Kali ini tiga orang pemuda The Center Eagle, Heeseung, Sunghoon, dan Sunoo sudah berada dalam sebuah ruangan yang tertutup rapat, tak ada celah sedikitpun ketika pintu utama di tutup, bahkan cahaya tak dapat menembus ruangan kecuali obor-obor dinyalakan di beberapa sudut ruangan. Kali ini Sunghoon dan Heeseung sudah teramat kesal akan ketidak pekaan Sigmud. Keduanya sampai berjongkok di lantai sambil mengusap kasar wajah mereka.
Sunoo yang selalu diam, kini menatap Sigmud dengan tatapan paling kesal. "Bibi, sebodoh apapun aku, aku bisa berpikir jika membujuk orang tak sadarkan diri itu seperti berbicara pada batu!" dia berkacak pinggang dan menatap tajam wanita di depannya. Ternyata ada orang yang lebih bodoh dari dirinya, apakah Sigmud securiga itu? Bahkan semua pintu dan cendela telah tertutup rapat.
"Kau mau dibantu atau tidak sih?" Sunoo kesal luar biasa melihat Sigmud yang cuma diam bersandar di sebuah lemari kayu. Apa wanita itu sungguhan bodoh, Heeseung saja sampai luar biasa kagum melihat perubahan Sunoo yang ekspresif karena sikap Sigmud, jangan lupakan tatapan penuh ejekan dari Sunoo, rasanya Heeseung harus mengacungi jempol atas ajaran Sunghoon yang kadang di luar nalar.
Heeseung lama-lama juga merasa bosan, dia berusaha menengahi dan mencoba berbicara pada Sigmud, "Hei bibi, berikan penawar pada Riki, dan biarkan kami membujuknya!" katanya dengan tatapan kesal, siapa yang tak merasa kesal akan tatapan Sigmud yang penuh waspada dan curiga? "Kau bisa menyegel ruangan ini, dan biarkan kami membujuknya. Jika dia melihatmu di dalam ruangan juga..... Jelas dia tak akan mau menerima bujukan kami!"
Agaknya ada sedikit rasa yang mulai keluar dari diri Sigmud, wanita dengan gaun merah marun yang menjuntai itu mendekati tempat Riki terbaring tak sadarkan diri. Dia mengeluarkan sebuah botol berukuran kecil yang terlihat berisi air biru menyala seperti neon. Dia memberikan setetes air dalam tabung kecil itu dan keluar dengan membanting pintu.
Sudah Sunghoon duga, ruangan yang mereka tempati di segel mengeliling dengan api biru dan haram petir. Sunghoon mendesah, lalu mendekati Riki yang mulai menggerakkan jemari tangannya. "Ciao bel fratello~ Bangunlah perlahan, kami ingin membuat rencana denganmu!" Sunghoon membantu Riki untuk terduduk sembari bersandar pada kepala ranjang yang empuk.
Sunoo mendekati Riki, dia merangkul pundak Riki dan mengusak gemas surai Riki yang terlihat lepek. "Bagaimana keadaanmu? Apa kau merasa sesak? Atau ada rasa nyeri yang kau rasakan?" Sunoo jelas khawatir, Riki tak henti meremat dadanya seolah menahan rasa sakit. "Sto bene, Vostra Maestà, hanya terasa sedikit nyeri!" Sunoo merasa bersalah karena dia membuat orang-orang di sekitarnya menderita untuk melindunginya.
"Sudah berapa lama aku simulasi mati?" yang benar saja ungkapan itu, Heeseung memukul kepala Riki dengan sendok pajangan di meja dekat kasur.
"Ucapanmu.... " kata Heeseung. "Ah maaf" Riki tersenyum kecil untuk sedikit mencairkan suasana. "Sepuluh hari kau di segel oleh si gila itu!" Sunoo melanjutkan.
Kini Sunghoon memulai untuk menyampaikan rencananya, awalnya Riki menolak secara tegas. Siapa yang sudi memanggil pelaku pembunuhan ayahnya dengan sebutan ibu? Hanya orang gila yang mau melakukannya. "Riki, pikirkan dukungan besar yang akan kita miliki!" Sunghoon gigih meyakinkan pemuda terakhir suku Ethernal Strigiformes itu untuk mau ikut andil dalam rencananya.
"Kita hanya memanfaatkannya saja, Riki. Kekuatan militer Pax Zirael lumayan kuat untuk bersanding tepat di bawah Center Eagle, bahkan aliansi-aliansi di bawah kerajaan Center Eagle kalah telak dengan Pax Zirael!"
Apa yang dikatakan Sunghoon ada benarnya, selain mereka mendapat dukungan besar untuk menghancurkan para aliansi serakah itu, mereka bisa bersembunyi secara aman di Pax Zirael. Bahkan mereka bisa menggunakan wilayah magis milik Pax Ziarel jika bisa membuat wanita itu luluh, wilayah magis itu sangat didambakan oleh banyak petinggi aliansi, karena menggunakan lorong waktu dan terlindungi dari mata-mata.
