Lantai marmer hitam sebuah kastil terlihat melembap, terasa agak licin pada bagian yang tidak tertutupi oleh karpet. Satu orang hampir saja terpeleset, untungnya dia cepat menyeimbangkan badan dan gagal terjatuh, sayang sekali karena hal itu langkah kakinya menjadi menggema di dalam ruangan pengap dan remang itu. Membuat sesosok pemuda berbalut baju merah darah yang jauh darinya bangkit dari duduk.
Dia menatap tajam pada pemuda itu, pemuda yang tadi hampir saja terjatuh. Dwinetranya yang cantik dengan bulu mata lentik terlihat meruncing, giginya bergemeletuk, dan tangannya menarik sebuah pisau dari piring kosong di meja kecil sebelahnya. "SIAPA KALIAN!" suaranya menggelegar, terdengar serak namun masih memiliki ciri khas yang lembut. "JANGAN MENDEKAT!" dia memberi perintah. Suasana menjadi mencekam, enam orang pemuda di depan si baju merah darah itu diam seketika.
Mereka meneguk ludah kasar, tubuh mereka gemetar dengan sosok di depannya yang terlihat menakutkan karena membuat ancang-ancang melempar pisau di genggamannya. Jungwon, pemuda itu nampak paling ketakutan, dia melirik dua lainnya di sisi kiri yang berkeringat dingin, Jungwon sama takut bersuara. Sedangkan Heeseung lebih memilih menenangkan diri untuk menganalisis sifat dan tingkat depresi sang pangeran di depannya.
Jongseong dan Sunghoon terlihat kurang sabar, Jaeyun menyadarinya, dia harus mencegah kemungkinan Jongseong dan Sunghoon yang bisa saja lupa mengendalikan emosi. "Tahan emosi kalian, kita menggenggam beban nyawa keluarga kita, sedikit saja salah langkah, kita semua akan mati. Apapun yang terjadi, tolong tahan emosi kalian walaupun kita semua terluka!" bisik Jaeyun pada dua orang di sisi kanan dan kirinya. Setelah berbisik, dia melangkah agak maju, "AKU BILANG JANGAN MENDEKAT!" suara nyaring itu kembali menggema, namun Jaeyun tetap memberanikan diri.
Tatapan mata Jade Green milik Jaeyun terlihat melembut, ia berusaha menerbitkan senyuman walau dia merasa gemetar luar biasa. "Salam pangeran, kami ingin menjadi temanmu!" Jaeyun mengatakannya dengan nada yang ceria. Lima orang dibelakangnya nampak kebingungan dengan ucapan Jaeyun dalam mengenalkan diri. "Dia tidak mengatakan ini dalam diskusi, kenapa kita dikenalkan sebagai teman, bukankah itu kurang ajar?" Sunghoon berbisik.
"AKU TAK MEMPERCAYAI KALIAN! KALIAN INGIN MEMBUNUHKU SEPERTI MEREKA SEMUA!" dia berteriak lebih keras dari yang awal, bahkan pisau di tangannya sudah terlempar ke arah Jaeyun, syukur saja dia bisa sedikit menghindar, jadi ujung pisau itu sedikit menggores pipinya, Jaeyun hanya bisa menahan perih dan tetap memekarkan senyumnya seolah tak ada hal menegangkan terjadi. "Kami bersungguh dengan hal ini, pangeran. Jika apa yang aku ucapkan adalah kebohongan, anda bisa menusukku dengan belati ini." Jaeyun melangkah maju mendekati sang pangeran.
Pangeran itu melangkah mundur melihat Jaeyun yang semakin dekat. Jaeyun berhenti dengan jarak sepuluh langkah dari si pangeran, lalu berlutut dan meletakkan sebuah belati dengan ukiran perak membentuk sulur-suluran yang cantik di lantai berlapis karpet beludru merah yang lembut. "Ini adalah salah satu peninggalan nenek moyangku yang paling berharga, dan aku mempercayakan belati ini pada anda! Sekali lagi ku katakan padamu, aku sebagai perwakilan enam orang sangat ingin berteman dan menjadi sahabatmu memberikan janji bahwa kami tak sedikitpun memiliki niat buruk.
Jika janji ini dilanggar oleh salah satu dari kami, maka tusuklah aku dengan belati ini." Jaeyun menundukkan pandangan, hal utama yang harus dilakukan dalam memenangkan hati seseorang adalah kepercayaan mereka pada kita, Jaeyun tidak memiliki hal lain yang bisa ia ucapkan untuk membuat seseorang di depannya mempercayainya, apalagi ia telah banyak mengalami hal buruk yang membuat rasa kepercayan terhadap seseorang hancur berkeping-keping. Ibarat sebuah kaca pecah yang dapat disusun kembali jika hanya dipecahkan sekali, namun kaca yang telah berulang kali di pecah akan sangat sulit di susun kembali.
