Page 36 ꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

242 33 1
                                    

Hari ini rasanya cukup menegangkan bagi Riki, dia menatap pantulan dirinya pada cermin besar di kamar megah miliknya. Dia mendesah lelah, melemparkan diri pada kasur paling empuk dan mencoba terlelap, sayangnya rasa kantuk tak kunjung datang, dia jadi frustasi sendiri dan memilih beranjak dari kasur itu.

Langkahnya terasa berat namun dipaksa menyusuri lorong-lorong sepi istana milik Sigmud, manik tajamnya tak henti pula melirik para penjaga lorong yang memiliki jarak cukup jauh antar satu lainnya. Pada persimpangan lorong ia tergesa memasuki kamar rekannya, melihat mereka yang masih terjaga sembari bermain kartu. "Oh, kau belum tidur?" Sunghoon bertanya mendahului, dia menggeser duduknya untuk menyisakan tempat.

Riki melangkah ringan dan mendudukkan diri di tempat yang telah Sunghoon sediakan, pemuda pucat itu meniti Riki yang terlihat begitu kelelahan. "Ku tebak, pasti otakmu panas!" mulut Jaeyun agak tak sopan pada sosok yang kini bergelar tuan superior, dia terkekeh melihat si bungsu yang menatapnya sengit. "Hey aku tak salah kan?" dia terlihat memelas namun tetap tertawa melihat respon Riki.

"Aku tak mendapati jendral Daehyun maupun putranya di perjamuan aliansi, apa ini diseleggarakan tanpa persetujuan mereka?" Jongseong tampak mengerutkan dahinya, sungguh mengganjal, bagaimana sang jendral kepercayaan mediang raja tidak menampakkan batang hidungnya sebagai perwakilan dari keluarga mediang raja? "Benarkah?" Jongseong memastikan.

Riki hanya mengangguk, dia menyandarkan diri pada tembok kamar yang terlapis oleh ubin marmer, dia bersedekap sambil melirik kearah Jongseong yang terus saja menatapnya penuh tanya. "Bagaimana jika mereka sedang terancam? Youngbin menunjukkan secara terang-terangan wajah mengerikan sambil berbicara secara ambisius!"

Jongseong mendesah lelah, "Lalu? Kita masih kebingungan untuk melangkah lebih jauh, sedikit saja kita tersandung, tubuh kita akan menghantam dinding jurang yang tajam!" nampaknya mereka menyerah untuk lagi membahas keberadaan jendral setia The Center Eagle itu, Riki bahkan ikut bermain kartu untuk mendinginkan otaknya yang telah mendidih sejak kakinya memijak acara perjamuan aliansi.

"Omong-omong di mana Sunoo? Apa dia masih di kamarnya?" Maki bertanya, aneh saja anak itu tak terlihat sejak Riki pulang dari perjamuan. "Oh, Astaga~ kenapa aku baru sadar jika kita kurang satu orang!" Sunghoon meringis, dia memutuskan keluar kamar Maki untuk menemui Sunoo.

Sayangnya tak butuh waktu lama Sunghoon kembali ke kamar Maki seorang diri. "Sunoo tak ada di kamarnya!" rautnya terlihat khawatir, Riki tergesa untuk keluar ruangan menyusuri setiap koridor diikuti oleh kawannya. Riki semakin panik ketika mengetahui Sigmud juga tak ditemukan di ruang manapun. "Apa Sigmud membawanya?" Jongseong memastikan, wajah Riki semakin mengeras, dia mengumpat takut-takut pangerannya sedang tak baik-baik saja.

"AKKHH" Semua terkejut, Jungwon berteriak sampai terguling menubruk tembok lorong. Tapi para enam pemuda lainnya terlihat senang, Jungwon hanya terkejug akan kemunculan Sunoo secara tiba-tiba dari sebuah bilik kecil. "Kami mengkhawatirkanmu!" ujar Jaeyun memeluk Sunoo.

"Ku kira Sigmud berbuat hal buruk padamu!" sahut Jungwon yang mulai berdiri sembari membersihkan celananya yang terkena debu lantai. "Maaf Jungwon, kau terjatuh karenaku!" kata Sunoo sembari tersenyum, "Tak masalah, yang terpenting aku bisa melihatmu baik-baik saja!"

Pandangan Jungwon teralihkan pada tangan kiri Sunoo yang tengah menggenggam tangan lainnya. Tangan seseorang yang mengenakan tudung lusuh kecoklatan dengan beberapa bagian yang robek. "Siapa dia?" mata Heeseung tak bisa lepas dari sosok asing yang dibawa Sunoo, dia hanya menunduk menyembunyikan wajahnya di balik tudung kebesaran hingga menenggelamkan tubuhnya juga.