Riki menunduk, dia mengambil nafas besar lalu menatap Sunghoon lekat, "Tetapi aku harus bertemu Eglantine untuk meminta ijin. Aku tak bisa membuat Eglantine kecewa, aku telah berjanji untuk selalu memberitahukan setiap langkahku padanya"
"Eglantine tak ingin kejadian masa lalu terulang kembali"
Sunghoon jujur bingung dengan keadaan ini, "Tapi kau juga berhak melakukan keinginanmu tanpa terikat oleh siapapun!" dia menoleh kepada Heeseung, menatap pemuda itu dengan pandangan yang berembun. "Bagaimana aku bisa membiarkan hal seperti itu terjadi, setelah melihat Eglantine selalu menjaga setiap lilin dengan nama kami agar lilin itu tak padam, dia berharap kami panjang umur dan hidup dengan penuh kasih sayang walau tak ada kasih sayang dari sosok ayah"
Sunoo mengerti rasa itu, Sunoo tahu sesak itu, ketika kehilangan sosok pahlawan seorang ayah, "Tak ada salahnya, kita bisa membujuk Sigmud bersama!" perintah Sunoo.
Sunghoon berjalan mendekati pintu, dia masih melihat api biru berkobar diiringi haram petir yang menyambar tanpa suara. "BUKA PINTUNYA!" teriak Sunghoon beberapa kali, hingga pintu berat itu terbuka menampilkan sosok Sigmud yang berdiri angkuh dengan tatapan datar.
"Dia menyetujuinya, hanya saja dia mengajukan satu permintaan untuk berpamitan dengan Eglantine!" Sigmud tetap diam, membuat Sunghoon kembali mendecak karena pasti wanita itu menaruh curiga bahwa mereka ingin membawa Riki kabur.
"Jika kau curiga, kau bisa ikut dengan pengawalmu, aku tahu kau curiga kami ingin kabur!" katanya lalu kembali mendekati Riki. Sunghoon ikut bercanda bersama Sunoo dan Heeseung agar Riki tersenyum. Pemandangan itu tak luput dari manik Sigmud, wanita itu sungguh ingin menguasai Riki, sebagai ganti akan dia yang tak bisa memiliki Edgar.
Sigmud melirik pada beberapa pengawalnya yang tengah menunduk hormat, "Siapkan kereta dan pengawalan yang ketat, kita akan pergi wilayah Ainsley!" dia pergi setelah mengatakan hal itu pada para pelayannya, entah kemana wanita itu pergi, yang jelas ia membiarkan pintu terbuka lebar.
Sunoo tersenyum senang, memasuki tempat kawannya yang lain sembari menggandeng tangan Riki, takut jika pemuda itu tumbang lagi karena pingsan selama sepuluh hari jelas akan membuat persendian terasa lemas. "RIKI" Jaeyun yang pertama kali melihat langsung berlari dan memberikan pelukan, Jungwoon juga ikut memeluk Riki.
Bagaimana pun bungsu mereka itu yang paling banyak berkorban untuk mereka. Jongseong masih terdiam, dia ingin bergabung tetapi rasa gengsi masih melekat setelah perdebatannya dengan Sunoo. Pundak Jongseong di tepuk beberapa kali oleh Maki, dia terlihat bingung, "Kau tak menyambut saudaramu?"
Jongseong melangkahkan kakinya dengan rasa yang sangat berat, entah kenapa canggung rasa menyeruak dari dirinya, dia berdiri kaku di depan Riki. Berulang kali pemuda surai Ash Grey itu melemparkan pandangan ke sembarangan arah, hingga salah satu tangannya terangkat ke arah Riki.
Riki tersenyum tipis, menggenggam tangan Jongseong menerima uluran tangan itu. "Perdonami, che ti sospetta sempre per gelosia. Aku terlalu kekanak-kanakan selama ini!" kata Jongseong, "Kau tak marah padaku kan?" dan Riki menggeleng.
꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂
November, 21 2023...
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.[Phrases for today! Origin: Italian]
- Ciao bel fratello : Halo adik tampan
- Sto bene, Vostra Maestà : Aku baik-baik saja yang mulia
- Perdonami, che ti sospetta sempre per gelosia : Maafkan aku yang selalu mencurigaimu karena iri
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √
Fanfiction[Story End] TRILOGI 1 ALEXITHYMIA The Center Eagle mungkin terdengar aneh, namun ini bukanlah burung elang yang berada ditengah kerumunannya, tetapi ini adalah negara yang berada dalam titik rendah dan diambang kehancuran, karena kekosongan kekuasa...