Maka butuh tambahan kaca baru yang dapat menyokong dan memberikan sisi indah pada orang yang berkaca, sedangkan sisi lainnya dapat menjadi sisi waspada agar tak lagi hancur. Heeseung dan Sunghoon mulai melangkah maju menyusul Jaeyun, sekarang keduanya tahu maksud anak itu, dan merasa berhutang nyawa pada Jaeyun. "Pangeran telah lama meninggalkan dunia luar yang indah, melupakan kicauan burung di pagi hari, nyanyian serangga di malam hari, dan sapaan sejuk dari angin yang berhembus, juga para pepohonan yang melambai-lambai"
"Pangeran masih memiliki Jendral Daehyun beserta keluarganya yang sangat menyayangi pangeran, Kasim Yoo Youngjae dan keluarganya juga sangat mencintai anda, dan pelayan dalam kastil ini telah mengabdi pada anda, mereka adalah orang yang setia, meninggalkan gelimangan harta di The Center Eagle, dan mengasingkan diri di sini menemani anda. Mereka telah menciptakan taman indah di dalam ruangan, dengan sungai-sungai buatan kecil yang diisi banyak ikan lucu, berharap anda mau menyejukkan diri di sana." Heeseung melontarkan kalimat semanis mungkin.
Sunghoon pun ikut menyuguhkan senyumannya yang indah, "Pangeran kami bukan orang yang jahat, kami memang bisa bela diri tetapi itu hanya kami gunakan untuk mengusir orang jahat. Perkenalkan, aku Park Sunghoon, aku adalah seorang penari di es, dan di sana pemuda dengan baju berukir gambar burung hantu, dia Riki, Nisimura Riki, dia penari juga sepertiku, tetapi dia hanya bisa menari di atas lantai dia takut menginjak es!" Sunghoon mengeluarkan nada yang ceria, dia juga menggunakan aura hangatnya untuk menonjolkan kenyamanan di dalam ruangan kamar itu.
Riki yang disebut membungkukkan diri menyapa sang pangeran. "Kak, aku tidak di kenalkan juga?" Jungwon bertanya, anak itu mulai lupa jika tadi ruangan ini sangat mencekam. "Aku tak tahu bakatmu!" kata Sunghoon, dan Heeseung tertawa renyah mendengarnya. "Saya Lee Heeseung, saya masih belajar menari, tetapi saya bisa menyanyi dengan sangat baik, dan anak di sebelah Riki bernama Yang Jungwon dia juga memiliki suara yang indah, saya sempat bernyanyi bersamanya di taman walau sebentar!"
Jongseong merasa agak dongkol, hanya dirinya yang tidak disebut, apa karena dia juga malas berbicara hingga mereka kurang akrab dengannya. Jongseong tiba-tiba membungkukkan diri, "Saya Park Jongseong tetapi bukan saudara Park Sunghoon, untuk keahlian saya tidak tahu menari atau menyanyi, tetapi saya bisa bermain banyak alat musik sejak kecil dan saya juga hebat untuk cepat tidur di manapun!" perkenalan paling konyol menurut Heeseung, tetapi ia tidak protes.
Sosok pangeran di depannya masih diam, dia terlihat masih menahan takut dan menggenggam erat taplak meja yang berada di dekatnya. "Kami tidak akan memaksa pangeran untuk mempercayai kami dengan cepat, kami akan menunggu pangeran sampai kapanpun pangeran siap untuk mempercayai kami." Heeseung berkata dengan rasa tulus, menghilangkan kalimat kekangan yang biasanya digunakan para pengawal yang mendahului mereka mendekati sang pangeran.
"Ijinkan kami untuk merapikan serpihan kaca yang ada di lantai, dan ijinkan kami membawakan makanan untuk anda!" kata Jongseong, dan ia mulai mengambil serpihan serpihan tajam kaca di sana, di bantu oleh Jungwon dan Riki, lalu mereka membawa semua itu keluar kamar dan kembali membawa senampan makanan untuk sang pangeran.
Sunghoon, Jaeyun dan Heeseung terus memberikan kata-kata yang halus, dengan posisinya tetap berlutut. Mereka tidak keluar ruangan sampai sang pangeran menghabiskan makanan yang Jongseong bawa. Dan mereka berpamit keluar setelah nampan makanan kosong. Mereka memecahkan rekor tercepat dalam mendekati sang pangeran, walau sang pangeran masih tak ingin dekat dengan mereka, jarak terdekat mereka masih sepuluh langkah, setidaknya mereka sudah mendapatkan celah.
Putra jendral Daehyun bertepuk tangan kala melihat mereka keluar dengan senyuman, yah walau pipi Jaeyun masih ada noda darah yang mengering. Setidaknya mereka mendapat ijin pangeran untuk membersihkan kamar, ijin yang tidak di dapatkan oleh pengawal lainnya karena memang mereka juga tidak berfikir kearah sana, fokus para pengawal lama hanyalah mendekati pangeran dan membuat keributan serta menjalankan misi untuk untuk membunuh pangeran.
꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂
April, 11 2023...
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √
Fanfic[Story End] TRILOGI 1 ALEXITHYMIA The Center Eagle mungkin terdengar aneh, namun ini bukanlah burung elang yang berada ditengah kerumunannya, tetapi ini adalah negara yang berada dalam titik rendah dan diambang kehancuran, karena kekosongan kekuasa...