"Sebenarnya aku ingin menghampiri kalian karena tak bisa tertidur, tapi aku tak sengaja berpapasan dengan Sigmud!" Riki menatap mata keunguan milik Sunoo dengan lekat, "Lalu dia mengajakku untuk ke ruang tempat kita berlatih, Sigmud menepati janjinya, dia melepaskan bocah ini!" Sunoo tersenyum begitu manis, seolah begitu senang keinginannya telah terkabul.

Riki mendekat, dia mengamit dagu anak itu untuk melihat wajahnya. Sorot matanya terlihat ketakutan, tangannya mulai tremor ketika dwinetra indah bewarna Turquoise itu bertemu tatap dengan manik tajam Riki. "Hai, kita bertemu lagi, jangan takut dengan kami!" ujar Riki memberikan senyuman, sembari melepas tangannya dari dagu anak itu.

Riki mendekat, memeluk anak itu dan tangannya membelai lembut kepalanya yang tertutup tudung. Riki tahu anak itu memiliki trauma yang begitu dalam, Riki menerapkan tindakan yang pernah ia dapatkan dari seseorang di masa lalu yang berusaha menghilangkan traumanya sedikit demi sedikit. "Aku akan menjadi kakakmu, dan akan ku pastikan Sigmud tak tagi menggoreskan luka pada kulitmu!"

Sunoo sangat senang melihat interaksi itu, dia turut merangkul pundak ringkihnya dan mengajak kawan lainnya bergabung untuk menyapanya. "Kau tidur denganku, ya? Ada kasur kosong di kamarku!" Sunoo menawarkan, toh dia akan sangat senang memiliki teman sekamar. "Itu benar, sekarang sebaiknya kita kembali; aku akan menjarah dapur untuk menemukan makanan. Ada yang ingin ikut?" Sunghoon terlihat sumringah, dia kelaparan lagi setelah menyusuri lorong-lorong istana untuk mencari Sunoo.

"Aku ikut!" Jungwon menarik Maki untuk ikut juga menjarah dapur. Dan berakhir Jaeyun juga mengikuti ketiga rekannya itu agar dapat menjarah lebih banyak makanan.

Sisa dari para pemuda itu memenuhi kamar Sunoo hingga terdengar cukup bising. Ada Taki dan Jongseong yang duduk di lantai tanpa alas, mereka nampak nyaman sambil bersandar di tembok dekat jendela. Heeseung bernyanyi sambil memainkan ukulele, sedangkan Riki dan Sunoo nampak tengah mencoba membuat sosok yang baru saja ia bawa agar lebih akrab.

"Dia kesulitan berbicara" Sunoo memandangnya iba, "Apa kau ingat namamu?" Riki bertanya, sedangkan anak itu menggeleng lemah. "Kita berikan nama baru saja!" Sunoo kembali antusias memberi saran, padahal ia tak pandai dalam memberikan nama. "Nama apa yang cocok untuknya?"

"Jangan tanya Jongseong, dia cukup buruk dalam memberikan nama!" Heeseung menyahuti, dia ingat betul saat awal perjalanan mereka di tanah Pax Zirael, Jongseong menemukan anak rusa yang terluka, dia sempat memberikan obat dari dedaunan herbal yang tumbuh liar di hutan, Jongseong memberikan rusa itu dengan nama aneh 'TongTong' sebelum anak rusa itu kembali bertemu induknya.

Jongseong mengangkat kedua tangannya, seolah menyerah dan memilih memejamkan matanya. "Seperti harapan kita untuknya agar mendapatkan kehangatan keluarga dan selalu bahagia; bagaimana jika di namakan Harua?" suara Maki mengejutkan Sunoo dan Riki, entah sejak kapan anak itu bersandar di ambang pintu beserta tangannya yang masih meneteng keranjang berisi manisan mangga dan asam-asam mentimun.

Rupanya mereka juga baru menyadari kalau baik Sunghoon, Jaeyun, maupun Jungwon sudah di sana sembari tersenyum senang. Untuk kali ini mereka mendapat bonus tambahan jajanan dari salah satu pelayan istana yang sedang mengagumi Sunghoon.

"Nama yang bagus, dan~ terdengar menarik untuk disebutkan!" sahut Sunghoon.

꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

April, 08 2024...

⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.

Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang