"JUNGWON~A... JUNGWON~A..." Pekikan keras menggema pada alam terbuka tanah Pax Zirael. Dua pemuda berlari kearah Jungwon secara tergesa, rautnya sangat tegang, serta keringat dingin bercucuran. Dua pemuda itu meraih tangan kurus Jungwon lalu menyeretnya pergi sembari berteriak memanggil kawanan lainnya. "BERLARI KEARAH KIRI!" suara Heeseung terdengar melengking menginterupsi Jaeyun, Riki, dan Jungwon.
Ini diluar rencana mereka, setelah beberapa jam latihan pertahanan diri, mereka memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon besar yang menjulang tinggi, niatnya mereka akan membahas suatu hal. Namun, baru saja Riki mengatakan untuk diskusi, hal mengerikan mengejutkan mereka hingga berhamburan kesana-kemari. Mereka terpecah, bahkan Heeseung berlari sendirian sambil panik mencari si pangeran.
Jongseong sampai kelimpungan melihat kawanannya berlari memecah, "SUNGHOON JANGAN KE HUTAN ITU!" Jongseong frustasi, Sunghoon hampir saja memasuki kawasan larangan dari hutan Pax Zirael. "DI... DIMANA SUNOO? SIAPA YANG BERSAMANYA TADI?" Riki tak kalah panik, dia menyerahkan Jungwon untuk diawasi Jongseong, sedangkan Heeseung menarik Sunghoon untuk berlari menuju Jongseong.
Jaeyun mengikuti Riki mengutari area, mereka juga dengan cekatan bersembunyi dari intaian suatu hal menyeramkan yang ada di sana. Otak mereka sekarang hanya terfokus dimana pangeran mereka, sangat tidak lucu jika mereka kehilangan si pangeran. "Rik.."
"Ssstttt" Riki langsung menyuruh Jaeyun terdiam dan lebih merapatkan diri di balik pohon. Jaeyun yang mengerti pun hanya mengangguk dan menuruti perintah Riki. Benar dugaan Riki, seekor makhluk mengerikan berjalan mengendap-endap sembari mengendus-endus tanah. Entah itu makhluk apa, mereka baru pertama kali melihatnya, bentuknya mirip seperti singa, tetapi kepalanya memiliki tanduk besar seperti banteng, tubuhnya sebesar bison, bewarna hitam pekat dengan hidung yang mengeluarkan asap.
Lidahnya menjulur-julur seperti komodo, dengan banyak liur menetes terlihat menjijikkan. Jaeyun melirik Riki di pohon seberang, dia memberikan kode sebuah pertanyaan 'Bagaimana cara kabur dari makhluk ini?' Riki hanya menggeleng. Di sudut lain, golongan Heeseung bersembunyi di balik sebuah semak belukar yang besar, mereka bahkan menahan diri untuk tak berteriak ketika melihat ada ular yang hampir mendekati mereka.
"U.. Ularnya kearah kita!" bisik Jungwon, tangannya gemetar sembari mencengkeram lengan Sunghoon. "Tetap awasi sekitar, siapa tahu kalian melihat keberadaan pangeran!" ujar Jongseong berbisik, sementara itu Jongseong yang menjadi tameng mereka mengawasi ular di depannya. "AKKHHH" Jongseong terlonjak, teriakan Jaeyun dan Riki menggema lalu hutan kembali sunyi. Heeseung yang khawatir jelas melihat ke arah persembunyian dua pemuda itu, namun Riki dan Jaeyun tidak terlihat di sana. "Mereka menghilang!" ujar Sunghoon yang semakin panik.
Rasa ketakutan menjalar semakin mengerikan, mereka bersyukur ular di depan Jongseong kini pergi, tetapi hilangnya sang pangeran, Riki, serta Jaeyun tetap mengkhawatirkan. Jongseong dan Heeseung yang hampir merasa lega menjadi kaget ketika lengan mereka di cengkeram erat oleh Jungwon, namun tiba-tiba saja mereka tertarik hingga jatuh setelah cengkeraman itu terlepas. "I.. Ini tak benar, Jungwon dan Sunghoon menghilang!" Heeseung menggeleng-geleng.
"A.. Apa kau tadi merasakan tarikan tangan Jungwon?" Heeseung mengangguk, "Tapi saat aku menoleh dia sudah tak ada di belakang kita!" suara Heeseung terdengar serak, bahkan tangannya tremor karena ketakutan, ini adalah hal paling mengerikan sepanjang hidupnya, Apakah mereka kabur tanpa mengajak kita" Heeseung tak setuju akan tuduhan Jongseong, mereka tak kabur, sungguh jika Jungwon dan Sunghoon kabur, maka untuk apa Jungwon mencengkeram erat lengan mereka? Seolah anak itu tengah menarik diri dari suatu hal.
Di tempat lain, Riki terbatuk dengan kepala yang berdenyut, rasanya seperti habis di hantam kayu. Dia menguatkan diri untuk terduduk, walau tubuhnya gemetar, ia berhasil melakukannya sembari berpegang jeruji besi. Tungu... 'Jeruji Besi?' monolog Riki dalam hati. Ia langsung melek melihat sekitar, oh gila... Dia memang di kurung dalam sebuah penjara, di sana ia melihat Jaeyun, Sunghoon, Jungwon, dan Sunoo di penjara yang berbeda dalam keadaan pingsan.
