataupun menyanggah ucapan dan pertanyaanku!" Jongseong membanggakan diri atas pencapaiannya ketika berumur delapan tahun.
Jaeyun turut berlutut, ia memandang sang pangeran dengan tatapan paling lembut dari yang lainnya, "Mereka terlalu menyepelekan orang lain, hingga melupakan bahwa semut bisa menumbangkan seekor gajah dengan langkah tak terduga. Pangeran mohon percayalah pada kami, dan... Kita bisa menumbangkan mereka semua jika kita bersama dalam melangkah serta saling menggenggam dengan erat!"
꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂
April, 18 2023...⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √
Fanfic[Story End] TRILOGI 1 ALEXITHYMIA The Center Eagle mungkin terdengar aneh, namun ini bukanlah burung elang yang berada ditengah kerumunannya, tetapi ini adalah negara yang berada dalam titik rendah dan diambang kehancuran, karena kekosongan kekuasa...