Yang paling parah adalah Jungwon, ada noda darah di kepala anak itu. Riki berusaha memanggil mereka dengan suara lemah, berharap salah satunya terbangun dan menimpali panggilan Riki. Beberapa menit terlewati, Riki langsung terdiam ketika melihat pintu kayu terdengar akan di buka. Dia panik, segera kembali berpura-pura pingsan dengan pose yanh sama sebelum ia terduduk. Pintu yang terbuka terdengar nyaring, sisinya menghantam tembok hingga menimbulkan debuman keras.
Tidak ada suara percakapan, hanya ada suara langkah kaki yang tengah menyeret benda besar. Gemerincing besi menjadi ribut, sekitar hampir dua puluh menit keadaan kembali sunyi. Riki mencoba membuka mata secara perlahan, ada empat orang lagi yang di tambahkan di penjara itu. Penjara yang mereka tempati membentuk leter U, setiap sel nya terisi satu orang saja. "Kak Heeseung? Kak Jongseong?" matanya meniti dua pemuda di sel kanan, untuk dua lainnya tidak ia kenali.
Riki merasa senang ketika Sunghoon menunjukkan pergerakan. "Kak Sunghoon, apa kau mendengarku?" kata Riki masih dengan suara lirih. Pemuda suku The White Wolf itu melirik ke sel depannya. "Riki?" senyuman senang terpatri di bibir Riki. Sunghoon mendudukkan diri, nafasnya terenggah-enggah sambil menahan rasa pening. "Kak, apa kau bisa menjangkau kepala kak Jungwon? Hentikan pendarahan di kepalanya, dia bisa mati kehabisan darah jika dibiarkan begitu saja!" Sunghoon mengerutkan keningnya, ia melihat sekeliling dengan terkejut, tetapi kondisi Jungwon lebih membuatnya terkejut.
Sunghoon menyandarkan diri di jeruji besi, ia menggapai-gapai tubuh Jungwon yang lumayan jauh. Fisik lemahnya sungguh mengganggu, sedikit ia memulai pergerakan rasanya sungguh remuk dan gemetar. "Jungwon terlalu jauh!" keluh Sunghoon, anak itu terus mencoba walau tangannya terasa kram karena tersangkut, "Sedikit lagi kak, agak menunduk agar jangkauanmu lebih panjang!" saran Riki.
Sunghoon menuruti saran itu, tubuhnya lebih menunduk, berusaha kembali menggapai Jungwon hingga akhirnya ia bisa mencengkeram kerah baju milik Jungwon. Sunghoon menarik Jungwon secara hati-hati, takut jika luka di kepala Jungwon semakin parah, "Kak gunakan syalmu, kita tak punya perban lain untuknya!" kata Riki, ia ngilu melihat darah Jungwon yang bercucuran, "Riki bisakah kau lempar syalmu juga? Kurasa satu syal tak cukup untuk membalut luka Jungwon."
"Sialan, jeruji ini membuatku susah membuat simpul pada syal ini!" gerutu Sunghoon, apalagi Sunghoon juga masih merasa pening, "Bagaimana caranya aku memberikan syalku padamu kak? Jarak sel kita terlalu jauh!" Riki melihat-lihat sekitar untuk mencari benda yang bisa ia gunakan sebagai perantara. Sayang sekali tak ada benda berguna yang dapat membantunya, rasanya geram sekali, Sunghoon sudah memberi aba-aba jika darah Jungwon belum berhenti, kini rasa khawatir Sunghoon meningkat sembari melihat Riki, ia merasa tak yakin bisa menolong Jungwon.
Sunghoon sudah cemas luar biasa, ia bahkan menunjukkan matanya yang berkaca-kaca pada Riki, karena bagaimanapun, Jungwon membuat Sunghoon teringat pada adiknya yang seumuran dengan Jungwon, membuat jiwa seorang kakak yang merindukan adiknya menyeruak akan pemandangan ngilu Jungwon. "Kak, belakangmu ada kayu panjang, ambil itu kak!" mata Riki menangkap ada sebuah kayu panjang dan tipis yang tersandar di belakang sel milik Sunghoon.
Dengan cekatan ia mengambilnya, lalu menjulurkannya ke sel Riki yang berada di depan sel Sunghoon. Tak butuh waktu lama syal Riki sudah berada di tangan Sunghoon, dan ia buru-buru membalutkannya ke kepala Jungwon. Kali ini mereka hanya bisa berharap Jungwon bertahan, juga berharap kawan mereka yang lain dapat tersadar secepatnya, mereka tak punya waktu, mereka harus segera kabur dan berlatih untuk rencana besar perebutan tahta terjadi.
꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂
September, 04 2023...
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √
Fanfic[Story End] TRILOGI 1 ALEXITHYMIA The Center Eagle mungkin terdengar aneh, namun ini bukanlah burung elang yang berada ditengah kerumunannya, tetapi ini adalah negara yang berada dalam titik rendah dan diambang kehancuran, karena kekosongan kekuasa...